sembilan

2K 290 30
                                    

•°°°°°•

Yoongi Anjaspati Pradana. Sosok pria berusia 26 tahun yang sudah mampu membesarkan perusahaan milik keluarganya. Menjadi kebanggaan keluarga besar dan tambang emas bagi perekonomian keluarga.

Semenjak sang Ibunda meninggal dunia, Yoongi semakin dituntut untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.

Harus mengurus Jungkook karena sang Ayah yang lebih mengutamakan pekerjaan dan tak jarang pria berkepala empat itu tak pulang selama berhari-hari.

Dunia Yoongi berubah sejak detik itu.

Sebut saja keluarga Pradana adalah keluarga yang penuh rahasia. Sebagaimana Jungkook sempurna menyembunyikan sakitnya, maka sebegitu sempurnanya jugalah Yoongi menyembunyikan air matanya.

Air mata yang tidak pernah lagi terlihat sejak terhitung satu minggu semenjak kepergian Widia.

Dirinya selalu menjadi sosok yang menguatkan. Menjadi penenang kala Jungkook jatuh pada waktu terendahnya. Sosok dengan wajah angkuh yang sukses memanipulasi duka dalam dirinya.

Tidak tahu sejak kapan Yoongi begitu berhasil membuat orang-orang sekitarnya percaya begitu saja dengan wajah dingin itu. Sempurna tanpa curiga.

Yoongi,

Pria itu hanya mencoba lebih kuat disetiap harinya. Selalu mencoba meski tak kadang malamnya hanya diisi bunyi bising sebab isakannya sendiri.

Seperti kini, waktu terbilang sudah larut malam. Laptop di hadapannya sudah mati karena pekerjaannya yang sudah rampung. Dirinya berniat untuk langsung mengistirahatkan tubuh lelahnya sebelum ia mengingat sesuatu yang Dewi -wanita bagian administrasi di kantornya- bawa siang tadi.

Yoongi membuka tas kantornya kembali, mengeluarkan secarik surat undangan mewah dengan nama kedua mempelai yang terpampang di halaman muka.

Yoongi menghela napas.

Baru membaca nama kedua mempelainya saja sudah mampu membuat Yoongi menjadi pening.

"Gue harus bilang apa sama Jungkook?" tanyanya sendiri.

Yoongi tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi adiknya itu ketika ia harus menyerahkan surat yang berada di tangannya.

"Shit!"

Yoongi mengumpat sembari mengusak rambutnya sendiri dengan frustasi.

Yoongi sudah cukup menerima keadaan keluarganya hingga ia benar-benar mencoba untuk sabar, sampai hari dimana surat undangan penikahan tiba-tiba muncul beberapa hari yang lalu,

Cukup.

Yoongi tidak dapat menerimanya kembali. Dirinya tidak mau sampai mati muda dengan cara yang menjijikan.

Akhirnya surat undangan bergaya mewah itu Yoongi letakkan asal di atas meja, memilih bodo amat dan beranjak menuju kasurnya.

Meninggalkan surat undangan yang tergelatak begitu saja dengan nama kedua mempelai yang tertera jelas,

Sinta Damayanti & Pradana Kusuma

•°°°°°

Pagi menyapa. Seperti biasa, Tuan Jungkook baru saja membuka kedua matanya. Lalu ia meilirik jam digital di atas nakas ; 06.38

Ia bangkit dengan perasaan terpaksa. Lalu dengan santai memasuki kamar mandi dan melanjutkan aktivitasnya.

Mungkin jika itu siswa sekolah lain, bangun di jam setengah tujuh adalah keterlambatan yang mutlak. Tapi Jungkook, bahkan pria itu tidak pernah peduli jika ia bangun ketika jam sudah menunjukkan angka tujuh.

Distress.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang