lima-belas

2.4K 311 16
                                    

•°°°°°•

Awan semakin menguning di atas sana, seakan berjalan perlahan menuju tempat peristirahatan. Angin begitu kencang menerpa beberapa pepohonan, awan mendung juga sesekali hadir menambah kesan 'gelap' pada sore kali ini.

Agaknya hujan akan datang malam nanti.

Omong-omong tentang sore, kebetulan, sorak bahagia tengah dikumandangkan pada seisi gedung bertingkat di salah satu kawasan Jakarta. Gedung sekolah SMA Nusa Harapan, salah satu sekolah yang menerapkan sistem Full Day di setiap hari senin hingga kamis itu bersorak gembira kala jam dinding telah menunjukkan angka untuk segera pulang.

"5 menit lagi bel pulang, kalian bisa siap-siap dari sekarang. Saya tinggal 'ya, jangan ribut dan gak ada yang boleh pulang duluan!"

Pak Heru, guru dengan kaca mata kotaknya itu berlalu pergi meninggalkan kelas yang kini mulai ramai. Belum ada 10 detik setelah Pak Heru keluar, nyatanya kelas tak lagi bisa kondusif.

Beberapa siswi perempuan mulai rempong membicarakan 'mau kemana abis ini' bersama teman-teman satu genknya, ada pula yang terlihat rajin dengan masih membuka dan membaca buku mata pelajaran terakhir, terlihat sangat tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersisa.

Sedangkan siswa laki-laki hanya tersisa 5 orang di ujung kelas, yang lain? Sudah lari membelah diri untuk segera minggat dari ruang kelas. Dan Jungkook adalah salah satu dari 5 orang yang tersisa di kelasnya. Masih dengan earphone yang menyumpal telinganya semenjak jam istirahat kedua, juga kedua matanya yang menutup -tidur- tanpa mempedulikan guru-guru yang mengajar sedari awal.

Ditegur? Percuma. Bocah itu tak akan pernah mau menyimak jika bukan keinginannya sendiri.

Duk! Duk!

Tidur pulasnya terganggu sebab kursi yang tengah Jungkook duduki di tendang dengan sengaja oleh seseorang. Mau-tidak mau membuat Jungkook bangun dan menoleh dengan malas pada oknum yang sudah berani membangunkannya dari jam tidurnya yang berharga.

Mingyu, berdiri dengan wajah angkuh -seperti biasa- dengan antek-anteknya yang setia membuntuti bagai anak itik dengan induknya.

Jungkook menghela napas. Sedikit mengumpat dalam hati sebab Mingyu tak segera bicara apa maksud dan tujuannya membangunkan dirinya dengan cara yang terkesan kasar.

"Lo gak lupa 'kan?" ucap Mingyu sembari mencopot salah satu eaephone pada telinga Jungkook.

Bukannya menjawab, bocah itu malah menyampirkan tasnya pada salah satu pundak dan lantas berdiri, menyamakan tingginya dengan sang lawan bicara.

Sedetik kemudian, senyum yang tak kalah angkuh mengembang di bibir Jungkook, berdecih pelan yang lantas mampu membuat Mingyu naik pitam.

"10 malem, tempat biasa, puas?"

Tak ingin berlama-lama dengan Mingyu dan antek-anteknya, Jungkook lalu melangkah pergi. Namun belum hilang pundak Jungkook ditelan pintu kelas, Mingyu kembali bersuara.

"Gue pastiin lo bakal kalah malem ini, Asandra."

Jungkook spontan berhenti melangkah, menoleh sebentar pada Mingyu dan menyunggingkan senyum miring, "Terserah."

Lantas Jungkook benar-benar pergi.

Mingyu juga tersenyum miring dari tempatnya, juga berkata lirih pada dirinya sendiri, "Liat aja lo, Jungkook."

•°°°°°•


Makan malam baru saja usai, menyisakan Jimin dan Hoseok yang masih ribut di dapur karena mendapat giliran untuk mencuci piring. Walau ada beberapa pekerja rumah tangga di rumah berlantai tiga tersebut, tak membuat mereka seratus persen angkat tangan pada pekerjaan yang masih bisa mereka kerjakan sendiri.

Distress.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang