•°°°°°•
Minggu kali ini Jakarta diguyur hujan sedari subuh. Membuat kota yang dikenal dengan kepadatan penduduknya itu semakin terlihat penuh sesak. Mengabaikan hujan yang ada, banyak orang yang masih nekat untuk keluar rumah. Jalanan yang penuh genangan sukses membuat cipratan air dimana-mana.
Huuffft
Jungkook menghela napas kasar. Bosan.
Ia sudah ada janji dengan teman-temannya, tapi hujan malah datang dan tak tahu kapan akan usai.
Jungkook sekali lagi mengamati hujan dari jendela besar kamarnya. Sudah tidak terlalu deras. Senyum miring itu tercipta begitu saja di wajah tampan milik Jungkook.
Tak lama kemudian, suara dering ponsel yang berasal dari atas kasur Jungkookpun memenuhi ruangan. Secara kilat Jungkook menyambar ponsel tersebut dan menggeser simbol berwarna hijau tanpa membaca sang penelepon terlebih dahulu.
"Udah mulai reda, nih. Gue tunggu di tempat biasa 'ya! Jangan lama!"
Ttuut---
Tak ada satupun kata yang Jungkook ucapkan. Hanya menerima telepon, mendengarkan, lalu menutupnya.
Sifat Jungkook yang terlewat dingin memang susah untuk dikalahkan.
Setelah melempar asal ponselnya ke atas kasur, pria tinggi dengan rambut yang sedikit gondrong itu akhirnya bergegas mengenakan jins kebanggaannya dan mengambil jaket kulit berwarna hitam dari dalam lemari. Sekedar menyampirkan jaket pada pundak, lalu kembali mengambil ponsel dan juga dompetnya.
Berjalan dengan tergesa-gesa menuju lantai satu.
Hingga pria 17 tahun itu berhenti melangkah ketika kedua kakinya berhasil menapaki anak tangga terakhir, dengan tangan kanan yang mengambang di udara sembari tubuhnya yang menghadap ke nakas penyimpanan kunci di samping tangga.
Kunci motornya tidak ada.
"Mau kemana kamu?"
Jungkook menoleh. Mendapati sang kakak satu-satunya yang sedang berdiri dengan bersedekap dada di depan pintu kamarnya yang memang terletak di lantai satu.
Jungkook mendengus. Kini Jungkook paham, pasti kakaknya yang sudah menyembunyikan kunci motornya.
"Balikin kunci motor gue!" ucap Jungkook sarkas.
Yoongi yang terlihat masih mengenakan pakaian piyamanya dengan wajah khas orang bangun tidur itu tidak mengindahkan ucapan adiknya, berpura-pura tuli dengan pertanyaan yang Jungkook lontarkan.
Seharusnya ia ada pertemuan dengan koleganya di salah satu restoran, tapi karena hujan begitu deras dan Yoongi mendapat pesan bahwa koleganya tersebut membatalkan pertemuan, jadilah ia yang berniat untuk tidur seharian. Hingga ia mendengar suara pintu yang tertutup dengan keras dari kamar adiknya yang membuat ia terbangun dan berakhir memergoki Jungkook yang tengah ingin kabur dari rumah.
"Cepet, dimana kuncinya?!" Jungkook tampaknya sudah jengah.
"Buru-buru amat." Yoongi malah menanggapinya dengan candaan.
"Sumpah, gajelas lo!"
Agaknya keinginan Yoongi untuk tidur seharian harus lenyap karena ia yang melihat penampilan adiknya sudah rapih di tengah hari yang hujan ini. Jins robek-robek dengan jaket kulit yang disampirkan pada pundak itu sudah mampu membuat Yoongi sadar kemana tujuan si adik pada hari ini.
"Kamu gaboleh keluar hari ini. Masuk kamar." dari nadanya memang tidak ada kesan memaksa, terlewat datar malah. Tapi ditelinga Jungkook berbeda.
Apa-apaan dengan kalimat 'masuk kamar.' yang kakaknya itu ucapkan padanya? Memangnya ia anak kecil yang akan takut begitu saja?

KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...