||✤ 9

4.2K 622 274
                                    

"Kak Hali.. "

"Kenapa Ice? "

"Kak Hali benci kami ya? " tanya Ice lirih. Halilintar kecil menatap Ice yang menunduk.

"Enggak kok. " sunyum tipis terukir sempurna dibibir mungil Halilintar.

Ice mencoba memberanikan diri menatap kakaknya, tak lama setelah itu Ice berkata, "tadi malam Ice mendengar kak menangis dan kak Hali berkata benci pada kami. Mata kak Hali juga bengkak saat ini. "

Senyumnya yang terukir itu luntur digantikan sebuah gigitan diujung bibir Halilintar. Halilintar kembali tersenyum saat memberikan elusan dikepala Ice.

"Mana mungkin kak Hali membenci kalian. Kalian kan adik kak Hali. "

"Ayo!! " seseorang beriris merah api mendekati Ice dan Halilintar, Blaze dia menarik Ice mengajaknya berlari-larian ditaman.

Halilintar hanya menatap mereka berdua yang mulai berjalan menjauh darinya, tak sadar senyum hangat terukir dibibirnya melihat ke-5 adiknya bersenang-senang. Eh-tunggu.. 5?

"Thorn?! " Halilintar iris ruby mencari-cari keberadaan adik hijaunya.

"Thorn!! Awass!! " Halilintar berkata saat melihat Thorn sedang berada diatas pohon, mencoba meraih sebuah mangga.

Kaki kecil Halilintar dengan cepat berlari kearah Thorn, "huaa!! "  batang pohon yang digunakan Thorn untuk persija tiba-tiba saja patah. Halilintar mempercepat langkahnya.

Bruk!

Tepat sasaran, Halilintar berhasil menangkap Thorn. Sayangnya ada yang dia lupakan lagi-

"Akh!! " Halilintar terduduk, Thorn segera dibantu berdiri oleh Gempa.

"Kak Hali gppkan?? " Ice dan Taufan membantu kakaknya berdiri dengan cara mengalungkan tangan Halilintar dibahu mereka.

"Hm.. Kita pulang saja. " kesadaran Halilintar berlahan-lahan menghilang, selama berjalan pulang Taufan lah yang mengatur adik-adiknya sesekali mereka juga bergantian memegangi sang kakak.

⋇⋆✦⋆⋇ 

"Hng.. " lenguhan kecil terdengar, sang empu pemilik berharap setelah ini dia bisa tidur nyenyak. Hanya sebentar saja apa itu sulit-

"Halilintar! "

"Bagaimana kau bisa pingsan, ha?! Kau tau adikmu Taufan yang menjaga mereka pulang sampai kerumah! Andai saja dia tidak pintar sepertimu kau mungkin tidak pulang! " ocehan dari ibundanyalah yang bertama kali ia denger setelah pingsan. Dia hanya bisa diam dan diam, walaupun ia ingin berbicara- mencoba menjelaskan semuanya.

Kalaupun dia berbicara sedikitpun bukan jawaban dari mulut sang ibu melainkan jawaban tangan langsung dari ibunya, itu pun hanya berlaku untuk dirinya saja,(paham?).

"Awas saja kau kau mengulanginya lagi! Masih untung kau tidak kubuang dulu! Ya.. Aku hanya menggunakan mu sebagai pawang. Lagi pula kau menyebab anak sulung ku yang sebenarnya tiada! "

Ya. Halilintar tau dia sebenarnya bukan seorang kakak sulung. Dia tau dan dia sadar.
Dari sini dia berharap kalau kakaknya masih ada, setelah itu dia menggantikan posisi kakaknya. Dia mungkin akan terbang bebas diantara awan-awan menggantikan sang kakak.

Soal dia yang menyebabkan kakaknya tiada itu- benar.

Sering kali diusia mudanya ini dia selalu saja menangis memohon pada Allah untuk menggantikan posisi sang kakak. Halilintar selalu berkata-

•Maaf! Merepotkanmu• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang