•°°°°°•
Hari semakin gelap dan udara semakin dingin. Dua pemuda yang berada di dalam mobil mewah itu memandang setiap sudut jalanan dengan gusar.
Jam mahal yang melingkar di tangan kiri pemuda yang sedang menyetir itu menunjukkan angka sepuluh lewat tiga puluh menit.
Hoseok, pria pemilik jampun melirik jam tangannya terus menerus. Merasa seperti sedang dikejar-kejar waktu.
Sedangkan Jimin, pemuda yang mengamati setiap sudut jalanan dengan teliti itu sekali lagi menghela napas kasar. Merasa buntu dengan tujuan mereka selanjutnya.
Semua tempat yang memungkinkan Jungkook berada di sana seratus persen nihil. Jungkook seperti hilang di telan bumi.
"Udah hubungin bang Yoongi?" tanya Hoseok yang masih menjalankan mobilnya hati-hati sembari menepi, ia memiliki firasat baik untuk tujuan mereka selanjutnya.
"Udah. Kata bang Yoongi, tadi sore Jungkook gak ada di sana." Jimin menjawab dengan matanya yang kembali melihat sekeliling jalanan komplek yang sepi.
"Gak pa-pa, kalau emang gak ada, kita cari ke tempat lain."
Hoseok itu type orang yang pekerja keras. Jika tujuannya belum terpenuhi, jangan harap dirinya akan pulang dengan tangan kosong. Sedangkan Jimin adalah seratus persen definisi saudara yang penyayang. Jimin tak akan bisa pulang dengan tenang jika Jungkook belum ditemukan.
Hoseok berhenti di depan gerbang besar ber-cat hitam itu dengan hati penuh doa agar Jungkook berada di sana.
Rumah Pradana.
Hoseok lantas turun dari mobil bersama Jimin yang kini terlihat sibuk dengan ponselnya untuk saling memberi kabar dengan saudara-saudaranya yang lain.
"Permisi?"
Gerbang kecil di samping gerbang utama terbuka, menampilkan bapak satpam yang menjaga rumah besar Pradana.
"Ehk, Mas Hoseok sana Mas Jimin? Ada apa 'ya?" ucapnya ramah sembari memberi salam.
Hoseok membalas salam itu, menautkan tangannya pada Pak Herdi yang bekerja menjadi satpam di rumah Pradana selama bertahun-tahun, jadi tidak heran jika mereka saling kenal.
"Saya lagi cari Jungkook, pak. Jungkook ada di dalem?"
"Waduh, tadi sore juga Den Yoongi ke rumah cari Den Jungkook, tapi maaf mas, Den Jungkook sekarang udah gak ada di rumah."
"Sekarang? Maksud bapak, tadi Jungkook sempat pulang?" tanya Hoseok. Sedangkan Jimin, lelaki itu hanya mengamati pembicaraan keduanya.
"Iya, mas. Den Jungkook sempat pulang jam sembilan tadi. Emm-- duh, gimana ya?"
Pak Herdi tampak gugup untuk mengutarakan apa yang dilihatnya beberapa jam yang lalu. Hoseok yang sedikit mulai mengertipun lantas tersenyum, "Gak pa-pa pak. Bilang aja."
"Itu mas, Den Jungkook pulang kayaknya abis berantem. Soalnya mukanya babak belur, saya sempet nanya, tapi Den Jungkook gak jawab dan langsung masuk gitu aja." ujar Pak Herdi.
Hoseok dan Jimin saling pandang. Mereka lantas menghela napas, kabar seperti ini seharusnya sudah tidak mengejutkan lagi, sebab semua saudaranyapun sudah lebih dulu mengira jika hal seperti ini akan terjadi.
"Terus Jungkook di rumah lama gak, pak?" kini Jimin yang bertanya.
"Gak lama, mas Jimin. Den Jungkook cuma ganti baju doang terus abis itu pergi lagi. Tapi saya sempet liat Den Jungkook abis ambil foto mendiang Ibu Besar dari album foto. Saya tahu soalnya fotonya gak sengaja jatuh waktu Den Jungkook mau naik ke motor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...