Maaf buat typo-typo!✌
•°°°°°•
Hari semakin larut malam, dan pulang menjadi satu-satunya hal yang pria jangkung itu damba-dambakan. Namjoon, berdiri di depan pintu ruangan Yoongi dengan bentuk dasi yang sudah tidak tertata rapih, tas jinjing kantornya yang sudah ia bawa di tangan kiri dan tangan kanannya yang sedang aktif memainkan ponsel.
Berdiri disana kurang lebih dari 5 menit yang lalu, tepat setelah Namjoon mendapat pesan singkat dari Yoongi yang mengatakan, 'Saya sudah selesai. 10 menit lagi saya keluar.'
Dengan sabar Namjoon menunggu didepan pintu, bersandar lesuh pada pintu yang mungkin Namjoon bisa saja terjengkang dan jatuh ketika Yoongi membuka pintunya secara tiba-tiba.
Tangan kanannya yang masih aktif memainkan ponsel itu nyantanya kini sedang bertukar pesan dengan adek-adek bawelnya. Taehyung mengabari jika mereka sudah hampir tiba di rumah, dan detik itupun Namjoon menghela napas lega.
Seharian ini rasanya seperti sedang main petak umpet dengan iblis, alias Yoongi adalah iblisnya. Namjoon yang ikut andil di dalam permainan juga mau-tak mau akan terkena imbasnya jika ketahuan.
Cklek...
Pintu kayu itu terbuka dari dalam, reflek membuat Namjoon menegakkan tubuhnya dan memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana.
"Mobil sudah siap, Pak. Mari!"
Yoongi hanya mengangguk saja, lantas melangkah lebih dulu daripada Namjoon.
Walau mereka sudah sedekat saudara kandung, tapi profesional saat di kantor itu juga perlu. Bagaimanapun Yoongi tetaplah atasan Namjoon yang harus ia hormati.
Keduanya lantas berjalan menuju lobby, menemukan mobil mewah berwarna hitam klimis itu sudah terparkir rapih di depan sana.
Namjoon lantas mengambil kunci dari Parkir Valet, orang yang bertugas untuk memarkirkan dan juga menyiapkan mobil Yoongi ketika ia akan pulang. Setelahnya Namjoonpun membukakan pintu mobil untuk Yoongi, membiarkan atasannya itu masuk terlebih dahulu, setelahnya iapun menutup pintu mobil dengan hati-hati.
Namjoonpun masuk, duduk di depan kemudi dan bersiap untuk pulang. Meninggalkan kantor yang sudah sepi dan siap membelah jalanan ibu kota yang masih saja terlihat ramai di jam malam seperti ini.
Hening lantas mengisi ruang mobil, tanpa ada obrolan maupun suara radio. Namjoonpun memilih abai, hanya fokus pada jalanan. Sedangkan Yoongi, kini tengah terpejam. Menyender pada kursi mobil dengan kedua kelopak matanya yang menutup. Mencoba untuk tidur, mungkin.
Seharian ini sama seperti hari-hari yang kemarin. Hanya bangun pagi, sarapan jika sempat, berangkat bekerja dan pulang malam seperti hari ini. Hal yang terus menerus berulang tanpa jeda.
Rasa-rasanya tak ada waktu hanya untuk memikirkan dirinya sendiri.
Tak seperti Seokjin yang masih menyempatkan membeli belanjaan bulanan di tengah gempuran pasien yang membludak, atau seperti Hoseok yang masih rutin jogging disetiap hari minggu.
Sedangkan dirinya, hari minggupun hanya dihabiskan untuk bekerja meski itu dilakukan di rumah.
Bertemu banyak kolega, mendatangi pesta para rekan yang sebenarnya tidak bermanfaat -hanya karena hubungan pekerjaan yang membuatnya harus repot-repot datang dan hanya berdiri seperti orang bodoh dengan terus menyalami orang-orang yang ia kenal, atau hanya sekedar makan siang yang sialnya selalu saja dijadwalkan dengan si ini, si itu, si anu dan bla bla bla
Ada kalanya ia muak sendiri.
Lalu ditengah kesemrawutan otaknya, tak jarang ia juga memikirkan bagaimana nasib adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Roman pour AdolescentsJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...