dua-puluh-sembilan

2.5K 236 59
                                    

Hy, apa kabar? :)))


•°°°°°•

Siang ini seperti siang-siang sebelumnya di sebuah gedung SMA swasta di kawasan Jakarta Selatan terlihat beberapa murid masuk memenuhi kantin yang seakan tidak pernah sepi. Faktanyapun walau jam pembelajaran tengah berlangsung, ada saja beberapa siswa yang ‘nongkrong’ disana, katanya ‘sih sedang jam kosong. Selain kantin, sepanjang koridorpun terus ramai, beberapa murid tampak berlarian kesana-kemari. Salah satunya adalah dia, pria mungil dengan seragamnya yang rapih lengkap dengan dasi dan juga ikat pinggangnya yang tidak kelewat. Pria itu Jimin.

Ia berjalan cukup cepat di koridor kelas IPS yang jarang sekali ia kunjungi. Tujuannya adalah taman belakang yang kebetulan berdekatan dengan deretan kelas IPS di belakang gedung sekolah.

Tidak ada angin apalagi hujan badai, beberapa saat yang lalu ketika dirinya baru saja akan duduk di kursi kantin dengan sepiring batagor yang siap untuk masuk ke perutnya itu harus terhenti sebab ada dua anak kelas 10 yang datang menghampirinya.

“Maaf, kak. Kakak yang namanya Jimin, kan?” tanya salah satu dari adik kelasnya itu.

Jimin yang merasa namanya disebutpun mengangguk, membenarkan bahwa namanya adalah Jimin. Lantas ia menoleh pada Sunwoo –teman Jungkook- yang kebetulan sedang bersama dengannya kala itu.

Iya, memang benar bahwa itu adalah Sunwoo, anggota Laventer yang Jimin sendiri tidak tahu kalau perkumpulan itu adiknya yang mengketuai.

“Kakak dipanggil sama Kak Jungkook. Katanya, ditunggu di taman belakang, gitu kak.” Jelas adik kelasnya itu.

Sunwoo yang mendengar nama Jungkook yang notabenenya adalah temannya itu jadi aneh sendiri. Kenapa harus lewat adik kelas yang jelas-jelas Sunwoo sendiri saja tidak kenal siapa dia. Lagipula kenapa tidak lewat dirinya saja? Atau mungkin anak-anak laventer yang lain?

“Okedeh. Makasih, ya.” Jawab Jimin cepat tanpa curiga sama sekali.

Detik berikutnya sepiring batagor yang semula berada di tangannya itu kini sudah berpindah ke tangan Sunwoo yang masih mencerna kalimat teman seangkatannya yang tidak ia kenal barusan. Dengan otaknya yang kadang begitu lama untuk memproses keadaan, kini Jimin telah pergi dari hadapannya. Lengkap dengan sepiring batagor yang harus ia habiskan sendiri. Dalam hati beryukur karena mendapat makanan gratis.

Sunwoo pun mengerdikkan bahunya, “Bodo amat, udah gede ini, bisa jaga diri.”

Begitulah kiranya cerita singkat alasan kenapa kini Jimin sudah berada di taman belakang yang memang selalu sepi walaupun itu jam istirahat karena tempatnya yang berada di belakang gedung, membuat murid-murid merasa malas jika harus jauh-jauh datang kesini.

Mendengar nama Jungkook disebut oleh adik kelas yang membawa informasi padanya beberapa menit yang lalu membuat Jimin sedikit banyaknya terkejut. Sebab sudah sekian lama adik sepupunya itu seakan menghilang dari bumi walaupun nyatanya mereka berada di satu atap yang sama.

Dengan Jungkook yang ingin mengajaknya bertemu seperti ini membuat Jimin berharap bahwa mungkin adiknya itu akan menceritakan sesuatu padanya, walaupun mungkin hanya sedikit.

Tapi nyatanya keinginan Jimin itu harus ia kubur dalam-dalam, sebab alih-alih Jungkook yang berada di hadapannya kini, tapi teman satu kelasnyalah yang tengah berjalan mendekat dengan dua teman lainnya yang berjalan beriringan di kanan dan juga kirinya.

“Nyari siapa, Jim?”

Jimin menyipitkan kedua matanya, melihat gerak-gerik aneh yang teman kelasnya itu lakukan.

Distress.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang