•°°°°°•
Walaupun hari ini adalah hari yang paling Jungkook benci, tapi nyatanya tak ada cara yang bisa ia lakukan untuk menghapus hari ini dari deretan kalender.
Nyatanya ia harus datang dengan memakai jas sialan yang sungguh akan Jungkook buang setelah acara menyebalkan hari ini selesai.
Hari pernikahan Pradana.
Jungkook kini tengah duduk di ujung kasurnya, dengan dasi kupu-kupu yang hanya dengan asal ia lingkarkan pada bawah kerahnya. Terlebih lagi dengan jas hitam yang masih tergeletak di sisi kanannya.
Sudah terhitung 3 kali ia bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang hanya diisi dengan roti panggang pada pagi ini.
Selain hatinya, sepertinya tubuhnya juga menolak untuk mendatangi acara ayahnya hari ini. Deru napasnya terasa panas dan beberapa persendiannya terasa nyilu ketika digerakkan. Sepertinya ia akan diserang demam.
Satu helaan napas terdengar amat berat itu Jungkook lontarkan, mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan.
Baru saja dirinya ingin merebahkan diri, tapi ketukan pintu kamarnya membuatnya urung. Ia menatap jam tangannya, 08.39 acara akan dimulai pada jam 9 pagi, mungkin itu salah satu abangnya yang tengah mengajaknya bergegas.
Jungkook menghela napasnya sekali lagi, sebelum akhirnya ia mengambil jas dan ponselnya lalu berjalan membuka pintu kamarnya.
Jimin dan Taehyung berdiri menyambut Jungkook di depan pintu, menatap sang adik sepupu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
"Lo gak lagi sakit 'kan?" tanya Jimin dengan tangan kanannya yang mencoba untuk menyentuh kening Jungkook sebelum tangan itu dihempas terlebih dahulu.
Tanpa menjawab, Jungkook lebih dulu melangkah menuruni tangga. Mengabaikan pertanyaan Jimin dan juga tatapan Taehyung yang sama khawatirnya.
Melihat Jungkook sudah menuruni tangga, merekapun menyusul dan ikut duduk di ruang keluarga bersama yang lainnya.
"Gue sama Hoseok yang bakal bawa mobil. Yoongi, lo sama Jungkook bareng gue, biar yang lain di mobil satunya sama Hoseok." Seokjin yang sudah mengantongi kunci mobil itu terlihat terburu-buru sebab dirinya yang belum memakai sepatu.
Sedangkan Hoseok yang diberi amanah pun mengangguk setuju.
Setelah Seokjin selesai dengan sepatunya, iapun menghela napasnya. Entahlah, melihat wajah tidak menyenangkan dari Jungkook dan Yoongi membuat hatinya ikut-ikutan gundah.
"Gue tau ini bukan hari yang baik buat lo dan Jungkook, tapi apa salahnya buat nerima? Yoongi, lo udah dewasa dan bukan anak kecil lagi, lo punya Jungkook yang harus diperhatiin. Jangan kaya gini." Seokjin yang memang duduk disamping Yoongi itu berbisik pelan dengan menyematkan dua tepukan halus pada pundak sang sepupu, bermaksud memberi semangat.
Yoongi yang belum sepenuhnya siap menata hati itupun hanya menganggukan kepala dengan tatapannya yang terlihat kosong.
Setelah semuanya siap, merekapun mulai menjalankan mobil dan bergegas menuju tempat acara.
Mobil Seokjin yang dihuni oleh dua buah kulkas berjalan itupun hanya berakhir hening tanpa kata.
Seokjin bahkan sampai melirik pada spion mobilnya untuk mengecek keadaan Jungkook yang duduk di kursi belakang, takut-takut anak itu tertidur. Tapi yang Seokjin dapati hanya Jungkook yang diam mengamati jendela mobil.
Sedangkan di mobil Hoseok, ramai dengan pembicaraan yang bertema 'gimana reaksi Jungkook sama Yoongi hari ini?'
Jimin dan Taehyung bahkan sampai membuat cerita versi mereka masing-masing, membayangkan jika Jungkook mungkin saja akan melempar kue penikahan Pradana pada wajah sang istri baru. Hoseok yang menyetir bahkan sampai harus mengingatkan berkali-kali untuk tidak berkata yang berlebihan, mau bagaimanapun hari ini adalah hari yang baik bagi Pradana dan Sintia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...