Keinginan

1.6K 226 27
                                    

"Apa kau mengganggu Dokter Jung lagi?" Seorang pria dengan setelan jas rapinya baru saja memasuki sebuah ruang rawat sembari membawa sekantung buah. Pertanyaan yang ia lontarkan bukan tanpa alasan, tetapi adalah hal yang harus dipertanyakan.

"Tidak, aku menjadi anak baik hari ini." Jimin, si remaja dengan infus di punggung tangannya itu menatap sang ayah yang sibuk mengupaskan jeruk untuknya.

"Eum... bagus kalau seperti itu." Namjoon yang selesai dengan kulit jeruknya beranjak setelah memberikan jeruk yang telah terkupas pada Jimin. Tujuannya adalah toilet, sedikit membasuh wajahnya akan sangat menyegarkan.

Sekitar 10 menit berlalu dan akhirnya Namjoon kembali seraya memegang jas hitamnya yang sudah ia lepaskan, berjalan ringan mendekati Jimin yang kini memainkan game dari ponselnya. Tangan pria itu terulur dan menyibak rambut Jimin yang mulau pajang menutup mata putra semata wayangnya itu.

Jimin yang sedikit terganggu mengangkat kepalanya dan menatap sang ayah beberapa saat.

"Apa ada masalah appa?"

Namjoon tak kunjung menjawab, pria itu terlebih dulu menarik kursi dan duduk di samping brankar sembari menarik ponsel dari tangan Jimin.

"Perlu kau mengetahui ini, appa sangat menyayangimu. Tak ada hal yang lebih penting dan berharga selain dirimu, apapun yang appa lakukan itu demi kebaikanmu, apakah kau bisa mempercayai appa Jimin-ah?" Jimin mengeryitkan keningnya, berusaha memahami alur pembicaraan sang ayah.

"Tentu saja aku akan mempercayaimu appa, mengapa hal itu harus dipertanyakan? Bukankah appa terlihat aneh hari ini?" Jimin menyuarakan hal yang ada di pikiranya, menatap Namjoon dan menarik senyum manis.

"Aku bahkan lebih mempercayaimu appa dibanding dengan diriku sendiri."

Namjoon turut menarik senyumnya, bersyukur karena telah ada Jimin di hidupnya.

"Baiklah, sekarang waktunya kau istirahat. Berhenti bermain ponsel dan segera tidur." Namjoon bangkit dari posisi duduknya dan membantu Jimin untuk berbaring. Sedikit aneh bagi pria itu karena Jimin begitu penurut saat ini.

"Tidurlah, appa akan menemui Dokter Jung." Jimin mengangguk singkat, pandanganya masih tertuju pada sang ayah yang beranjak meninggalkan ruang rawatnya.

***

Namjoon berjalan ringan menyusuri lorong, sesekali ia memberikan jalan pada petugas medis yang berlalu-lalang membawa pasien. Nampak sekali dalam raut wajahnya jika pria itu dalam pikiran yang tidak tenang. Hingga ketika langkahnya sampai di pintu bertuliskan nama Dokter Jung Hoseok, ia berusaha menarik napas panjang dan mengetuk pintu pelan.

"Masuk!" Suara dari dalam memberi peringatan pada Namjoon, dengan pasti tanganya memutar knop pintu dan mengucapkan salam ramah.

"Selamat malam hyung." Hoseok yang tengah sibuk dengan laporan rekam medis, mengangkat kepalanya.

"Oh.... ternyata dirimu, kupikir ada perawat yang memerlukanku. Duduklah dulu, apakah kau mau teh?" Namjoon mengeleng pelan sembari menarik kursi dan mulai mendudukkan tubuhnya di depan meja praktek dokter muda itu.

"Apakah ada masalah?" Hoseok yang menghargai kedatangan Namjoon, menyingkirkan semua laporan medis itu dari mejanya.

"Eum.... sebenarnya aku ingin meminta pendapatmu hyung." Namjoon menunduk beberapa saat sembari memainkan jari tangannya.

"Aku akan berusaha membantumu, katakan saja."

"Aku tak tau memulainya dari mana, tapi pada intinya aku berencana untuk membawa Jimin ke Swiss untuk pengobatan. Namun sebelum itu aku ingin ada seseorang yang bisa selalu bersamanya, maksudku aku akan bersamanya tapi harus ada orang lain yang senantiasa bersamanya saat aku tidak ada." Hoseok sedikit memutar otaknya, ucapan Namjoon yang berbelit tak cukup mudah untuk dipahami.

This Is My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang