PEMAHAMAN

1.1K 161 36
                                    

Sudah lamanya Gemani berdiri di depan rumah Gana yang entah sekarang pemiliknya kemana. Beberapa kali juga Gege menghubungi Gana, namun tidak ada jawaban apapun. Gege yang niatnya hanya sebentar karena ada janji, namun berakhir lama di rumah Gana. Tidak terhitung berapa kali Gege menghubungi Gana. Dari mulai pesan whatsaApp, sampai sms juga. Apa Gana tidak tau, waktu adalah sangat berharga bagi Gege. Kalau tau akan kejadian seperti sekarang, Gege tidak akan mau repot-repot belanja.

"Bu Erni." Tukang sayur langgangan para ibu-ibu komplek sini. "Liat Gana ?"

"Tadi ibu lihat lagi joging sama ibu-ibu komplek sini, ibu aja suruh nunggu di depan rumah mbak Sisil."

Hampir saja Gege menendang motor di hadapannya. Dengan tanpa ada niatan memberi tau, Gana seenaknya saja membuat Gege membuang waktu. Tidak taukah Gege sudah lama menunggu, dan Gana joging ? Sejak kapan pria itu mau joging. Tak lama Gege melihat Gana sedang berbincang dengan beberapa ibu-ibu, bahkan ada Sisil di belakangnya. Dan ya, siapa perempuan yang asik tertawa dengan Gana. Gege yang melihatnya hanya bisa menghela nafas kasar. Ketika mata mereka bertemu, Gege bisa melihat senyuman Gana. Kemudian pria yang kini tengah berlari ke arahnya, semakin terlihat lebih jelas.

"Berapa lama ?"

"Lumayan." Gana menuntun Gege ke dalam, lalu membuka pintu rumahnya.

"Pasti kamu telpon, hapenya nggak di bawa." Pantas saja tidak ada jawaban, ternyata sengaja tidak di bawa. "Aku tinggal bentar mandi."

"Sarapan, nasi uduk."

"Tadi aku udah makan lontong sayur bareng ibu-ibu. Kamu makan sendiri, gapapa ya ?" Gege hanya mengangguk lalu ke dapur mengambil piring. Ketika tatapan Gege ke arah uduk satunya, rasanya Gege ingin membuang depan muka Gana. Dengan tanpa dosa Gana makan terlebih dahulu, menyebalkan. Bukannya menambah nafsu, Gege justru merasa nafsunya hilang. Tak lama Gana datang dengan setelan baju santai, lalu Gege berdiri.

"Aku pulang."

"Bentar banget, ada janji ?" Gege hanya mengangguk, sedangkan Gana melihat ada yang aneh dari Gege. Tidak biasanya makan Gege cepet. "Mau aku antar ?"

"Nggak perlu." Suaranya juga lebih dingin, sehingga Gana menegakan tubuhnya. "Assalamuallaikum."

"Ge !!" Bahkan teriakan Gana hanya di balas lirikan oleh Gege. "Kamu ada masalah ?"

"Hm." Tak lama Gege pergi dengan motornya, meninggalkan Gana dengan sejuta pertanyaan. Gana kembali masuk, mengingat apa dirnya yang berbuat salah. Gege bukanlah perempuan yang mau berkata terus terang jika ada masalah, selalu di pendem sendiri.

"Astagfirullah, 76 panggilan ? 5 sms dan 12 cating whatsaApp. Sialan." Gana segera menghubungi Gege beberapa kali, namun hasilnya nihil. Mencoba berfikir positif, barangkali Gege sedang mandi. Tak lama ada pesan dari Bayu, menyuruhnya untuk ke restoran. Dengan berat hati Gana beranjak, mungkin nanti akan Gana coba lagi menghubungi Gemani.

"Aa, mau ke mana ?"

"Ketemu teman, Rin."

"Karin boleh ikut gak ? Bosen di rumah."

"Bol--

"Nggak usah pergi kemanapun Karin, masuk ke dalam." Itu suara Sisil tanpa menatap Gana. Ngomong-ngomong, Gana dan Sisil sudah menyelesaikan semuanya di taman tadi saat joging. Keduanya sepakat hanya akan saling sapa tanpa ada obrolan atau jadi sodara. Bahkan Sisil sudah dapat ijin suaminya untuk menyelesaikan masa lalu. Gana menerima ajakan Sisil, semata-mata tidak ingin ada masalah apapun. Meskipun berakhir baik, bukan berati menganggap semuanya baik.

"Ciee yang mau nikah." Gana masuk ke dalam Resto dapat sambutan yang menyebalkan. Arya dengan Bayu memang tidak melihat situasi. Untung ada Gilang yang hanya tersenyum lalu bersalaman.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang