Black Card

1.7K 228 50
                                    

"Permisi." Suara ketukan pintu membuat beberapa guru mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Di ambang pintu nampak Jimin tengah membawa formulir yang diminta Sera kemarin.

"Saem ini formulir yang anda minta kemarin." Jimin meletakkan semua formulir yang ia bawa di atas meja wali kelasnya itu.

Sera yang menolehkan kepalanya melihat Jimin yang diam menatapnya sembari tersenyum lebar.

"Kau mau?" Sera paham tatapan Jimin, wanita itu menyodorkan kotak bekalnya kepada Jimin yang langsung disambut remaja itu antusias.

"Saem, anda memang yang terbaik." Senyum Jimin membuat Sera turut menarik senyuman.

"Bukankah ayahmu memiliki banyak uang, mengapa kau tak membeli sarapan di kantin?" Canda Sera sembai menata formulir yang baru saja Jimin letakkan.

"Appa memang kaya, tetapi aku sangat miskin." Sera semakin terkikik mendengar penuturan Jimin yang terlampau jujur.

"Baiklah, segera kembali ke kelas. Bukankah masih ada pelajaran sekarang." Jimin menuruti begitu saja ucapan Sera, remaja itu beranjak setelah membungkuk singkat.

Setibanya di kelas guru pembimbing belum tiba, dan ini kesempatan baik bagi Jimin untuk menyantap bekal yang baru saja Sera berikan padanya.

Sementara itu Sera sedang tak ada jadwal mengajar siang ini. Sehingga waktu ini ia gunakan untuk memasukkan semua data siswa dan memeriksanya satu persatu.

"Kim Jimin." Sera menggumam pelan saat membaca nama siswa yang tertera di formulir itu.

"13 oktober, 18 tahun." Sera melanjutkan gumamnya, hingga terhenti di nama Namjoon. Jimin tak menuliskan nama sang ibu disana, hanya nama Namjoon yang tertera di sana.

Lembar selanjutnya membuat Sera kagum dengan berbagai prestasi yang Jimin buat, tetapi ada hal lain yang menarik perhatian Sera.

Segera wanita itu mengambil ponselnya dan nampak menghubungi seseorang.

***
Pada jam mata pelajaran terakhir guru pembimbing tak dapat hadir, seisi kelas menjadi gaduh walaupun ada beberapa siswa yang pergi ke ruang belajar.

Tetapi lain dengan halnya Jimin yang memilih meringkuk di mejanya dengan dengkuran halus. Nampaknya remaja itu tak merasa terganggu sama sekali dengan kegiatan para temannya.

Hingga suara dering ponsel membuat Jimin terbangun dan segera beranjak dari kelasnya seraya menyeret tas sekolahnya.

Pesan dari sang ayah mengatakan jika ia berada di sekolah sekarang untuk bertemu wali kelas.

Jimin dengan nyawa yang masih setengah berjalan gontai menuju tempat parkir, pesan terbaru Namjoon mengatakan jika urusannya sudah selesai.

Dari jauh Jimin melihat mobil yang ayah yang terparkir, mungkin efek bangun tidur dan ia yang lupa dengan jadwal minum obat. Membuat tubuhnya terasa lemas, setibanya Jimin di dalam mobil Namjoon ia segera merogoh tasnya dan memasukkan beberapa pil sebelum tangannya menepuk bahu sang ayah untuk meminta air mineral.

Tetapi bukanya Namjoon yang memberikan Jimin air mineral, melainkan Sera yang duduk di samping Namjoon.

"Ukh....." saking terkejutnya beberapa pil itu tertelan begitu saja, segera Jimin mengambil air mineral itu dan meneguknya hingga tersisa setengah.

Tidak keren jika ia sekarat karena tersedak obat-obat itu.

"Kau baik-baik saja?" Namjoon menatap Jimin yang kini bersandar pada jendela mobil.

"Tunggu, mengapa Sera Saem bisa disini?" Bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Jimin malah berbalik bertanya.

"Ah... itu, sekalian appa akan mengantar Sera Saem pulang." Jimin benar-benar mengagumi pemikiran sang ayah kali ini.

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang