35 Tanggal lamaran

1.2K 157 9
                                    

"Bener nggak sih, Aa ? Ibu kok rasanya pengen ngomel-ngomel."

Sudah tak terhitung berapa kali Gana menghela nafas. Ibu nanya terus perihal antara Gege dan ibunya. Gana menceritakan yang ia ketahui saja. Toh sebenarnya bukan urusan Gana juga. Berhubung ibu katanya penasaran, Gana jelasin aja.

"Kalau salah, ngapain Aa cerita ?"

Ibu melirik sebentar lalu kembali melanjutkan aktivtasnya. Hari ini memang ibu sama ayah sengaja nginep di rumah Gana. Tidak mungkin setelah acara kemaren pulang ke Bandung.

"Terus acara lamaran secara resmi, udah ada tanggal ?"

"Nanti ayah tanya Gege aja."

"Mendingan kalian dikusikan. Supaya saling memahami. Kalau ayah ikut anaknya aja."

"Kalau aku, ngikut Gege aja."

"Ngikut Gege, kamu masih di rumah. Belum mandi pula." Sela ibu yang kini tengah asik menyapu. Rumah jadi bersih kalau ada ibu. Gana hanya mampu tersenyum mendengar omelan ibunya.

"Bentar lagi datang bu, jangan khawatir."

"Siapa ? Gege ?"

"Ya emang siapa lagi ?" Gana kemudian tersenyum ketika mendengar suara motor. Ibu lantas berjalan ke arah pintu, ketika melihat Gege langsung keluar bantuin Gege.

"Ge," sapaan dari ayah Gana pertama Gege baru saja masuk. Lalu cuci tangan, baru salaman pada ibu dan ayahnya Gana. "Itu belanjaan apa ?"

"Sayuran."

"Gege yang belanjain ?" Tanya ibu yang sudah membuka kantong plastik. Kalau Gana, sudah pergi ke dapur ambil piring. Ayah yang melihat dari cara Gege masuk, menata sayuran, dan Gana yang ambil piring, sudah paham. Memang kerjasama yang cukup bagus. Gana meletakan nasi uduk yang tadi Gege bawa. Seperti biasa, setelah habis menata sayuran langsung sarapan. Biasanya berdua, kali ini berempat.

"Iyah bu."

"Ya ampun ngerepotin banget." Ibu berbalik menatap Gana yang tengah nyengir. Tidak bisa di biarkan, Gana keenakan kalau terus-terus saja Gemani yang melakukan semuanya. "Terus, selama Gege belanja, Aa di rumah ngapain ?"

"Ya bersihin rumah bu,"

"Emang bisa ?"

"Percuma beli rumah, kalau nggak bisa sapu, pel."

Ayahnya terkekeh lalu menerima piring berisi nasi uduk. Semua sudah duduk di meja makan, tinggal Gege yang masih merapikan kantong plastik. Tau-tau Gege menyiapkan air mineral botol kecil. Isi kulkas memang Gege yang atur semua, dari sayuran dan buah-buahan. Jangan lupaķan frizer isi daging yang gampang bisa di masak Gana.

"Belanja pake duit siapa, Ge ?" Gege udah duduk ikut sarapan bareng. Biasanya Gege beli 2 bungkus. Berhubung Gege tadi tidak sengaja melihat story WhatsaAp Gana, video ibu yang tengah menyapu. Dengan inisiatif sendiri, Gege membeli 4 bungkus. Syukurnya pada belum sarapan.

"Pake uang aku, bu. Tenang aja. Aku juga nggak bakal ijinin Gege belanja make uangnya." Ibu tersenyum bangga. "Nggak liat atas kulkas ada toples uang ?"

Dan anehnya ibu langsung menoleh, benar saja ada toples berisikan uang. Mana toplesnya ada tulisan 'uang belanja'.

"Makasi Ge, udah mau urusin Gana." Itu ayah yang ngomong, Gana menoleh, melihat tatapan ayahnya pada Gege. Gana tau, ayah sedang terharu karena anaknya menemukan perempuan tepat. Gege hanya mampu tersenyum untuk menanggapin tatapan calon mertuanya. Calon mertua, Gege jadi malu sendiri kalau meningat sebentar lagi akan punya keluarga baru.

"Ayah tadi bilang soal tanggal lamaran. Siapa tau kamu punya tanggal yang bagus."

"Bukannya itu tugas calon suami ?" Gana diam membeku, rasanya mau nelen nasi susah banget. Gege paling bisa kalau menyerang dadakan, membuat Gana salah tingkah. Ya Tuhan, Gana belum ingin mati mendadak juga kalau-kalau Gege mendadak memberikan kabar buruk. Oh ayolah, penyakit parno Gana suka kambuh di waktu yang tepat.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang