Rubah

2K 248 27
                                    

"Kim Taehyung, turun dari ranjangku sekarang!" Sejak pagi Jimin sudah dibuat naik darah oleh kelakuan sobat alienya. Karena tragedi tragis kemarin Jimi tak di ijinkan sekolah oleh Namjoon dan hal itu membuatnya harus berbaring di ranjangnya seharian.

"Aish... ranjangmu terlalu sempit, jangan menyalahkanku kerdil." bukannya segera turun Taehyung semakin membuat Jimin terpojok.

"Bukan ranjangku yang terlalu sempit, tapi otakmulah yang sempit. Untuk apa kau meletakkan semua ini di atas ranjangku Kim?" Jimin menatap berbagai jenis barang di atas ranjangnya, mulai dari buah, pakaian, buku, alat mandi dan juga beberapa mangkuk plastik.

"Hei, aku banyak membantumu asal kau tau saja. Aku rela membolos demimu." elak Taehyung sembari meletakkan kotak sereal di dekat Jimin.

"Hah... membolos bukanlah bagian dari membantu, tetapi keinginan pribadimu."

"Lupakan, yang terpenting aku disini siap membantumu kapan saja." Ujar Taehyung seraya menyunggingkan senyum percaya diri.

"Jadi, cepat singkirkan semua barang ini dari ranjangku sebelum kutendang keluar kau." Jimin mulai menggerakkan tubuhnya menjauhkan berbagai barang di sampingnya.

"Tidak, appamu memintamu untuk tetap di atas ranjang jadi aku meletakkan semua barang yang mungkin kau butuhkan agar kau tak perlu turun dari atas ranjang. Bukankan aku jenius?" Apakah sebuah dosa besar jika Jimin menggantung Taehyung di balkon kamarnya? Atau jika ia melempar Taehyung dari lantai dua rumahnya.

"Bukankah kau disini untuk membantuku Kim Tae?"

"Ya... tentu saja, tetapi Kim samchone memintaku untuk mencoba game barunya. Dan itu juga termasuk membantumu." Semakin lama Jimin semakin tak mengerti jalan pikiran Taehyung, apa hubungannya mencoba game baru Namjoon dengan menjaganya.

"Apa lagi maksudmu kali ini? ku rasa kau lupa jika aku memiliki sabuk hitam taekwondo dan bisa membunuhmu dengan mudah." Ancaman Jimin yang mungkin hanya sebagai angin lalu.

"Aish.. kurasa IQ mu kurang tinggi Jimin-ah, jika aku mencoba game appamu aku bisa tau apakah game itu bagus atau tidak. Sehingga aku bisa memberi pendapat agar game itu laku di pasaran, dengan begitu appamu akan punya banyak uang untuk pengobatanmu."

"Yak.... aku tak sakit separah itu, yang membutuhkan banyak uang untuk berobat" Bantah Jimin sembari menatap kesal Taehyung yang sudah duduk di depan komputer.

"Tapi siapa yang bisa tau, hanya karena luka itu Kim Samchone sampai membawamu ke dokter spesialis organ dalam hanya untuk mengoleskan salep di kakimu." Jimin terdiam sesaat, ada benarnya juga yang dikatakan Taehyung.

Bahkan ayahnya membuat heboh seisi rumah sakit hanya karena ia mencari dokter Jung yang baru saja selesai melakukan operasi untuk mengobati kakinya. Bahkan Nmjoon menolak semua suster yang akan mengobati kaki sang putra.

"Aku tak mengelak kali ini, tapi cepat singkirkan semua ini. Aku tak akan sekarat hanya karena berjalan menuju dapur atau kamar mandi."

"Bukan kau yang sekarat tapi aku, sudahlah diam saja di ranjangmu dan biarkan aku bekerja dengan tenang."

Jimin hanya berdecak sebal sembari menutup tubuhnya dengan selimut, ia masih memiliki otak untuk tidak membalas lagi ucapan Taehyung yang semakin tak masuk akal itu.

***

"Kau sudah bangun?" Sura seorang wanita yang menyambut Jimin membuat remaja itu terlonjak dari ranjangnya.

"Sera saem, anda di sini?" Entah apa yang membuat Jimin bicara begitu formal pada wali kelasnya itu. Sera hanya menarik senyum dan meletakkan tas yang ia bawa di atas meja.

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang