Kitten

1.6K 215 28
                                    

"Dokter Jung, sudah ku katakan. Kita akan mendahulukan pasien di ruang 301, jangan membantah dengan mengatakan hal yang sama berulang kali." Hoseok, pria ber jas putih itu sedang di maki habis-habisan oleh Profesor Kang. Bahkan tanpa menunggu penjelasan Hoseok padanya.

"Maaf, tapi pasien di ruang 301 masih dapat menunggu. Usianya juga baru 12 tahun, tubuhnya masih dapat........"

"Jangan menyepelekan kondisi pasien Dokter Jung." Lagi-lagi profesor itu memotong ucapan Hoseok, hal itu kian membuat emosi pria itu terpancing.

"Bukan saya, tapi anda yang selalu menyepelekan pasien!"

Tanpa membalas ucapan Hoseok, profesor itu beranjak dari lorong. Hoseok frustasi dengan hal ini, dan rambutnya lah yang menjadi sasaran. Pria itu mengusak rambutnya kasar sembari menyenderkan tubuhnya pada dinding rumah sakit.

"Permisi." Suara yang memasuki gendang telinga Hoseok membuatnya mengalihkan pandangan, seorang remaja berdiri di sampingnya sembari menyeret tiang infus.

Pandangan Hoseok tertuju pada gelang identitas yang melingkar di pergelangan tangan si remaja.

"Apa yang membuatmu bisa sampai kemari?" Dengan senyuman Hoseok menyapa remaja yang mungkin seusia dengan Jimin.

"Ah... aku mencari pasien di ruang ini." Tunjuk remaja itu pada sebuah pintu yang tertutup, tetapi ada hal yang membuat Hoseok mengeryitkan keningnya.

Bagaimana remaja ini bisa masuk ke bangsal VIP, karena hanya orang yang memiliki akses yang bisa datang kemari.

"Eum.... Jimin sedang sekolah, ia akan kembali siang nanti." Remaja itu menganggukkan kepalanya, Hoseok sangat ingin bertanya padanya mengenai akses untuk kemari.

"Tapi, bagaimana bisa kau....."

"Apa yang di lakukan pasien dari bangsal lain di sini?" Hoseok terkejut bukan main, saat suara Profesor Kang terdengar kembali di telinganya.

"Maaf, saya sedang mencari pasien lain." Jelas remaja itu yang tak lain adalah Haejun.

"Aku akan meminta perawat untuk mengantarmu kembali." Hoseok menatap Prof. Kang yang beranjak bersama remaja itu. Tak ambil pusing, Hoseok pun turut beranjak dari sana.

***

Di tempat lain, dengan suasana yang lain. Jimin tengah duduk di dalam kelas dengan pandangan yang tertuju ke luar jendela. Hujan cukup deras mengguyur kota sejak beberapa menit yang lalu.

Suara Sera yang tengah menerangkan beberpa materi mengenai genetika harus teredam suara hujan.

Wanita itu menggentikan penjelasannya, menatap Jimin yang tak memperhatikannya sedari tadi. Baru saja sebuah peringatan akan Sera berikan, Jimin bangkit dari kursinya dan berlari kecil meninggalkan kelas.

Semua siswa menatap ke arah remaja Kim itu, ia bahkan tak mengucapkan apapun pada Sera sebelum pergi.

"Oh... apa yang di lakukan Jimin di tengah lapangan." Para siswa menatap keluar begitu juga dengan Sera, seorang siswa baru saja berujar cukup lantang mengenai aksi Jimin di tengah lapangan di saat hujan cukup deras.

Bukan karena sebab Jimin beranjak dan membelah derasnya hujan, netranya menangkap keberadaan beberapa anak kucing di tepi lapangan.

Semua memperhatikan Jimin yang melepas jas almamaternya guna menutupi anak kucing yang kini berpindah di pelukan remja itu.

Hujan kian deras dan tubuh Jimin sudah basah kuyup, ia segera beranjak menuju kelasnya. Tentu saja air yang menetes dari tubuh Jimin membuat semua orang merasa risih.

Air itu membasahi seluruh lorong, Taehyung yang baru saja kembali dari ruang kepala sekolah bahkan di buat tercengang dengan kelakuan Jimin.

"Jimin, keluar dari kelas dan segera ganti seragammu." Tegas Sera saat seragam Jimin membuat seisi kelas basah.

Jimin beranjak begitu saja dengan masih membawa anak-anak kucing itu. Sementara Taehyung beranjak menuju lokernya guna mengambil seragam baru yang selalu ia bawa saat pertandingan basket, dan segera mengejar Jimin yang sudah berjalan cukup jauh.

"Yak, kau sedang gila atau apa?" Taehyung menepuk bahu sahabatnya sembari menatap anak kucing di dalam jas almamater Jimin.

"Diamlah, dan bantu aku mengeringkan mereka." Jimin membuka pintu sebuah gudang dan meletakkan anak kucing yang ia bawa ka dalam kardus.

"Ganti pakaianmu dulu, aku akan mencari kain kering untuk membersihkan mereka."

Jimin menerima seragam yang di sodorkan Taehyung padanya tanpa penolakan, tubuhnya juga mulai menggigil sekarang.

Taehyung yang tengah mengeringkan para anak kucing, mengalihkan pandanganya pada Jimin yang baru saja kembali. Baju yang ia berika nampak besar di gunakan Jimin.

"Kau nampak seperti tupai terbang." Kikik Taehyung yang sukses mendapat lemparan sepatu dari Jimin.

"Diam, jangan sampai aku membunuhmu di sini."

"Sepertinya mereka lapar." Taehyung meletakkan anak kucing berwarna abu-abi kembali ke dalam kotak.

"Apa yang harus kita berikan pada mereka?" Jimin berpikir keras untuk hal itu, ia tak pernah memiliki kucing sebelumnya.

"Apakah mereka mau kacang?" Taehyung mengeluarkan sekantung almond dari saku jasnya.

"Kau gila, mereka tidak memakan kacang. Tapi apa yang bisa kita berikan pada mereka."

"Kurasa mereka masih menyusu pada induknya." Jimin melanjutkan ucapannya seraya meletakkan kain yang baru saja ia gunakan untuk mengeringkan tubuh anak kucing itu.

"Ah... Nuna baru saja membeli susu formula untuk Jenno, mungkin kita bisa minta sedikit." Usulan yang tak membantu sama sekali dari seorang Kim Taehyung.

"Seokjin hyung akan membunuhmu saat tau jika susu formula untuk putranya kau berikan pada anak kucing."

"Apa salahnya berbagi." Elak Taehyung tak mau di salahkan.

Keduanya masih saja bertukar argumen hingga tak menyadari jika keberadaan mereka di jetahui seorang guru jaga.

"Kalian berdua cepat kembali ke kelas!!" Suara benturan pintu cukup kencang di sertai pekikan seorang guru membuat Jimin maupun Taehyung terlonjak.

Tak hanya sampai di situ smartwacth milik Jimin turut mengeluarkan suara nyaring diikuti tubuh Jimin yang tersungkur.

"Yak... Jimin-ah." Taehyung yang panik segera mengangkat tubuh sahabatnya itu dan berlari secepatnya menuju ruang kesehatan, meninggalkan guru jaga yang masih berdiri di ambang pintu gudang.

"Aish... perlahan saja, kau akan cidera jika terlalu cepat berlari." Suara Jimin membuat Taehyung menghentikan langkahnya.

"Kau membuatku takut bodoh."

"Mengapa kau berhenti, bagaimana jika guru jaga tau aku menipunya." Walaupun dengan barbagai umpatan untuk Jimin, Taehyung tetap menuruti hal itu. Ia juga tak mau di hukum karena perbuatan Jimin.

"Jimin-ah, ingin sekali aku memberimu penghargaan penipu ter ulung di abad-21."
.
.
.
.
.
.
.
'Haruskah ku bawa anak kucing itu pulang? Bagaimana jika appa membunuhku?'
-kim jimin-


Bersambung........

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang