Tidur

1.9K 238 23
                                    

Tiga hari Namjoon berada di Busan sementara itu Jimin benar-benar melewatkan pemeriksaan rutin. Remaja itu bahkan tak berniat meminta obat kepada Hoseok, mengingat persediaan obatnya sudah mulai habis.

"Aish.... tidak bisakah aku berangkat sekolah dengan tenang?" Jimin yang tengah berjalan menuju halte bus harus berhenti di tengah jalan saat dadanya terasa begitu menyakitkan.

Dengan tergesa remaja itu mengambil obat penghilang rasa nyeri dan menelannya begitu saja.

Beberapa saat ia masih mencoba menetralkan pernapasannya hingga Jimin kembali memutuskan melanjutkan langkahnya.

Ternyata hari ini lebih sulit dari perkiraan Jimin, smartwatch yang ia gunakan tak berhenti mengeluarkan suara nyaring hingga ia memilih untuk melepas benda itu.

"Ah...... mengapa kelas masih sangat jauh." Keluh Jimin dengan terus berjalan dengan langkah sempoyongan. Ia masih bersyukur setidaknya tidak sampai jatuh terjerembab di lorong.

Sama seperti hari biasanya, setibanya di kelas Jimin serega meringkuk di mejanya, Taehyung tidak datang hari ini untuk turnamen basket. Sebenarnya Taehyung meminta Jimin untuk datang, tapi bahkan untuk berangkat sekolah saja rasanya begitu sulit.

Remaja itu terlelap cukup lama hingga harus terbangun karena rasa nyeri kembali menyerang dada kirinya. Beberapa kali Jimin memejamkan matanya erat, masih berusaha menahan rasa nyeri itu, bahkan terasa begitu menyakitkan saat ia menarik napas.

"Oh.. Kim Jimin mengikuti pelajaranku ternyata." Seorang guru pengajar yang tengah berdiri didepan kelas berujar seraya tersenyum meremehkan ke arah Jimin.

Hal itu merupakan keajaiban dunia bagi siswa lain, seorang Kim Jimin mengikuti pembelajaran. Seluruh perhatian terarah pada Jimin yang menatap lurus ke papan tulis.

"Kau akan menjadi kesayangan para guru jika selalu memperhatikan." Lagi-lagi guru pengajar itu berujar dengan di akhiri tawa ringan. Jimin sungguh tak peduli, ia ingin kembali tidur tetapi rasa nyeri itu tak dapat di ajak berkompromi.

Pelajaran berlalu dengan Jimin yang bersandar di jendela kelasnya, matanya terpejam dengan keringat yang mulai mengalir di pelipisnya.

"Akh....." merasa tak mampu lagi menahan rasa sakit itu, Jimin lebih memilih meringkuk di mejanya kala jam istirahat. Jimin sudah rak lagi sanggup untuk sekedar berjalan menuju ruang kesehatan.

Lambat laun Jimin mulai nampak tenang, sepertinya remaja itu sudah terlelap. Beberapa siswa juga tak ada yang mendekatinya  jika mereka masih ingin hidup, bisa di katakan hanya Sera yang bisa membangunkan Jimin tanpa ada umpatan dari mulut seorang Kim Jimin.

***

Sementara itu beberapa guru pengajar harus pergi untuk rapat bersama beberapa orang dari dinas pendidikan, dan Sera yang bertanggung jawab menyampaikan penugasan di setiap kelas.

Sebenarnya Sera ingin meminta bantuan Jimin, terapi wanita itu berubah pikiran ketika teringat kejadian dua hari lalu. Masih ada rasa tak nyaman saat ia meminta bantuan pada ketua kelasnya itu.

"Sudahlah, lagi pula ini akan segera selesai." Sera berulang kali, keluar masuk kelas untuk memberikan penugasan.

"Selamat siang semua!" Sera membuka pintu kelas dan sontak membuat para siswa berlomba duduk di kursi mereka. Hal yang biasa terjadi di kelas ketika guru tiba.

Pandangan Sera menyapu seisi kelas sembari membagikan lembar soal yang dititipkan oleh guru pengajar. Sampai perhatiannya terfokus pada Jimin yang meringkuk di mejanya.

"Apakah Jimin sudah tidur dari tadi?" Sera menatap Tae Kwang yang membantunya membagi lembaran soal, mendengar pertanyaan wali kelasnya Tae Kwang mengalihkan pandangannya ke deret meja belakang.

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang