•°°°°°•
"Jungkook?!"
Suara Yoongi begitu menggema mengisi ruang kamarnya. Menyuarakan nama sang Adik yang masih setia mematung di tempatnya berdiri, lengkap dengan surat undangan sang Ayah yang jatuh tepat di atas sepatu hitamnya.
Jungkook mengosong. Dirinya masih mencerna jika apa yang baru saja dirinya baca adalah sesuatu yang salah.
Lantas Yoongi mendekat. Ia sudah terlalu paham tentang situasinya.
Tangan seputih susu itu mencoba menenangkan dengan menggenggam pundak adiknya yang bergetar. Tapi tak sampai terhitung lima detik tangan Yoongi berada di sana, tangan kekar milik adiknya sudah lebih dulu menepis.
Benar-benar menepisnya hingga tangan Yoongi berayun dengan keras.
Jungkook menatap Yoongi tajam. Dengan aksen kemerahan yang jelas pertanda jika Jungkook tengah menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Lo udah tau 'kan?" tanya Jungkook dengan nada rendah yang begitu tertahan, sembari tangan kanannya yang menunjuk dada milik kakaknya.
Lalu ia meraih surat undangan Ayahnya kembali, dengan tatapan bengis Jungkook melempar surat tersebut tepat mengenai wajah Yoongi yang hanya bisa terdiam.
"LO UDAH TAU DAN GAK NGASIH TAU GUE! IYA 'KAN?!"
Ucapan Jungkook begitu nyaring, berlomba dengan deru napasnya sendiri. Yoongi hanya bisa menjatuhkan pandangan. Ini diluar dari rencananya.
"Jungkook, abang bisa jelasin--"
"Kenapa sih, bang? Kenapa nunggu gue yang nemuin buktinya dulu sebelum lu yang jelasin?"
"Iya, abang ngaku salah, tapi dengerin dulu--"
"SIKAP LO YANG SELALU NGEJAHUIN GUE, lo juga bisa jelasin hal itu?"
Yoongi merasa tertampar. Benar, selama ini ia terlalu menjauhi adiknya sendiri. Tanpa ia sadari, dirinya hanya semakin membangun tembok besar diantara keduanya.
Yonggi total terdiam.
"Kenapa diem bang? Gue mau jawabannya!"
"JAWAB GUE, BRENGSEK!"
"JUNGKOOK!!"
Namjoon datang sembari membanting pintu. Sebab teriakkan Jungkook yang dapat terdengar hingga ke telinga Namjoon yang tengah menyantap sarapan, lantas membuat ia mendobrak pintu atasannya tanpa peduli jika mungkin tindakannya tidak sopan.
"Ada apa? Kenapa sampe lo bilang brengsek sama kakak lo sendiri, hah?!" ucap Namjoon sembari mendekat dan mencoba memutus pandangan yang begitu tajam dari Jungkook.
Sedangkan Yoongi. Pria itu hanya diam di tempatnya. Namjoon tak mengerti, ada masalah apa dengan mereka berdua?
"Jungkook ada apa, hm?"
Namjoon mencoba lebih pelan, dirinya sadar jika Jungkook yang keras akan semakin keras jika dilawan dengan kekerasan.
"Lo tanya sama bos lo."
Setelahnya Jungkook pergi dari kamar Yoongi, membawa serta kunci motor yang berhasil dirampas terlebih dahulu. Benar-benar pergi dengan sepeda motornya dengan tujuan yang tentunya bukanlah sekolah.
•°°°°°•
Nyatanya sosok Jungkook yang pergi dengan emosi pagi tadi benar-benar menghilangkan sosoknya seharian ini.
Jam dinding utama di rumah besar itu sudah menunjukkan angka delapan malam. Jimin dan Taehyung tentunya sudah pulang sedari sore, dengan membawa kabar bahwa mereka tidak melihat keberadaan Jungkook di sekolah samasekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...