Lamaran

2.3K 247 11
                                    

Gana lagi duduk di samping ibunya, bercerita tentang kerjaan dan pengalaman Gana selama merantau di Jakarta.

"Kamu tuh kenapa sih mukanya ?"

"Emang muka Gana kenapa ?"

"Kayak lagi senang."

"Iyah dong. Kan ketemu ibu, jadi senang atuh."

"Bohong banget." Kakak perempuannya yang sudah menikah sekitar 3 tahunan yang lalu. Hanya saja belum di percaya akan kehadiran sang anak. "Paling mau ngapel sama Sisil."

"Teteh indri mah sirik." Kata Gana yang langsung berdiri. "Anak muda kali Teh."

"Anak muda dari mana ? Umur udah 30 tahun." Kata ibu meninggalkan ruang tamu. Gana menggerutu kesal. Untung ya itu ibu tercinta, coba kalau tetangga, udah di ajak duel makan samyang.

"Teh." Gana menyenderkan kepalanya. "Gimana pas suami teteh melamar teteh ?"

"Kamu mau lamar Sisil ?" Kepala Gana mengangguk mantap, senyuman di bibirnya tidak pudar. Otaknya sedang membayangkan wajah cantik Sisil yang manis dan cantik. "Gitu dong, ada kemajuan. Kalau Teteh ya biasa aja sih. Pas suami lamar Teteh, dia datang ke rumah. Suami Teteh kan nggak romantis Gan."

"Kasihan Tetehku."

"Heh kamu tuh ya. Kasihan Sisil dapetin modelan kayak kamu."

"Kenapa sama aku ?"

"Gila akut. Tos lah Teteh mah arek ka kamar."

Gana mengangguk masih berdiam duduk di kursi. Padahal dari Jakarta udah mikirin rencana demi rencana. Tapi, pas nyampe Bandung, ilang khayalannya. Jadi gugup. Takut Sisil menolak. Ya meskipun sudah 10 tahun, Gana kan nggak tau seberapa Sisil siap menjalani pernikahaan dan gimana nanti kedepannya.

Sampai akhirnya hari di mana Gana tunggu - tunggu. Gana terus bersiul bahagia dan tidak lepas senyuman di bibirnya. Setelah sampai di depan rumah Sisil, wajah Gana kebingungan. Melihat rumah kekasihnya sangat ramai, pikirannya mungkin ada acara sodaranya atau bisa aja lagi selamatan. Gana mengeluarkan ponselnya, menghubungi Sisil agar keluar dari rumah.

"Hallo ?" Gana tersenyum ketika mendengar suara sang kekasih. Betapa Gana sangat merindukan kekasihnya. Dan hari ini Gana akan melepas rindunya.

"Sil, kamu di mana ?"

"Di rumah."

"Bisa keluar dulu nggak ?"

"Kenapa Aa ?"

"Aku di depan rumah, tapi aku bingung. Rumah kamu kok rame banget ?. Lagi ada acara apa ? Kamu kan anak tunggal."

"Kamu jangan becanda deh. Serius kamu di mana ?"

"Depan rumah kamu, Sil ?!" Suara Gana sedikit keras, karena bisa - bisanya Sisil tidak percaya. Biasanya Sisil akan bahagia kalau dengar Gana sudah ada di depan rumahnya.

"Maaf Aa, Sisil sibuk."

"Sibuk ?"

"Ada acara di rumah."

"Oh. Ya udah nggak papa, kamu keluar dulu. "

"Yang rame di rumah itu acara Sisil."

"Acara ? Acara apa ? Ulang tahun kamu masih lama. Ini lagian acaranya kok banyak mobil ?"

"Acara tunangan sisil Aa. Maaf, Sisil belum berani bilang sama Aa. Selama kita LDR, ada cowok yang deketin Sisil. Dia baik A, perhatian sama Sisil. Dia juga selalu ada. Dan perasaan Sisil semakin lama semakin hilang untuk Aa. Maaf."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang