29 TETANGGA MERESAHKAN

1.1K 164 14
                                    

Demi apapun yang ada di bumi ini, Gana sama sekali tidak merasakan ada kecemburuan atau iri. Hanya saja lama-lama Gana jengah dengan kelakuan pasangan suami-istri yang notabene tetangganya. Andai bisa bisa pindah, sudah di pastikan pindah rumah. Atau mungkin beli apartemen langsung. Gege pasti akan melarangnya. Gana sudah lebih dulu sedang asik mencuci mobil, lalu tiba-tiba saja Aji dan Sisil duduk di teras dengan sengajanya sambil ngobrol dan minum teh. Apa mereka sedang syuting sinetron, sehingga agar terlihat romantis. Rasanya Gana ingin memuntahkan isi makanan kemaren.

"GANA !! MAIN YOOKK !?" Suara menggelehger milik Bayu mampu membuat Gana ingin sekali saja mencoba mencekik leher Bayu detik itu juga.

"Ngapain lo ?"

"Mau ngobrolin bisnis lah. Jangan so kayak orang susah. Nyuci mobil di garasi, sana ke tempat pencucian mobil."

"Kalau tangan gue berguna, kenapa harus keluar duit ?"

"Astagfirullah, pelit lo emang --- lah ? Bentar," Gana menjambak rambutnya sendiri. Kenapa situasi ini harus terjadi. Dan Bayu, mengapa harus datang ke rumahnya. Gana rasanya ingin menghilang dari bumi ini. "Itu Sisil sama suaminya ? Lo sama mereka---"

"Ya, tetanggan." Gana lantas mendorong Bayu agar segera masuk. "Masuk, ayok masuk."

"Bentaran yailah Gana." Bayu dengan isengnya melirik ke arah rumah sebelah. "Sil !! Cielah mesra amat sama suami. Bismillah jadi ingin nikah."

"Eh Bayu, di sini ?" Sisil berdiri, dan Gana bisa melihat wajah Aji yang tak lepas dari gerak-gerik Sisil. Selebay itu memang Aji, padahal harusnya biasa saja.

"Mampir bentar, ada kepentingan. Romantis banget deh."

"Makasi." Katanya dengan senyuman. Gana segera menarik Bayu agar cepat masuk. Nggak enak di lihat tetangga lain. Nanti jadi bahan gibah ibu-ibu yang jualan sayur. Bayu menatap Gana yang kini tengah berdiri dengan malas.

"Ngapain diem aja !? Jelasin sama gue." Gana menghela nafas lalu duduk di samping Bayu. Lancar banget Gana jelasinnya kayak jalan tol. Bayu si pendengar yang baik mendengar dengan serius, tanpa menyela cerita Gana. Sangat prihatin ada di posisi Gana. Di saat ingin menata hidupnya, dengan kurang ajar masalalu malah kembali.

"Rencana kedepannya gimana ?"

"Ya gini aja Bay, lo tau gue." Bayu menepuk bahu Gana prihatin. "Sejauh apapun gue pergi, masalalu akan datang juga. Lagipula, sudah bukan urusan gue lagi."

"Oke dah. Yaudah Gan, gue ke sini mau bahas bisnis warteg doang."

"Mata lo warteg !!." Bayu terbahak keras. Mana mau Bayu ambil bisnis makanan, yang katanya males mikir menu. Beda dengan Gana yang apa saja ia ambil, yang penting berduìt. Keduanya mulai membicarakan bisnis yang sudah di kelola selama 2 tahun belakangan. Tidak ada yang tau bahwa Gana ini banyak investasinya. Gana memang hanya karyawan, tapi bukan berarti mengharapkan gaji sebagai karyawan saja. Mana ada karyawan kebeli rumah di komplek elit. Bisa beli mobil tanpa kredit. Gana ini selain bekerja di perusahaan milik bapaknya Rafka, dia merangkap bisnis. Dan investasi Gana pasti ada kaitannya dengan Bayu.

"Tapi Gan," Gana menatap Bayu, perasaannya mulai tidak enak. "Hubungan lo sama Gege, udah sampe tahap mana ?"

Damn !! Lagi-lagi perihal asmaranya. Harusnya tadi setelah membicarakan bisnis, Gana langsung tinggalkan Bayu. Atau usir saja sejauh-jauhnya.

"Gue rasa lo bukan anak SMP, lo bisa lihat lah."

"Gue bukan peramal." Gana mendengus kesal. "Gue serius. Gan, yang lo dekati adik sepupu gue. Lo tau, gue nggak sekepo ini kalau itu bukan Gege."

"Ya pokonya yang seperti lo lihat"

"Gue lihatnya biasa aja."

"Yaudah itu yang lo lihat." Bayu menatap Gana yang kini santai tengah menonton televisi. Ini yang bikin Bayu selalu penasaran akan percintaan Gana. Dia tipekal selalu sembunyi dan banyak ngeles. Tidak suka soal asmaranya di usik. Udah berasa artis saja Gana tuh.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang