SIDANG UNTUK GANA

1.1K 152 6
                                    

Begitu Gana masuk ke dalam ruangan, para geng gibah seperti biasanya asik menjadi panitia dosa. Gana yang merasa penasaran ikut nimbrung juga. Ya pada dasarnya akan bergibah pada waktunya.

"Bang Gana."

"Paan Bell ?"

"Gue semalem ketemu mbak Sisil." Kepala Gana mengangguk. "Katanya, nggak sengaja ketemu bang Gana. Bener ?"

"Iya." Medi langsung berdiri menghampiri meja Gana. Jiwa kepo Medi lebih tinggi daripada jiwa kemanusian.

"Terus gimana ?" Tanya Medi yang sudah nahan rasa penasarannya di ubun-ubun.

"Apa sih, Med ?"

"Ya gue nanya, gimana pas ketemu Sisil ?"

"Biasa aja."

"Serius bang Gana ketemu mantan malah biasa aja ?" Gana menoleh ke arah Rafka si manusia riweh. Rempong lagi. "Kalau gue udah nyesek."

"Ya itu lo, ini bang Gana. Beda alur." Sembur Bella dengan wajah galaknya. Gege yang merasa terganggu mendongkak kepala, melihat rekan kerjanya yang benar-benar sudah hilang profesional. Ini masalahnya jam kerja, gibahnya bisa lah di tunda. Dasarnya aja rasa penasaran tuh susah di tahan.

"Udah lah pada kerja. Malu sama Gemani." Kata Gana yang kini menatap Gege sedang fokus. Geng gibah langsung bubar dan duduk di kursi masing-masing. Sindiran Gana ngena banget. Padahal rasa penasaran Medi sudah mengebu di ubun-ubun.

"Bosnya, bapak gue. Jadi serah gue." Semua yang sedang bekerja tertawa puas. Rafka, langsung duduk kalem. Pun dia merasa anak yang punya perusahan, tetap saja kelakuannya seperti para karyawan lainnya. Ucapannya hanya sebatas sarkas doang, tidak ada niatan pamer.

Jam istirahat seperti biasa nangkring di kantin. Beda dengan Gemani, yang asik di posisi sama. Paling tidak, Gege bisa tenang jika jam istirahat. Karena geng gibah mana betah di ruang kerja. Gana juga keluar ikut 4 manusia yang masih penasaran dengan pertemuan Gana dan Sisil.

"Ge." Gege memutar kursinya, mata sipitnya makin tidak terlihat. Melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya. Nafasnya terdengar sangat keras, karena telah mengganggu kenyamanan Gege.

"Kenapa ?"

"Lo bisa bantu gue, nggak ?"

"Nggak."

"Ge, ya Allah. Gimana ya cara ngomongnya sama lo."

"Ngomong aja."

"Gue mau ambil cuti."

"Buat ?"

"Bini gue mau lahiran."

"Hubungannya sama saya, apa ?"

"Minta tolong sampein ke mbak Hana."

"Kenapa harus saya ?" Gege meneliti wajah panik Dery. Dery ini salah satu rekan kerjanya juga, tapi entah mengapa Gege baru kali ini melihatnya. Mungkin karena Gege telalu sibuk dengan dunianya sendiri. Sehingga karyawan di perusahaan tempatnya bekerja, hanya mengenal geng gibah dan Gana. Ada sih beberapa karyawan yang Gege kenal, hanya sebatas kenal saja.

"Mbak Hana galak. Gue takut, makanya minta tolong sama lo."

"Oke."

"Serius Ge ?"

"Hmm." Ketika melihat Dery sebahagia itu, rasanya Gege seperti melakukan yang sangat berharga. Gege menolongnya itupun Dery yang minta, bukan Gege yang menawarkan sendiri. Kebahagian manusia memang beda-beda. Ketika Gege siap berdiri, Banu datang dengan setelan jas yang gagah. Tuhan memang selalu baik pada Gege. Tapi hambanya yang selalu tidak mengerti jika Gege paling tidak suka di ganggu ketika di kantor.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang