Masa Lalu

1.3K 189 20
                                    

Mungkin saja Taehyung dan Jimin sudah menahan muntah sedari tadi, mereka harus menikmati makan siang dengan pancaran lilin di atas meja. Bukanya ingin berkata buruk ataupun menghina orang yang sudah menyiapkan semua ini, tetapi bukankah ini sedikit kuno?

Namun lain halnya Namjoon dan Sera yang tak terganggu sedikitpun dengan asap lilin ataupu nuansa yang terjadi di sekitar mereka. Keduanya masih sibuk menunyah makanan masing-masing tanpa memperdulikan dua remaja yang sedari  tadi bergerak tidak tenang.

"Aish......... apakah mereka membuka jasa pemanggilan arwah, mengapa sangat banyak lilin disini?" Taehyung yang tak lagi mampu menahan rasa tidak nyaman, menarik tisu dan beranjak dari dalam ruangan VIP itu. Mungkin ia memang tidak tau maksud Namjoon yang ingin memberi kesan romantis di ruangan itu, tapi tetap saja asap lilin begitu menggangu napsu makan dua remaja malang itu.

"Yak..... Kim Taehyung, kemana kau?" Jimin turut bangkit, sembari meraih ponselnya di atas meja. Ia tak ingin ditinggalkan Taehyung begitu saja di tempat itu yang ,mirip seperti sarang perdukunan.

Namjoon berdeham singkat dan menatap Sera yang kini menghentikan acara makanya, keduanya saling pandang dan merasa canggung satu sama lain setelah Taehyung dan Jimin meninggalkan meja.

"Eum..... haruskah kita pindah ke tempat lain? Mungkin anda juga merasa tidak nyaman." Namjoon meraih tisu dan mengusam bibirnya pelan dengan tatapan tertuju pada wanita di sampingnya.

"Tidak perlu Tuan, lagi pula saya juga sudah selesai. Taerimakasih untuk hari ini."Senyuman Sera membuat Namjoon mengalihkan pandangannya, sedikit menghela napas dan mengontrol detak jantungnya.

"Haruskah ku berikan sekarang?" Gumaman pria itu nampaknya terdengar oleh Sera. Wanita berbalut pakaian panjang berwarna putih tulang itu mencondongkan badanya berusaha menatap Namjoon yang membuang muka.

"Apakah ada masalah Tuan?"

"Ah.... aku tau ini cukup mendadak, tapi kurasa...... " Namjoon menghela napas sejanak dan mulai merogoh saku jasnya, setidaknya ia ingat jika kotak cincin itu selalu ia bawa kemana-mana.

"Anda ingin menyampaikan sesuatu?"

"Ya, aku....." Ucapan Namjoon tertahan seketika saat dering ponsel menghancurkan fokusnya, ingin mengumpat rasanya pada orang yang menggangu kegiatan pentingnya.

"Maaf, saya permisi sebentar." Sera hanya mengangguk pelan dan mulai merai segelas air dengan tatapan yang tertuju pada Namjoon.

Nama Seokjin tertulis di layar, dan Namjoon yakin benar jika ini adalah hal yang penting. Karena Seokjin tak pernah menghubunginya jika itu bukan terkait masalah kantor ataupun Jimin. Seokjin tipe orang yang suka menyampaikan hal yang tak begitu penting secara langsung pada rekannya itu, seperti saat ia meminta saran dari namjoon perihal merek susu formula untuk putranya.

"Halo hyung, apa ada masalah?" Namjoon begitu penasaran tentang masalah apa yang terjadi di hari libur nasional seperti ini.

"Petugas keamanan menghubungiku jika ada seseorang yang memaksa masuk ke dalam kantor."

Namjoon mengerutkan kening, dan melihat riwayat panggilan. Mengapa petugas keamanan mengubungi Seokjin dan bukan dirinya untuk mengatakan hal itu.

"Apakah ada pegawai yang datang, mungkin saja ia mengantarkan barang."

"Aku ada di kantor sekarang bersama orang itu, aku tak bisa mengatakan lewat telephon jadi bisakah kau kemari."

Panggilan itu berakhir begitu saja, Namjoon menimang-nimang sejenak apakah ia harus pergi ke kantor atau mengabaikannya saja dan menghabiskan hari ini bersama Sera.

Pria satu anak itu, menatap wanita yang masih duduk di kursinya. Sesaat Namjoon merogoh saku jasnya mengeluarkan kotak cincin itu dan menatapnya sejenak.

"Sera Saem maaf, sepertinya saya harus pergi kekantor. Saya akan mengantar anda terlebih dulu, mari kita pergi sekarang." Namjoon mendekati Sera tak enak hati, di balik itu juga rencana hari ini harus ia batalkan.

"Tak perlu Tuan, saya akan pulang sendiri."

"Tapi...." Namjoon kian merasa bersalah karena Sera menolak tawarannya.

"Saya permisi Tuan, terimakasih untuk hari ini."

"Sera Saem, saya punya hadiah kecil untuk anda." Namjoon merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kalung berhias liontin putih yang begitu indah. Sera menatap benda itu, wanita itu mengernyit tak memahami pemberian Namjoon.

"Bisakah kita bertemu besok siang di kafe depan sekolah, ada hal yang ingin saya sampaikan." Namjoon menarik tangan wanita di hadapannya perlahan dan meletakkan kalung itu di telapak tangan Sera.

Sera masih menatap kalung di tangannya, belum sampai ia mengucapkan terimakasih, Namjoon sudah menghilang dari hadapannya. Sera terdiam sejenak, kalung yang diberikan Namjoon memang nampak indah, tetapi ia yakin jika kalung itu memiliki usia yang cukup tua, melihat dari ukiran dan model liontin yang sangat jarang ia temui di era sekarang.

Semantara itu, Namjoon hanya bisa memesankan taxi untuk Taehyung dan Jimin sebab Seokjin terus saja menghubunginya bagaikan teror. Jimin maupun Taehyung tak mempersalahkan hal itu, merasa memahami mungkin saja ada pekerjaan mendesak yang harus Namjoon selesaikan.

***

Seperti dugaan Namjoon, kantor begitu sepi dan orang macam apa yang memaksa masuk di saat hari libur seperti ini. Setidaknya ia harus memastikan jika orang itu bukanlah utusan pesaing bisnisnya.

"Dimana Tuan Seokjin?" Namjoon melontarkan pertanyaan pada penjaga di depan pintu masuk samping resepsionis.

"Mereka ada di ruangan anda presdir."

Tak menunggu lagi, Namjoon beranjak menuju lift. Ia harus segera menuju ruangannya dan memastikan orang asing tak tau diri itu.

Sesampainya di depan pintu ruangannya Namjoon membuka pintu cukup kencang dan membuat semua orang di sana menatap ke arahnya. Bukan hanya orang di dalam ruangan yang terkejut atas kedatangan Namjoon, namun Namjoon juga tak kalah terkejutnya hingga membuat pria itu terpaku di tempatnya beberapa saat.

"Namjoon-ah, aku sudah berusaha menjelaskan......." Namjoon mengangkat tangannya dan membuat ucapan Seokjin terhenti.

"Ada perlu apa kau kemari?" Namjoon mendekati mejanya dan meletakkan ponselnya di sana.

"Aku ingin menemuimu Namjoon-ah, tidakkah kau merindukanku?" Decihan terdengar dari Pria bermarga Kim itu, senyum remeh yang tercipta di sudut bibirnya begitu memuakkan. Ingin sekali Namjoon meludah di hadapan orang itu.

"Aku tak sudi melihat manusia hina sepertimu Lee Ga Eun."

.

.

.

.

.

.

'Aku tak akan membuat kesalahan yang sama'

-kim namjoon-






Bersambung

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang