•°°°°°•
Sudah satu bulan lamanya Jungkook tinggal bersama saudara-saudaranya. Itu mengartikan sudah satu bulan juga Jungkook mencoba mati-matian untuk tidak ketahuan ketika traumanya kembali datang. Jungkook sempat beberapa kali mengalami sesak ketika ia harus mengalami mimpi buruk, terbangun dengan napas yang terputus-putus dan berakhir dengan ia yang meneguk obat penenang lebih dari satu butir.
Jungkook memang sudah gila, sejak sekian lama.
Bagaimana kenyataan pahit yang harus Jungkook telan bulat-bulat diusia yang sangat dini, dengan dirinya yang tidak mengerti apapun pada saat itu, sukses membuat trauma berkepanjangan dihidupnya. Jungkook mencoba menutupinya. Apapun caranya, hingga ia sendiri tak menyadari jika dirinya hanya merusak tubuhnya sendiri.
Tubuh yang terlihat kuat itu nyatanya hanya sampul dari bagaimana Jungkook bersandiwara selama ini. Mencoba layaknya anak nakal dan membangkang, Jungkook pikir hal itu dapat mengalihkan perhatian orang-orang untuk tidak melihat kelemahannya.
Dan seperti keinginannya, hal itu benar terjadi. Sampai Yoongi, sang kakakpun tak dapat menyadarinya.
Namun bicara-bicara soal Yoongi, ada yang salah dari pria itu. Satu bulan belakangan ini Jungkook merasa Yoongi semakin sibuk. Jarang pulang ke rumah, selalu lembur bahkan melewatkan sarapan bersama beberapa kali.
Awalnya Jungkook merasa tidak mengapa, mungkin sang kakak memang sedang banyak urusan di kantornya. Tapi bagaimana Jungkook semakin merasa jauh dengan Yoongi, Jungkook rasa ada yang 'tidak apa-apa'.
Jungkook jadi berpikir,
Apakah 'pindah rumah' hanyalah sebuah alasan agar Yoongi bisa bebas darinya? Secara, jika Jungkook tinggal bersama saudara-saudaranya lain, maka Yoongi tidak perlu lagi memperhatikan Jungkook sedemikian rupa.
Tidak usah membangunkan Jungkook lagi, tidak usah memperhatikan Jungkook lagi, atau tidak usah repot-repot naik darah karena ulah Jungkook lagi.
Begitukah?
Entahlah, Jungkook hanya sedikit khawatir.
Khawatir jika, "Apa bang Yoongi udah gak sayang lagi sama gue?"
Kini pria itu tengah berada di atas motornya, melaju menuju rumah kala awan sudah berganti menjadi hitam. Bintang tak terlihat banyak, sebab mendung belum usai sejak sore tadi.
Hari ini Jungkook merasa sedikit sial,
Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan angka 9 malam.
Pagi tadi Jungkook lupa untuk membawa baju olahraga yang pada akhirnya ia harus berlari lapangan sebanyak sepuluh kali dengan seragamnya di bawah terik matahari.
Lalu saat jam pelajaran terakhir ia juga lupa mengerjakan tugas bahasa inggris. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudah dihukum berlari, maka berdiri di depan kelas hingga jam pelajaran berakhirpun turut Jungkook lakukan. Kakinya sudah pegal luar biasa, tapi Bu Isma -guru bahasa inggris yang Jungkook cinta- seakan buta dan tak melihat peluh sebiji jagung bercucuran di dahinya.
Belum cukup sampai disana, ketika ia akan pulang ke rumah, si Jekey -motor kesayangan Jungkook- harus mogok dan berakhir menjadi pasien di bengkel dekat sekolahnya.
Sial. Benar-benar sial.
Gerbang rumahnya sudah terlihat di depan mata, baru kali ini Jungkook benar-benar merasa lelah hingga ingin sampai dirumah cepat-cepat.
Motor hitam itupun memasuki gerbang yang terbuka otomatis, lalu memarkirkan motornya asal di depan halaman rumahnya yang luas. Dirinya juga sampai tak mencabut kunci motor, terlalu terburu-buru untuk masuk ke dalam rumah. Saat ini kasur empuknya seperti tengah melayang-layang di udara, menjadikan Jungkook ingin cepat-cepat rebahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...