Takut

2K 231 23
                                    

Bel masuk sudah berdering beberapa saat lalu, tetapi seorang wanita masih berkutik dengan surat pindah dari salah satu siswanya.

"Baiklah, akan ku selesaikan ini nanti." Sera bangkit dari kursinya dan berjalan cepat menyisuri koridor kosong, ini waktunya mengajar dan ia harus cepat.

Rambutnya bergerak pelan seiring dengan langkahnya, hingga langkahnya terhenti di depan pintu kelas. Suara meja dan kursi berderit cepat, menandakan para siswanya baru saja kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Selamat pagi." Sera berujar ramah sembari meletakkan buku yang ia bawa di atas meja guru.

"Selamat pagi Saem!" Hampir semua siswa menjawab selain dua remaja di deret meja belakang.

Sera masih menatap dua remaja itu, bahkan seisi kelas juga mengarahkan pandangan mereka ke pada siswa yang tidak lain adalah Jimin dan Taehyung.

"Kim Jimin.....! Kim Taehyung......!" Suara Sera yang meninggi membuat kedua siswa tak tau diri itu terlonjak, Taehyung tampak menguap dan Jimin memberikan senyuman konyol ke arah Sera.

"Ujian sudah dekat, jadi jangan main-main." Peringat Sera yang bahkan tak didengar oleh Jimin maupun Taehyung, keduanya sibuk membersihkan kotoran mata yang masih melekat di sudut mata mereka.

"Sebelum memuai materi, saya ingin menyampaikan jika Sungwoon mengajukan surat pindah. Jadi karena kekosongan jabatan ketua kelas maka....."

"Saya bersedia Saem!" Jimin mengangkat tangannya semangat, membuat Taehyung yang duduk di sebelahnya menggeser kursi.

Sera menghela napas sejenak, berusaha tak tergoda untuk menendang Jimin keluar dari kelas.

"Jadi apakah ada yang bersedia menjadi ketua kelas?" Sera mengalihkan pandangannya dari Jimin, dan mulai menatap satu-persatu siswanya, sialnya tak ada yang mengangkat tangan selain Jimin.

"Saem!" JImin kembali berujar, kali ini ia berdiri dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi.

"Apakah kalian yakin tak ingin mencalonkan diri sebagai ketua kelas, Bae Sejung?"

"Tidak Saem"

"Ah... Taekwang?"

"Maaf Saem, tapi saya tak bisa."

"Saem... Sera Saem.." Suara Jimin yang kembali terdengar membuat Sera panik.

"Tae... Taehyung, apa kau ingin menjadi ketua kelas?"

"Saya? tentu saja tidak."

Sera menyerah dengan hal itu, kini netranya menatap Jimin pasrah, mau tidak mau Jimin yang akan menjadi ketua kelas.

"Baiklah, mulai saat ini Jimin yang akan menjadi ketua kelas." Senum kemengan terukir di bibir Jimin, sementara sera kembali membuka catatan pembelajaran.

Jimin nampak lebih tenang, ia tak seberisik saat Sera tengah mengajar. Karena remaja itu tengah meringkuk di mejanya dengan dengkuran halus.

Hingga jam pelajaran Sera usai, wali kelas itu menghampiri meja Jimin.

"Kim Jimin, keruanganku sekarang!" Jimin yang mendengar hal itu segera bangkit dari posisi meringkuknya, memberikan senyum konyolnya sembari menatap Sera yang beranjak keluar kelas.

"Ne...."

Jimin tak kunjung beranjak, ia sibuk mengobrak-abrik isi tasnya yang tak terlalu penuh. Hanya ada ponsel, dua buah buku dan keripik kentang. Masalahnya adalah Jimin tak dapat menemukan benda penting yang ia cari.

"Ada masalah Jim?" Taehyung mendekati sahabatnya itu sembari mengintip kedalam ransel.

"Apa aku tidak membawanya?" Jimin tak memperdulikan Taehyung, ia sibuk bermonolog.

"Hei! Apa yang kau cari?"

"Kurasa aku sudah membawanya." Masih tak memperdulikan Taehyung, Jimin masih setia dengan monolognya.

"Astaga Kim Jimin, jangan membuatku penasaran." Taehyung yang mulai kesal menatap tajam Jimin.

"Ah..... ketemu." Jimin berseru sembari meletakkan benda yang sedari ia cari diatas meja dan mengeluarkan air mineral dari kolong mejanya.

Taehyung kini meraih beberapa tabung kecil yang Jimin letakkan di atas mejanya.

"Apa ada masalah? Ku pikir kau tidak lagi meminumnya." Taehyung meletakkan kembali tabung itu sehingga Jimin dapat mengambil isi didalamnya.

Jimin tak kunjung menjawab, remaja itu sibuk menelan beberapa pil berbeda warna yang ia ambil dari dalam tabung itu.

"Tadinya tidak, sampai semalam aku tak sadarkan diri dan appa membawaku ke rumah sakit." Jimin dengan tenang menjelaskan, dengan tangan yang sibuk memasukkan kembali tabung-tabung itu ke dalam tasnya.

"Apa? Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?" Taehyung segera menahan tangan Jimin saat remaja itu akan meninggalkan kursinya.

"Akan ku katakan nanti, aku harus menemui Sera Saem."

Sebenarnya banyak hal yang ingin Tehyung katakan dan tanyakan. Tetapi sepertinya ia bisa menyimpan semua sampai jam pulang sekolah nanti.

***

"Namjoon-ah, ada apa denganmu? Fokuslah pada pekerjaan, kita akan merilis game baru dan lihatlah dirimu saat ini." Seokjin merasa geram sendiri melihat tinggah sahabat dan rekan kerjanya itu.

"Aku berusaha fokus hyung, aku sudah berusaha." Namjoon kembali menjatuhkan dokumen rapat yang ada di tangannya. Ini sudah tiga kali Seokjin harus membantunya merapikan semua berkas itu.

"Namjoon, jangan membuang waktuku. Mari kita selesaikan rapatnya dan aku harus segera kembali ke kantor cabang." Seokjin menatap Namjoon yang sibuk mengumpulkan kertas-kertas penting itu.

"Aku tau hyung, mianhae." Namjoon telah selesai merapikan kekacauan yang ia perbuat, tetapi tetap saja pria itu nampak tidak tenang.

"Apakah aku harus menghubungi wali kelas Jimin?" Namjoon menatap Seokjin meminta pendapat.

"Tenanglah, Jimin baik-baik saja. Bukankah Hoseok sendiri yang mengijinkan Jimin berangkat sekolah." Seokjin beranjak, mengambil air untuk ia berikan pada rekannya itu.

"Tapi, aku khawatir. Hyung kau tau sendiri seperti apa Jimin, ia bukan tipe anak yang pendiam dan penurut. Bagaimana jika ia lupa meminum obatnya, bagaimana jika...."

"Tenang dulu, dan minum ini." Sejenak Namjoon menatap gelas yang Seokjin sodorkan padanya, sebelum ia meneguk isi gelas itu hingga tandas.

"Hoseok mengatakan itu hanya serangan sementara dan Jimin akan pulih dengan sendirinya. Jimin lebih kuat dari bayanganmu Namjoon-ah." Namjoon terdiam, ia berusaha berpikir positif saat ini.

"Aku hanya takut jika Jimin kembali pingsan, kau tau hyung betapa takutnya aku saat kembali dari kantor dan menemukan Jimin tak sadarkan diri di samping ranjangnya." Pria itu mengusap wajahnya kasar seraya menghela napas berat, semuanya nampak sangat sulit dalam keadaanya yang sekarang.

"Baiklah, aku akan menghubungi Taehyung untuk menanyakan kondisi Jimin. Bisakah sekarang kau tenang?"

"Kuharap aku bisa, aku tak akan tenang sebelum melihat dengan mata kepalaku sendiri jika Jimin baik-baik saja."

.

.

.

.

.

.

.

"Ini sangat sakit, tetapi tak apa karena aku menjadi ketua kelas hari ini."

-Kim Jimin-

Bersambung.............

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang