dua-puluh-dua

2.1K 324 83
                                    

2K+ kata, mohon dibaca perlahan.
Enjoy!

•°°°°°•

Ttin.. ttin..

Mobil dengan cat hitam mengkilat yang baru saja berhenti di depan gerbang itu lekas membunyikan klaksonnya, meminta seseorang untuk segera membukakan gerbang besar yang menutupi jalannya dengan segera.

“Disini aja, bang.” Remaja berpakaian seragam putih-abu yang terlalu cepat untuk disebut jam pulang sekolah itu membuka lebih dulu pintu mobil disampingnya. Sedangkan seseorang yang duduk didepan kemudi itu hanya diam, meng-iya-kan.

Sebelum pintu mobil penumpang itu tertutup, Hoseok, seseorang yang duduk di depan kemudi itu berkata, “Jangan kemana-mana sampe abang kamu pulang ‘ya, Koo.”

Jungkook memandang malas pada Hoseok, “Hmm.” Dan gumaman tak jelasnya menjadi jawaban atas permintaan Hoseok padanya.

“Yaudah, abang jalan sekarang.” Pamit Hoseok dan setelahnya Jungkook segera menutup rapat pintu yang sempat tertunda untuknya tutup itu dengan sedikit kencang.

Setelah pintu tertutup dan terkunci, Hoseok kembali menyalakan klakson sekali lagi kepada satpam yang sudah menunggunya, mengucapkan terimakasih karena sudah membukakan gerbang dan setelahnya mendapatkan jawaban sama-sama dari lambaian pelan tangan sang satpam kepada Hoseok.

“Den Jungkook, pulang cepet?” tanya Pak Deden pada Jungkook yang hendak memasuki kawasan rumah.

“Iya, Pak.”

Walaupun terbilang dingin dan singkat, tapi menjawab adalah sebuah keseharusan bagi Jungkook pada seseorang yang jauh lebih tua daripada dirinya. Pak Deden yang sudah mulai terbiasa akan sikap Jungkook akhirnya memilih mengangguk saja, enggan untuk menanyakan yang lebih lagi.

Jungkookpun segera memasuki rumah dan melangkah ringan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Melewati beberapa Pembantu Rumah Tangga yang sedang bekerja membersihkan rumah.

Sampai dihadapan pintu kamarnya, iapun mengeluarkan kunci pintu dari tasnya, lantas memasukkan pada lubang kunci dan memutarnya. Membuka pintu kayu kamarnya dan tak lupa mencabut kunci dan meletakkannya pada meja belajar.

Melempar asal tas dan juga sepatunya pada lantai.

Memandang dirinya sendiri pada cermin dalam beberapa detik sebelum akhirnya ia merubuhkan tubuhnya pada kasur empuknya. Membuatnya sedikit tenggelam pada permukaan kasur dan kembali menyembul dan berakhir dengan suara ranjang yang sedikit berdecit.

Menghela napasnya berat, entah apa yang dipikirkan, tapi selanjutnya rambut yang sudah berantakan itu dibuat lebih berantakan lagi sebab Jungkook mengusak dengan kasar rambutnya, frustasi.

“Bang Yoongi pulang, ngetuk pintu, marah—“ ucapnya pelan pada dirinya sendiri sembari memandang langit-langit kamarnya, “—udah bisa gue tebak.”

Ya, alurnya akan sama. Jungkook bahkan bisa mengira-ngira sendiri kata-kata apa saja yang akan Yoongi ucapkan padanya. Yang pasti tak akan jauh dari “Abang cape kerja, bla, bla, bla.”

Jungkook tertawa miris, kembali mengusak rambutnya dan beralih duduk sembari membuka kancing kemeja seragamnya dan melempar asal kemeja pada sisi lain ranjang, menyisakan baju putih polosnya yang selalu ia kenakan.

Merasa ponselnya bergetar dari saku celana seragamnya, membuat Jungkook lantas mengambilnya dan membuka kunci pada lockscreen ponselnya,  mengecek satu persatu notifikasi tag dari berbagai sosial media yang ia punya.

Distress.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang