Senior

2.1K 244 13
                                    

"Hey Kim Jimin!" Pagi hari disambut suara seseorang yang seharusnya familiar tetapi dikarenakan tak mungkin sosok itu berada ditempat Jimin berada, remaja itu memilih abai dan terus melanjutkan langkah memasuki kelasnya.

"Yak, aku memanggilmu pendek. Apakah telingamu tersumbat hah..?!"

"Taehyung? apa yang kau lakukan disini, dan jangan membuatku membunuhmu karena mulutmu yang tak tau diri itu." Jimin menepis tangan sahabatnya yang seenaknya menumpu di bahunya, apa ia pikir bahu Jimin itu tempat meninggalkan barang tak berguna?

"Hei, seperti itu kah caramu menyambut murid baru?" Merasa tak percaya, Jimin mulai memindai seragam sekolah Taehyung. Dan benar saja, bagaimana bisa alien sepertinya dapat masuk di sekolah elit. Jimin rasa ada yang tidak beres dengan tes masuknya.

"Bagaimana bisa kau pindah kemari? Asal kau tau hanya manusia yang dapat sekolah di sini."

"Yak... kau pikir aku ini apa hah.... aku ini manusia bukan kera seperti sekretaris appamu itu." Elak Taehyung tak terima sembari mengusap rambutnya.

"Ralat, wanita itu musang bukan kera. Dan kau itu al......."

"Kim Jimin!" Suara lain yang menyapa gendang telinga seorang Kim Jimin membuat remaja itu menghentikan ucapnnya dan memilih untuk mengalihkan pandangannya.

"Oh..... Saem, kau disini. Ah..... ini Kim Taehyung dia temanku yang baru pindah kemari hari ini, kurasa kalian harus bicara. Aku akan pergi ke toilet sebentar, sampai jumpa Saem." Beruntung saja Jimin dapat menghindar, sungguh ia sangat takut jika sampai wali kelasnya menanyakan keberadaan kotak bekalnya kemarin.

Taehyung dan Sera yang merasa aneh dengan prilaku Jimin hanya saling pandang dan bertukar senyum canggung.

Sial memang karena kotak itu sirna entah kemana, bahkan Jimin harus memesannya di toko online karena tak dapat menemukan kotak yang sama persis.

***

"Menyingkir dari sebelahku!" Jimin yang mulai terusik karena Taehyung, mendorong tubuh sahabatnya itu. Bisa dikatakan tak hanya mendorong, Jimin juga menendang dan memukul Taehyung yang tak kunjung berpindah tempat.

"Aish.... ini sakit Kim Jimin." Taehyung lebih memilih untuk mengalah, bisa-bisa ia hancur karena ulah Jimin yang memiliki sabuk hitam taekwondo itu.

"Hei mau dengar sesuatu?" Hanya beberapa saat Jimin menerima kesunyian, bocah alien itu kembali membuka mulut dengan menyeret kursinya mendekati Jimin.

"Katakan apa itu dengan cepat dan segera pergi dari sini." Sarkas jimin seraya menutup buku yang ia baca dengan judul '10001 cara membunuh'

"Kau tau Daniel tak masuk hari sekolah hari ini." Mulai Taehyung seraya menyingkirkan buku dari tangan sahabatnya itu.

"Lalu? Apakah aku terlihat peduli?"

"Ayolah, apa kau tau alasannya?" Desak Taehyung berusaha menarik perhatian Jimin.

"Apa itu?"

"Yoongi hyung mendatangi rumahnya semalam dan kau tau apa yang ia temukan disana?"

Jimin benar-benar di buat risih, ingin sekali ia mempraktekkan apa yang baru saja ia baca dari buku.

"Yoongi hyung menemukan mayat adik Daniel pada sebuah peti perkakas di loteng."Sungguh Jimin di buat tercengang dengan hal itu, bagaimana bisa hal seperti itu terjadi?

"Dan Yoongi hyung juga meminta maaf karena ucapannya tempo hari, jadi apakah kau mau ikut denganku menghadiri pemakaman adik Daniel?"

"Baiklah, tapi siapa yang membunuh anak itu?" Taehyung menarik senyum dan mulai membisikkan sesuatu.

"Tuan Kang yang diduga menjadi tersangka saat ini." Jimin terdiam sejenak, memang Jimin cukup mengerti kondisi keluarga Daniel yang dapat dikatakan tidak cukup baik, apalagi hubungan Daniel dengan sang ayah.

Sebenarnya Taehyung masih ingin banyak bercerita tetapi kehadiran seorang siswa yang memanggil Jimin membuat Taehyung menekuk wajahnya.

"Yak.... Jimin-ah, aku akan semeja dengan mu!" Pekik Taehyung saat Jimin keluar dari kelas sembari menyeret jas almamaternya.

Jimin saat ini tengah berjalan melewati lorong sembari mendengarkan penjelasan Sungwoon yang beru saja memanggilnya, tetapi dapat dikatakan Jimin tak begitu mendengarkan karena kepalanya saat ini dipenuhi oleh Kang Daniel.

"Jim.... Jimin-ah!"

"Oh, Ne? Wae?"

"Sera Saem mencarimu, masuklah! Kau tadi mendengarkanku bukan?" Selidik Sungwoon sembari menatap ragu Jimin yang nampak kebingungan menatap pntu ruang guru.

"Tentu saja, gomawo Sungwoon-ah." Senyum yang Jimin berikan tak dapat membuat Sunghoon percaya, namun apa yang dapat diperbuat jika Jimin berkata baik-baik saja.

"Kim Jimin, kemari!" Netra hazel remaja itu menangkap keberadaan sang wali kelas yang tengah melambaikan tangannya, mengisyaratkan padanya untuk mendekat.

Demi apapun Jimin ingin pergi dari tempat ini sekarang.

"Apakah ada masalah saem?" Jimin yang mulai mendekat menatap wanita dihadapannya canggung.

"Bawa semua buku ini dan juga folmulirnya"

"Ne!?" hanya itu? Mengapa bukan Sungwoon yang membawanya. Bukankah ia ketua kelas dan selalu menjadi pembantu para guru dengan diminta membawa berbagai macam barang? Tapi mengapa predikat itu beralih padanya sekarang.

"Kim, cepat bawa semuanya kekelas."

"Tapi, mengapa aku? mengapa bukan Sungwoon saja." Ada kalanya Sera merasa diberkati karena memiliki murid pandai seperti Jimin, tetapi ada saatnya juga ia merasa jika ia telah melakukan dosa besar karena menganggap Jimin itu berkat untuknya.

"Apakah Sungwoon tak mengatakannya padamu? tangan Sungwoon terkilir, jadi cepat bawa semua ini kekelas aku akan menungu disana." Sera berlalu begitu saja sembari membawa jurnal miliknya, meninggalkan Jimin yang menatap sayu tumpukan buku itu.

Ruang Guru yang sudah kosong membuat Jimin leluasa mengumpat tanpa takut akan adanya hukuman.

"Hei kalian, kalian dari tingkat satu? cepat kemari!" Panggil Jimin cukup lantang guna menghentikan langkah tiga siswa yang tenggah melalui pintu ruang guru.

"Ne, Seonbae." Dengan cepat para siswa itu mengampiri Jimin.

"Bawa ini ke kelas 2-3!" Jimin menepuk tumpukan buku dan formulir disana, dan tanpa menunggu perintah lagi ketiga siswa itu segera membawa buku- buku itu keluar mengikuti langkah Jimin.

Inilah salah satu keuntungan menjadi senior, tak perlu mengeluarkan tenaga lebih agar pekerjaan selesai.

.
.
.
.
.
.
.
"Aku sadar jika mungkin nampak tak peduli, tetapi tolong kalian ketahui jika aku amat sangat tak peduli."
-kim jimin-
🍃🍃🍃



Bersambung.............

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang