Baca chapter sebelumnya, siapa tau lupa
•°°°°°•
Hari-hari berlalu dengan apa adanya. Matahari yang sibuk menerangi bumi kala pagi, namun ada manusia yang selalu enggan untuk membuka matanya selama masa hukumannya belum berakhir.
Rumah yang kemudian ramai akan adanya Jimin dan Taehyung yang baru saja pulang sekolah tetap tak membuat remaja 17 tahun itu ingin keluar kamar. Atau kala makan malam berlangsung, daripada harus ikut bersama dengan yang lain, ia lebih memilih membuat mie instan dan memakannya diam-diam di dalam kamar.
Jungkook seakan mencoba untuk mengubur diri dari keramaian rumahnya sendiri.
Setelah kejadian malam itu, di mana Namjoon memergokinya yang sedang 'gila' di dalam kamar, Jungkook mencoba menghindari Namjoon setelahnya.
Tidak menjawab teleponnya, tidak membalas pesannya, ataupun membukakan pintu kamarnya untuk pria yang kini menjadi satu-satunya orang yang telah mengetahui rahasia besarnya.
Jungkook hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk menyikapi semua kekhawatiran Namjoon yang ditujukan padanya.
Mengetahui fakta bahwa kini ia tidak sendirian, membuatnya bingung.
Terlalu lama memendamnya sendirian dan seakan terbiasa akan itu semua, kini Jungkook hanya takut untuk menyikapi semua perhatian Namjoon padanya. Dia tidak tahu bagaimana caranya."Beneran perhatian, atau kasian, bang?"
Padahal Jungkook tidak tahu, seberapa banyak Namjoon mencari tahu tentang PTSD di internet, mempelajarinya dan mencari tahu bagaimana cara bisa menyembuhkannya. Jungkook juga tidak tahu seberapa banyaknya malam Namjoon yang ia lalui dengan hanya untuk memikirkan seberapa jauh Jungkook sudah pergi sendirian. Memikul segala beban mental yang seharusnya dibagi dan diceritakan pada orang-orang terdekat.
"Gue kasian, Kook. Kasian sama diri gue sendiri yang gak becus buat jaga lo, padahal kita udah sedeket itu."
Pada hari itu pesan singkatnya dibaca dan mendapatkan balasan untuk pertama kalinya setelah sekian banyak pesan yang sudah diabaikan begitu saja. Namun jawaban yang Namjoon dapatkan malah membuat pria itu semakin merasakan sakit berkali-kali lipat.
"Jangan, bang. Jangan kasian sama diri lo sendiri. Bang Yoongi juga biasa aja."
Fakta bahwa Jungkook dan Yoongi benar-benar memiliki tembok penghalang yang begitu besar, padahal tumpuan Jungkook untuk saat ini mungkin hanya Yoongi seorang setelah Bundanya harus pergi dan Ayahnya yang sudah sekian lama meninggalkan mereka secara tidak langsung. Kata lainnya, Jungkook hanya memiliki Yoongi.
Demi Tuhan, Namjoon pusing. Mau sampai kapan dua adik-kaka ini pergi hanya demi egonya masing-masing?
Satu minggu Jungkook berada di rumah karena masa skors-nya, tak sekalipun Namjoon melihat Yoongi maupun Jungkook saling menyapa.
Jungkook selalu mendekam di dalam kamarnya, Yoongi sibuk di kantor walau itu hari libur, ketika sarapan dan makan malampun keduanya lebih banyak menghindar satu sama lain. Entah Yoongi yang sengaja untuk makan malam diluar, atau Jungkook yang tidak mau keluar kamar karena sudah kenyang atau tidak lapar.
Yang pusing? Tentu saja bukan Namjoon sendiri, Seokjin dan Hoseok juga sempat menyeret paksa Jungkook untuk keluar kamar, tapi hasilnya nihil. Taehyung dan Jimin yang mencoba untuk mengajak Jungkook keluar lagipun tidak pernah didengar oleh Jungkook.
Beberapa kali diajak keluar oleh anak-anak Levanter-pun, Jungkook hanya membalas, "Duluan aja." Padahal dirinya tidak ada niatan untuk menyusul sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distress.
Teen FictionJungkook Asandra Pradana, pria tengil yang gemar sekali cari masalah. Katanya, masalah dan hidupnya adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Tapi, tak ada satupun manusia yang memang diciptakan sempurna. Begitupun dengan pria yang bernama...