TERJAWAB

1K 148 11
                                    

Sepulangnya mereka berdua dari kerjaan, langsung saja mereka memutuskan untuk segera membersihkan diri. Apalagi Gana, sejak tadi sudah ingin rasanya masuk ke dalam kamar mandi. Mana Hotel tempat meeting jauh, nambah tenaga aja. Gana tuh manusia yang paling tidak suka lokasi dengan tempat nginap kejauhan. Di jalan saja sampai debat dengan Gege, mempermasalahkan pekara menginap. Lalu keduanya terpisah ketika di depan rumah. Gana langsung lari untuk segera membersihkan badan.

"Akhirnya gue ketemu air." Bak susah dengan sumber air, Gana seperti orang yang terlihat kurang bahagia di masa kecil. Namun sedari tadi Gana kepikiran dengan kejadian sebelum masuk ke dalam kamar, Gana sempat melihat ada sepasang perempuan dan laki-laki di sebelah kamarnya. Tidak satu tempat, tapi kan, seperti tetangga lah. Gana jadi segera mungkin cepat mandi. Takutnya tadi salah lihat, taunya kamar di sebelahnya kosong. Lagipula orangtua Gege untuk apa bangun banyak kamar di dekat rumah mini milik Gege ?. Mungkin sengaja untuk para tamu, agar di rumahnya khusus keluarga. Atau bisa saja mereka keluarganya banyak, ya namanya Sultan.

Untung tempat Gana menginap komplit. Cerdas juga ide Gege bikin rumah kecil. Ada dapur dengan alat-alat lengkap. Kulkas yang penuh pokok makanan. Gana tidak perlu mengeluarkan uang untuk makanan. Toh sudah tersedia, tinggal masak.

"Bikin indomie kayaknya lebih mantap." Ujarnya yang sedang mencari panci. Namun suara ketukam pintu membuyarkan lamunan Gana yang sejak tadi sibuk mencari panci. Ketika di buka, nampak sosok perempuan yang kalau Gana tidak salah ingat, namanya Saski, tantenya Gege.

"Iyah tante ?"

"Heh !! Gue ama lo dan Gege, beda 2 tahun. Ngapa lo ikut-ikutan manggil tante ?"

"Oh, maaf." Gana tersenyum canggung. "Kenapa mbak ?"

"Yah kagak papa dah di panggil mbak, timbang tante. Gatal kuping gue." Gana hanya bisa tersenyum. "Yok makan."

"Hah ?"

"Udah kunci dah tuh rumah. Ayok buruan makan. Teman Gege juga, keluarga kita." Gana hanya bisa pasrah lalu mengikuti Saski yang jalannya cepet banget. Benar-benar Gege versi feminim. Ketika Gana masuk, tatapannya tertuju pada pasangan yang tadi Gana lihat. Dalam hati Gana berucap syukur, karena bukan halusinasi.

"Oh Gana." Panggilan dari Ryan, papanya Gege membuat Gana tersenyum ramah. Gana juga menyalami semua orang yang tengah berada di meja makan. Gege. Satu manusia itu tidak hadir di meja makan ini.

"Om, Gege mana ?" Semua mata tertuju pada Gana yang kini celingukan mencari Gege. Gege tuh emang kalau lagi kumpul, selalu tidak tepat datangnya. Ya Gana tau, Gege tidak suka keramaian. Masalahnya ini di rumah orangtuanya.

"Gue susul deh." Ujar Saski yang akan siap berdiri.

"Nggak usah mbak." Cegah Gana pada Saski yang keheranan. "Dia paling nggak suka di susulin, saya telpon aja."

Lalu keadaan hening, tatapan mereka semua tertuju pada Gana yang tengah menelpon Gege.

Gana : Ge, bertelor ?" Saski menahan tawanya yang siap meledak. Yang lain hanya menelan ludah shok. Bisa-bisanya Gana berkata ceplas-ceplos depan orangtua Gege. Setelah sadar, Gana meminta maaf karena sudah tidak sopan.

Gege : Ganti baju.

Gana : Lama. Cepat, keburu malam.

Gege : Iyah.

Tak lama Gege datang dengan setelan baju yang sudah Gana hafal banget. Untungnya Gana bukan tipekal yang suka mengomentari pakaian siapapun. Baginya, yang penting orang tersebut nyaman.

"Ge."

"Hmm."

"Sekarang gue tau alasan lo sering bekalin masakan jamur." Kepala Gege menoleh, masih dengan raut bingung. "Ini makanan di meja serba jamur."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang