Pelukan

1.8K 242 69
                                    

"Appa." Jimin menekan-nekan lengan sang ayah yang sedari tadi sibuk di depan laptopnya, bahkan tak sekalipun ia melirik putra tampannya.

Jimin kesal dan mulai mengelilingi meja kerja Namjoon dengan suara mobil damkar yang ia buat dengan mulutnya.

"Jimin hentikan." Tanpa melihat Jimin, Namjoon berusaha memberi peringatan.

Tetapi jangankan berhenti, Jimin saja tak mendengarkan ucapan Namjoon. Kelakuan remaja itu kian menjadi dengan melipat kertas di meja sang ayah dan mulai membuat burung kertas.

Jimin menata burung kertas itu dihadapan sang ayah, sembari bergumam tak jelas.

Namjoon mulai mengalihkan pandangannya, ia menatap semua burung kertas yang berjajar di hadapannya. Lambat laun raut wajah Namjoon menegas dan menggenggam tangan Jimin, agar sang putra menghentikan kegiatannya.

"Jimin, lebih baik kau tidur." Namjoon bangkit dari kursinya dan memungut semua kertas itu.

Jimin yangsegera pergi ke kamarnya dan mengikuti langkah sang ayah yang menuju sebuah peti kayu di sudut ruang kerja.

"Appa menyimpan itu semua?" Jimin mengintip dari sela tubuh sang ayah yang jauh lebih besar darinya.

"Abaikan saja, kajja appa akan istirahat sekarang." Namjoon mengiring Jimin keluar dari ruangannya dan menutup pintu rapat.

Jimin tak ambil pusing, remaja itu beranjak menuju kamarnya setelah mengucapkan selamat malam pada sang ayah.

Kini giliran Namjoon yang tak dapar terlelap, pikiranya kembali kepada burung kertas yang Jimin buat.

"Ga Eun-ah, jika kau tak berusaja menggugurkan kandunganmu Jimin tak akan menjadi seperti sekarang ini." Namjoon meringkuk di tepi ranjangnya, berbagai kenangan buruk mendesak masuk kedalam ingatannya.

"Hanya satu hal yang membuatku berterimakasih padamu, karena kau telah memberikan Jimin di kehidupanku."

***

Kelas yang sepi dan itu sangat menyenagkan bagi Jimin, karena ia dapat tidur dengan nyenyak.

Beberapa siswa rajin mendengarkan materi dari guru matematika, dan para siswa yang satu spesies seperti Jimin memilih untuk menyelami alam mimpi.

Taehyung tak datang ke sekolah beberapa hari karena harus berlatih basket untuk persiapan turnamen. Itu menguntungkan Jimin karena tak ada yang akan mengusik tidurnya.

Di jam istirahat Jimin memilih untuk meringkuk di mejanya, ia malas untuk sekedar pergi ke kantin.

"Jimin-ah!" Dengan sigab Jimin bangkit saat seseorang yang begitu familiar memanggil namanya.

"Woah.... saem anda sangat cantik hari ini." Jimin menarik senyum menatap Sera yang nampak berbeda dengan jepit yang terselip di rambut panjangnya.

"Ini untukmu." Sera tak memperdulikan ucapan Jimin dan meletakkan se kotak kue di atas meja siswanya itu.

"Sungguh?" Dengan senyum merekah, Jimin membuka kotak itu dan mulai memakan sepotong kue dari sana.

"Apakah rasanya enak?"

"Eum.... aku belum pernah mencoba yang seperti ini." Setelah menjawab pertanyaan Sera, Jimin menghentikan kegiatan mengunyahnya dan menatap wali kelasnya lama.

"Tapi, mengapa anda meminta ku untuk mencicipinya?"

"Kau sangat jujur dalam bicara, dan aku sedang mencoba resep baru." Jimin mengangguk paham.

"Ini sangat menakjubkan karena appa tak bisa memasak apapun untukku." Setelah memakan beberapa potong, Jimin menutup kotak itu dan tersenyum sangat manis kearah Sera.

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang