BELLA MERESAHKAN

1.1K 148 6
                                    

Pagi tadi Gana benar-benar di buat kesal oleh geng gibah. Saat Gana baru saja ingin memakirkan mobilnya, lalu tanpa di duga geng gibah sudah berkumpul mencegat Gana. Tau karena apa ? Persoalaan Gana yang pindah rumah tidak cerita pada mereka. Ya memang yang tau hanya Rafka dan Gege. Gana akhir-akhir ini sedang sibuk, belum ada waktu untuk mengundang teman-temannya bertamu ke rumah baru. Apalagi sekedar bercerita, susah waktunya. Sekarang, geng gibah seakan memushuinya dengan terang-terangan.

"Ambekan kayak bocah." Celetukan Gemani mampu membuat tawa Gana membahana. Seakan ada yang membela, Gana mengejek geng gibah dengan so gantengnya. Kepalanya mengangguk bangga, senyumannya terlihat menjengkelkan di mata mereka.

"Mbak." Gege melirik Bella sekilas, lalu lanjut lagi bekerja. Pun dengan Gana yang dengan senang hati mengabaikan geng gibah. Justru menurut Gana, ini hal bagus. Karena selama bekerja tidak ada obrolan masuk ke dalam telinganya. Dan tentram damai tanpa ada celotehan 4 manusia yang super kepo.

"Jangan ganggu Gege lho, Bell." Bella mencebik ke arah Medi. "Percuma. Lo hanya akan mendapatkan kekesalan doang."

"Sejuta." Suara Rafka dengan kepala angguk-angguk. Ya semua juga tau Gege bagaimana. Bella apalagi, hapal banget.

"Gue cuma mau protes aja." Katanya dengan gaya yang di buat angkuh. "Mbak Gege plis jangan belain bang Gana. Bella lagi demo ngambek."

Gege hanya mampu menggelengkan kepala tanpa bersuara lagi. Bella ini agak manja, tapi detektif KW yang handal. Bisa di percaya 23%, sisanya pengarangan doang. Rindi yang lemot tapi dewasa. Medi yang rusuh, tapi ngemong. Rafka yang kompor, suka manas-mansin dan nggak jelas.

"Emang kenapa kalau mbak Gege belain bang Gana ? Masa ngebela bang Gana aja nggak boleh."

Ruangan mendadak sunyi, hanya ada suara ketikan di keyboard yang pada fokus ke arah layar komputer. Rindi yang merasa pertanyaanya tidak terjawab, melirik kiri dan kanan. Sepertinya ada yang salah dengan pertanyaannya, sehingga semuanya memilih diam. Padahal Rindi berpendapat benar.

"Rin," suara panggilan Gege membuat semuanya tidak berpaling dari layar laptop. Kemudian Rindi menoleh dengan penuh senyuman. "Nggak ada yang belain atau salah ngebela. Saya hanya mengatakan sejujurnya saja. Semua orang butuh yang namanya privasi. Jika ada hal yang belum di sampaikan atau kalian tau dari orang lain, bukan berarti kalian bisa langsung judge dan membesarkan hal seperti ini. Akan ada saatnya orang tersebut bercerita dan menyampaikannya. Karena waktu terbatas, bisa saja menungu ada waktu yang tepat. Intinya, tidak perlu berlebihan sampai di bawa ke kantor. Di sini, kita kerja bukan untuk mempermasalahkan rumah dan cerita orang."

Geng Gibah menoleh ke arah Gege yang tengah menatap mereka satu persatu. Rindi yang paham mengangguk tersenyum lalu melanjutkan kerjanya. Rindi merasa puas karena sudah mendapatkan jawaban yang tepat. Gana melongo, di buat takjub oleh ucapan Gege. Emang ya, Gege tuh kalau sekali kasih saran langsung nusuk. Nadanya lembut, makna dari ucapannya nusuk ke dalam paru-paru. Bella sampai menelan ludah beberapa kali. Apalagi Medi, tangannya gemeteran. Rafka, mendadak ingin segera pulang lalu sembunyi di kamar agar bisa tidur nyenyak tanpa mengingat ucapan Gege barusan.

"Mbak." Rafka memanggilnya tidak percaya, sampai bulu matanya berkedip-kedip. Selama ini Rafka kerja, baru pertama kali mendengar Gege sangat bijak. Bisanya cuek dan tidak akan peduli. Mungkin ini akan menjadi moment langka bagi mereka. Gana sampai di buat takjub. Untuk pertama kalinya seorang Gemani memberikan pendapat darinya yang sangat bijak.

"Maaf kalau ucapan saya salah." Kata Gege dengan kepala menunduk tidak enak. Sebenarnya Gege tidak ada untuk menanggapi pertayaan Rindi, hanya saja spontan dengan rasa percaya diri mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang