Onar

1.7K 237 18
                                    

"Tae perlahan ini sakit asal kau tau!" Jimin mendorong tubuh Taehyung dari kakinya.

Sangat memalukan menhingat dirinya jatuh terjerembab di lapangan, dan karena rasa malu itu berpura-pura pingsan adalah pilihan terbaik.

"Yak... kau membuatku hampir mati, kau tau betapa paniknya aku saat melihatmu tak sadarkan diri." Taehyung berujar tak terima, ia berlari dari tengah lapangan saat melihat beberapa siswa menghampiri Jimin yang tiba-tiba jatuh pingsan.

"Itu memalukan, kau juga perlu tau itu." Jimin memijit pelan pergelangan kakinya, sampai seorang perawat datang membantu Jimin untuk memijit bengkak di pergelangan kakinya.

"Kau tunggu disini, aku akan mengambil obatmu di kelas." Jimin mengangguk singkat, fokusnya masih terpusat pada kakinya yang terasa nyeri.

Bersamaan dengan Taehyung keluar dari ruang kesehatan, Sera tiba dengan terengah. Panik menguasai dirinya saat ini.

"Taehyung, bagaimana keadaan Jimin? Apakah ia baik-baik saja? Astaga apa yang harus ku katakan pada Tuan Kim." Sera merasa panik sendiri, Taehyung yang melihatnya bahkan ingin terkikik

"Jimin baik-baik saja Saem, hanya sedikit terkilir. Kalau begitu saya ijin ke kelas." Serasa semua masalahnya tertiup angin, sungguh Sera merasa begitu lega.

Ia sangat terkejut saat Namjoon mengatakan Jika Jimin kurang sehat dan ditambah ia melihat Taehyung menggendong Jimin menuju ruang kesehatan.

Baru saja tangan Sera terulur untuk membuka knop pintu, suara dering ponselnya membuat Sera mengurungkan niatnya.

Nama Namjoon tertera di panggilan masuk, Sera tau persis mengapa Namjoon menghubunginya kembali.

"Hallo tuan!"

"......."

"Ne.. Jimin baik-baik saja, maaf tadi ada sedikit masalah di sini."

"......."

"Ne..."

Sera menghela napas sebelum melangkah masuk ke dalam ruang kesehatan, netranya menatap Jimin yang tengah duduk di atas brankar sembari memainkan ponselnya.

Siswanya nampak baik-baik saja, dan Sera bersyukur akan hal itu. Sepertinya Jimin sadar akan kedatangan Sera, remaja itu meletakkan ponselnya dan menatap wali kelasnya dengan senyum manis.

"Kakimu baik-baik saja?" Sera menyentuh pergelangan kaki Jimin.

"Ya.... bukan sesuatu yang sangat buruk. Bengkaknya juga sudah berkurang."

"Ku pikir kau benar-benar sekarat tadi." Sera berujar di selingi dengan tawa kecil.

"Ya... aku hampir sekarat karena malu." Perawat sekolah harus pergi mengambil beberapa paket obat, dan Sera yang kini menemani Jimin. Tak ada pembicaraan serius diantara keduanya hingga Taehyung datang dengan napas tersenggal.

"Ini, aku harus pergi untuk berlatih basket." Taehyung meletakkan beberapa tabung obat di pangkuan Jimin sembari membenahi letak ranselnya.

"Saem bisakah aku ijin hingga pulang sekolah?" Pandangan Taehyung berpindah menatap Sera Yang duduk di samping brankar.

"Ne... berlatihlah dengan baik." Jawab Sera yabg menjadi lampu hijau untuk Taehyung, bahkan remaja itu segera melesat pergi.

Jimin kini sibuk mengambil beberapa butir obat yang berada di setiap tabung, setelah memasukkan obat-obat itu kedalam mulutnya, tangan Jimin terulut untuk mengambil air dan menegaknya hingga tandas.

Sera tak berkata apapun sampai Jimin selesai dengan urusannya.

"Sebanyak itu?" Jimin yang mendengar ucapan Sera segera menatap kearah wali kelasnya.

"Eum... sebenarnya lebih banyak, tapi aku lupa membawanya."

Sera sebenarnya ingin bertanya lebih jauh, tapi ia masih berusaha menjaga perasaan Jimin. Mungkin Sera bisa menanyakannya pada Namjoon saat rapat wali murid.

"Saem, bukankah sekarang waktunya anda mengajar di kelas?" Jimin mengingatkan sembari turun dari atas bankar, remaja itu memasukkan ponsel dan tabung obatnya ke dalam jas almamater dan mulai sibuk mengenakan sepatunya.

"Ah... benar, apakah kau masih perlu istirahat?" Sera berbalik menatap Jimin, nampaknya Jimin sudah baik-baik saja sekarang.

"Tidak perlu."

***

"Kim Jimin!" Sera memanggil siswanya itu dengan membawa selebaran.

"Bisakah kau bagikan ini sebelum pulang? dan minta semuanya untuk membawanya besok." Jimin tak banyak bicara, ia segera menerima selebaran itu dan berlalu menunju kelas.

Semua temanya masih berada di kelas untuk mengikuti kelas tambahan, bukannya Jimin malas tetapi ia sudah cukup pintar untuk tidak perlu mengikuti kelas itu.

Apakah itu terlihat sombong, mungkin hal itu satu-satunya yang dapat Jimin banggakan.

Setelah kembali dari kelas, remaja itu mulai menyelinap melalui pintu belakang sekolah. Ia menghindari sang ayah yang akan menyeretnya kembali ke rumah sakit.

Berhasil menghindar dari Namjoon, Jimin segera pergi ke halte bus dan mengelilingi Seoul. Intinya ia tak boleh kembali ke rumah sampai sang ayah lelah mencari.

"Bibi tolong 2 hotteok." Jimin pergi ke salah satu pedagang dan mulai menghabiskan makanannya, melatikan diri membuatnya sangat lapar.

Jimin sangat jarang pergi keluar, ia lebih senang di rumah dan menghabiskan waktunya dengan bermain game.

"Mungkin taman akan sangat menyenangkan." Beranjak dari tempatnya, Jimin berjalan memalui trotoar dengan sesekali menendang batu kecil yang menghalanginya.

'Brak!'

Langkah Jimin terhenti saat mendengar suara benturan keras tak jauh dari tempatnya, remaja itu mundur beberapa langkah dan menatap ke arah gang sempit yang penuh dengan tempat sampah.

Netranya berusaha melihat seorang remaja yang tengah tersungkur dan dipukuli beberapa remaja yang bahkan jauh lebih besar.

"Yak.... apa yang kalian lakukan hah?!" Jimin berjalan mendekat sembari melepaskan jas almamaternya.

"Woah.... mau jadi pahlawan?" Seorang remaja dengan rambut licin itu mendekati Jimin yang berusaha membantu Jungkook untuk berdiri.

Ya... remaja payah di mata Jimin adalah Jungkook.

"Lalu apakah kalian pikir jika kalian itu hebat? Bahkan kalian hanya berani pada anak sekolah menengah pertama." Jimin memberikan jas amamater dan tasnya pada Jungkook, tak lupa dengan beberapa sosis yang baru saja ia beli di minimarket.

"Memang kau siapa hah! Lebih baik pergi sebelum kau bernasib sama sepertinya."

"Aku... aku kakaknya, mau apa kalian?!" Jimin menjawab dengan senyum remeh yang terpantri di bibirnya.

"Jangan banyak bicara!" Seorang siswa melayangkan pukulannya pada Jimin, tetapi mereka tidak tau jika yang mereka lawan memiliki sabuk hitam taekwondo.

Jimin menghindar dengan mudahnya, para remaja itu nampak semakin geram dan mulai menyerang secara bersamaan. Jimin menahan salah satunya dan mulai menagkis pukulan lainnya dengan tubuh rekan para remaja itu.

"Sialan, kau!" Salah seorang remaja yang sudah terluka di beberapa sudut wajahnya, terus mengumpati Jimin.

"Yak.. jika berkelahi, berkelahi saja! Jangan banyak bicara!"

Jimin sama sekali tidak melayangkan pukulan, bahkan itu nampak seperti ketiga remaja itu saling pukul.

Jungkook bahkan nampak tak berkedip melihat kelakuan Jimin.

Semuanya lelah, bahkan smartwatch yang dikenakan Jimin mulai mengeluarkan bunyi nyaring.

"Apa yang kalian lakukan hah?!" Hingga sebuah teriakan membuat kegiatan para remaja itu terhenti.

Jimin yang mengetahui jika Yoongi yang datang, segera menarik senyum manis dihadapan petugas polisi itu.

"Selamat siang hyung!"
.
.
.
.
.
.
.
"Jimin hyung sangat hebat."
-jeon jungkook-

Bersambung........

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang