TENTANG KITA

1.9K 186 40
                                    

"Ini tantang kita, tentang di mana kita pernah merasankannya luka." Gana menghela nafas, sesekali melirik Gege. "Tentang di mana kita ingin bahagia. Lalu apa siap jika celah yang kita kasih, akan merubah semua rasa bahagia jadi luka ?"

"Maaf."

"Jangan lagi kasih celah, sekecil apapun. Kalau bisa, semutpun tidak bisa masuk." Gana masih setia menunggu kelanjutan pembicaraan Gege yang entah mengapa ini sedang menyinyir dirinya secara halus. Ya Gana akui, dirinya memang salah. Seharusnya dari awal kasih pehaman pada Karin, agar tidak berharap lebih. Niatnya memang baik, berteman. Namun siapa sangka hati seseorang tidak ada yang tau.

"Hmm."

"Hubungan ini bukan lagi tentang kamu yang mau ngelakuin apapun terserah hidup kamu. Ini tentang kita. Tentang di mana pernah terluka dan ingin bahagia. Akan hidup bersama dalam satu ikatan, dan sudah di rencanakan." Gana tersenyum, kembali fokus menyetir. "Jangan hanya karena ingin terlihat baik, apa yang sudah kita tata serapi mungkin, hancur."

"Iyah."

"Kamu perlu tau Gandana." Gana mengusap tangan Gege. Sesekali mengelus rambut milik Gege. "Ketika kita berniat baik, menyempurnakan sebagian ibadah kita, jangan sampe ada yang masuk lewat celah sedikitpun. Sekalipun orangtua, jangan sampe ikut campur. Kita berdua yang menjalani, dan kita berdua yang menghadapi. Apa kamu siap hal itu ?"

"Kalau aku nggak siap, untuk apa meminta kamu pada orangtuamu ?" Gege mengangkat bahu, rasanya beban dalam dirinya menghilang. Kalau boleh jujur, Gege malas sekali bercerita panjang lebar. Lebih baik pada intinya. Namun, sesekali Gege juga perlu mengatakan apa yang harus di ketahui pasangannnya.

"Aku harap ini pertama dan terakhir ada hal seperti ini." Gana mengangguk, walaupun Gege tidak melihatnya. Tangan Gana tidak lepas menggengam tangan Gege. Rasanya berpegangan di dalam mobil romantis juga. "Bukan hati pasangan saja yang luka, orang yang di kasih celah juga terluka. Karin mungkin bisa menjauh, tapi tidak ada kemungkinan kalau ada Karin-Karin selanjutnya."

Bibir Gana mencibir. Nyinyirnya belum kelar juga. Oh Tuhan sesalah Gana ini ternyata bisa mengakibatkan Gege jadi Gemani Teguh. Bijak sekali kalau sudah menasehati orang. Bisa-bisanya hidup dia sesantai ini. Tapi Gana bangga melihat cara Gege untuk menyelesaikan masalah. Pun Karin salah yang sepertinya menaruh harapn pada Gana. Tapi, Gege sportip. Kalau salah, ya salah. Contohnya kayak sekarang, Gana serasa sedang di nashetin emak sendiri. Biasanya perempuan kalau sedang emosi atau marah, saling jambak. Gege, santai sekali.

"Ponsel kamu bunyi, angkat dulu." Gana bisa mendengar suara siapa di sebrang sana. Yang tak lain ibunya. Lihat, Gege bahkan sudah seperti anak, bukan lagi calon mantu. Ibu mengatakan bahwa sedang terkunci di dalam rumah Gana. Gana tadi lupa pamit, main pergi saja. Untungnya Gana selalu menaruh kunci cadangan di dalam laci. Ketika mendapar tatapan tajam, Gana hanya mampu menyengir.

"Aku lupa, Ge."

"Jangan di ulangi Gandana." Gana mengangguk. "Bagaimana kalau terjadi sesuatu di rumah, dan kita susah di hubungi."

"Nanti aku telpon ibu, minta maaf."

Lalu keduanya terdiam, saling menggenggam tangan, menyalurkan perasaan rindu itu ada. Gana menepikan mobilnya di depan supermarket. Tak lama keluar setelah mendapat anggukan dari Gege. Lama Gege menunggu, Gana akhirnya datang dengan 2 botol minum. Lumayan haus juga di dalam mobil sambil ngobrol santai.

"Ge."

"Yah ?" Gege menoleh, satu alisnya naik melihat Gana yang terlihat gelisah.

"Boleh peluk ga ?" Gege menghela nafas, di kira akan ada apa. Lalu Gege mengangguk dengan senyuman. "Makasi ya, untuk semuanya."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang