•°°°°°•
Hari peringatan kematian Widia.
Semalam Jungkook kembali pada titik terendahnya. Mencoba mati-matian untuk tidak merintih kala ia tak lagi dapat menghirup udara. Mencoba tetap tersadar kala pening tak lagi dapat dimaafkan.
Tapi cerita semalam biarlah jadi rahasia antara Jungkook dan Tuhan.
Nyatanya kini semua anggota keluarga telah berkumpul di rumah setelah mereka datang ke pemakaman Widia dan mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Jungkook total lemas, memilih tertidur di sepanjang perjalanan pulang. Jungkook kadang berpikir, bagaimana ketika waktu pembongkaran rahasianya terungkap suatu hari nanti. Jungkook tidak tahu harus menjelaskan dari mana dan sampai mana.
Sebab Jungkook sendiri tidak mengerti bagaimana tubuhnya bisa selemah ini.
"Gue mau pesen pizza, ada yang mau nitip gak?!" hingga suara teriakan Jimin seketika membuyarkan lamunan Jungkook.
"Gue!" tentu saja yang menjawab adalah Taehyung. Mengingat bagaimana anak itu sangat rakus sekali mengenai makanan.
Jungkook hanya diam di ujung sofa, menyaksikan ruang keluarga yang seketika ribut untuk mengabsen menu pizza yang Jungkook sendiri tidak terlalu mengerti.
"Kamu pesen yang mana, Koo?" hingga suara Hoseok membuatnya menoleh.
Sedikit risih sebenernya, Hoseok memiliki kebiasaan menganggilnya dengan sebutan 'Koo' semenjak pindah rumah, dan Jungkook tidak menyukainya. Itu terdengar seperti panggilan untuk anak kecil.
Jungkook menaikkan bahunya, "Apa aja gue makan." ucapnya untuk menjawab pertanyaan dari abang sepupunya itu.
Sudah dibilang kalau Jungkook tidak terlalu mengerti. Lagipula Jungkook bukan orang yang pemilih, apalagi makanan. Ia akan memakan apa yang ada, lagipula pizza sama saja. Semuanya hanya roti.
"Bang Yoongi mana?"
"Masuk kamar kayaknya."
"Belum keluar juga?"
"Istirahat kali."
Perbincangan antara Hoseok dan Seokjin itu tak sengaja masuk kedalam pendengarannya. Jungkook lantas memandangi pintu kayu yang terlihat dari arah tempatnya duduk. Tertutup rapat seakan enggan untuk dimasuki siapapun. Jungkook paham, mungkin Yoongi masih terbawa suasana.
Lalu Jungkook bangkit dari duduknya, berjalan perlahan menuju kamar Yoongi. Jungkook ingat jika Yoongi pulang ketika ia sedang menunggu nasi goreng buatan Seokjin semalam, dan Jungkook yakin jika Yoongi belum memasukkan sesendok nasipun ke dalam perutnya, sebab sarapanpun Yoongi mangkir.
Jungkook ketuk pintu kamar Yoongi. Menunggu beberapa saat, hingga suara khas kunci yang dibuka mampu Jungkook dengar.
Selanjutnya tubuh Yoongi yang masih dibalut jas hitam dari pemakaman itu muncul. Membuat Jungkook menatap bingung sebab raut wajah Yoongi yang terlihat kacau. Ada jejak air mata yang mengering dibawah matanya, juga pipi yang terlewat putih itu menjadi sedikit kemerahan.
Abangnya baru saja menangis?
"Bang," panggil Jungkook dengan begitu pelan. Belakangan ini menyebut nama kakaknya dengan bibirnya sendiri adalah hal yang membuat Jungkook canggung setengah mati.
Yoongi yang dipanggil hanya bergumam lirih. Menatap Jungkook seakan menyuruhnya agar cepat mengatakan maksud tujuannya mengetuk pintu kamarnya.
"Ayo, makan!"
Sial! Membujuk orang adalah kelemahan Jungkook. Nadanya malah seperti orang yang ingin mengajak baku hantam.
Yoongi berdengus, "Abang ada kerjaan, kamu sama yang lain aja." ucapnya cepat dan berniat menutup pintu kamarnya kembali.
Tapi kaki kanan Jungkook lebih dulu menghentikkan pergerakan pintu agar tidak tertutup. Jungkook lantas mendorong pintu itu semakin lebar. Menampilkan kamar Yoongi yang temaram namun tidak berantakan. Ya, kedua anak Pradana memang menyukai warna suram, tapi tidak untuk melupakan kebersihan.
Jungkook dengan seenaknya masuk ke dalam kamar. Berjalan terlebih dahulu dan duduk di kursi kerja milik Yoongi. Meneliti setiap sudut kamar kakaknya yang berbau kopi.
"Kamu ngapain disini?" Yoongi menutup pintu, lalu berjalan ke sisi ranjang dan duduk disana.
"Liat-liat kamar Lo. Gak boleh?"
Jungkook sekali lagi mengamati setiap dinding yang ada. Tak banyak dekorasi di kamar kakaknya, hingga membuat Jungkook merasa bahwa kamar Yoongi seperti sangat luas.
Yoongi yang merasa kedatangan Jungkook itu tidak jelas, lantas ia menghela napasnya.
"Abang tau kamu mau ngomong sesuatu. Cepet atau keluar aja dari sini!"
Jungkook itu sama sekali bukan tipe orang yang ingin 'melihat-lihat' isi kamar orang lain. Jadi, dengan mudahnya Yoongi menebak jika kedatangan Jungkook kemari ialah pria itu yang membawa pertanyaan dalam benaknya.
Jungkook yang seperti tertangkap basahpun hanya diam saja. Jungkook juga sadar jika kedatangannya akan sia-sia, sebab kakaknya adalah jelmaan cenayang. Tapi, yasudahlah.
Ia ingin bertanya.
"Lo akhir-akhir ini sibuk banget. Ada masalah di kantor?" tanya Jungkook yang sebenarnya hanya basa-basi.
Tidak mungkin 'kan kalau Jungkook tiba-tiba bertanya, "Lo kenapa jauhin gue?" nanti yang ada Yoongi ke-PD-an lagi, bilang kalau Jungkook rindu dengan dirinya.
Tapi Yoongi tetaplah Yoongi.
Pria yang berbeda 9 tahun lebih tua dari Jungkook itu malah berdecak dan tertawa singkat, "Ngapain kamu nanya masalah kantor? Bukan kamu banget, Kook."
Lagi, Jungkook tertangkap basah.
"Susah banget ngomong sama cenayang, heran."
Jungkook lalu mendekat ke arah ranjang. Berdiri di hadapan Yoongi yang kini malah menatapnya seolah-olah memancing emosi. Bagaimana tidak? Dari tatapannya, Jungkook yakin jika sekarang Yoongi tengah tertawa keras di dalam hatinya sebab Jungkook yang terlihat sangat bodoh.
"Ayo, makan! Nanti Pizza gue diembat si bantet."
Akhirnya Jungkook urung. Tidak mau membahas masalah jarak antara kakaknya untuk sekarang. Mungkin waktunya tidak tepat. Apalagi mereka baru saja mengingat kembali pasal kematian sang Bunda.
Yoongi sendiri berulang kali mengatakan maaf dalam hatinya. Ia hanya sedikit tertekan akhir-akhir ini, yang membuatnya tak sadar jika mungkin jarak antara Yoongi dan Jungkook semakin merenggang.
"Buruan!"
Kendati Yoongi yang masih berpikir di tempat duduknya, tetapi Jungkook malah sudah meninggalkan kamar Yoongi. Berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil yang tengah merajuk.
Adiknya salting.
•°°°°°•
Gatau deh, gemes sendiri ngebayangin Jungkook-Yoongi yang bodo amat tapi sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Ficção AdolescenteJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...