•°°°°°•
Jumat pagi yang tak secerah biasanya. Rumah berlantai tiga itu terlihat suram semenjak kejadian tadi malam.
Setelah jatuhnya Jungkook dengan tubuh gemetar menahan tangis semalam, tak ada satupun orang yang dapat tertidur nyenyak. Bahkan Yoongi hampir semalaman menunggu sang adik di depan pintu kamarnya, merasa bersalah.
Untungnya ada Seokjin yang dapat diandalkan ketika keadaan tengah genting seperti semalam. Dirinya langsung menggendong sang adik sepupu dengan bantuan Namjoon masuk ke dalam kamarnya. Berteriak pada Taehyung untuk mengambilkan alat-alat kedokterannya di dalam kamar.
Mengecek detak jantung, nadi hingga jalur pernapasan sang adik. Memang ada yang salah, tapi bukan sesuatu yang bisa Seokjin simpulkan secara langsung. Maka, ketika tubuh lemas itu tertidur karena terlalu lelah menangis, Seokjin beranjak mengambil kotak P3K untuk mengobati luka lecet yang berada di tubuh yang lebih muda.
Lutut hingga tulang kering yang tergesek lumayan parah, masih dengan darah yang sesekali terus menetes dari kulitnya. Lalu lengan kirinya yang juga lecet di beberapa bagian, tak lupa pipinya yang terdapat goresan benda tajam yang Seokjin sendiri tidak tahu darimana goresan itu berasal.
Sembari mengobati luka, Seokjin juga tak ada habisnya bertanya, tentang bagaimana takutnya sang adik ketika melihat Yoongi dan juga segemetar apa Jungkook ketika mendengar dirinya dan Yoongi berteriak.
"Emang dasarnya anak manja, terus kamu tiba-tiba berubah jadi anak gak bisa diatur kaya gini. Koo, mana ada yang percaya kalo kamu udah bener-bener sembuh dari masa lalu kamu? Abang cuma mau denger cerita kamu, Koo. Pengen tau semua masalah keluarga Pradana dari sisi pandang kamu. Sesulit itu? Sampai kamu gak tau harus ngomong darimana."
Nyatanya, selain Yoongi yang tidak tidur semalaman dan memilih menunggu di depan pintu sebab terlalu malu untuk masuk ke dalam kamar adiknya, ada Seokjin yang juga sama tidak bisa tidurnya. Pikirannya hanya dipenuhi tentang Jungkook yang bahkan tidak terusik dari tidurnya.
Lalu kini pemuda yang masih menggunakan kain bekas kompresan semalam itu terbangun sebab cahaya matahari yang mencoba masuk dari celah jendela yang sedikit terbuka.
Kepalanya masih terasa pening dengan permukaan kulitnya yang masih terbilang panas. Tubuhnya baru terasa sakit dan perih di beberapa bagian sekarang, setelah semalam ia hanya menganggapnya enteng dan tak mempedulikannya.
Setelahnya Jungkook hanya terdiam di atas kasur, menelisik langit-langit kamar dan sesekali mengernyitkan dahinya sebab terasa perih saat luka di tangan dan kakinya harus tergesek kain sprey.
Dirinya mencoba mengingat hari apa ini, dan setelahnya mengangguk sendiri sebab mengetahui mengapa rumah terasa kosong dan sunyi. Pasti yang lain sudah beraktifitas masing-masing.
Hingga persepsi Jungkook salah sebab tak lama kemudian muncul seseorang dari pintu kamarnya. Tampak kesulitan sebab tangan kanannya harus membawa nampan berisi sarapan dan tangan kirinya mencoba untuk membuka knop pintu.
Jungkook menoleh pada pintu, mendapati Seokjin yang ternyata mencoba untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Eh, udah bangun?" tanya Seokjin kala menyadari jika Jungkook telah membuka matanya sembari menaruh nampan pada nakas.
Jungkook sendiri hanya diam mengamati apa yang akan Seokjin lakukan selanjutnya.
"Ada yang sakit gak badannya? Mau ke rumah sakit?"
Seokjin duduk pada pinggiran kasur, lalu menatap Jungkook yang hanya memberi gelengan samar pada pertanyaannya.
"Jawab tuh yang bener! Kamu geleng karena gak sakit apa geleng karena gak mau ke rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...