27 PULANG KE RUMAH

1K 156 8
                                    

Gege sudah memutuskan dari beberapa hari yang lalu akan pulang. Dan tepat minggu ini benar-benar Gege pulang ke Karawang. Sempat di larang om Bima, tapi Gege tetap kekeh ingin pulang. Untuk respon ibunya, Gege mencoba tidak akan peduli. Seperti kata Luna ; banyak yang sayang sama Gege dan tidak perlu menunggu hati mamanya luluh. Baiklah Gege sedikit demi sedikit mulai mencoba mengabaikan sikap sang ibu.

"Balik sendiri lo ?"

"Harusnya ?"

"Gana mungkin ?" Alis Gege naik satu, lalu menghela nafas. Apa hubungannya sama Gana. Yang pulang Gege, yang di tanyain Gana.

"Gege pulang ke rumah sendiri, kenapa yang di tanya Gana ?."

"Kan, lo bedua dekat." Ujar tantenya yang ribet ini. Beralih Gege melihat papanya yang sedang asik menonton pertandingan bola apalah namanya, Gege tidak ingin tau. Mamanya, sejak siang tadi Gege datang tidak menyapa sama sekali. Sibuk di dalam kamar. Untuk itu Gege mencoba tidak peduli.

"Pah,"

"Kenapa mbak ?" Gege memberi kode pada tante agar cepat ke kamar. Ya untungnya Saski pekaan, langsung melipir ninggalin Gege dan papanya.

"Ada cowok yang dekati Gege, mau serius." Ryan duduk tegak, matanya menatap Gege yang tengah tenang. Gege tuh anaknya mau ada apapun, selalu tenang.

"Siapa ?"

"Gana."

"Gana ?" Kepala Gege mengangguk harap cemas, ya berhubung Gana baru pertama kali ketemu orangtuanya, takut-takut papanya nggak suka. "Kapan bilangnya ke kamu ?"

"3 minggu yang lalu." Lalu senyuman Ryan tersunging. Merasa heran akan sikap papanya, Gege hanya diam saja.

"Sebenarnya pertama kali Gana ke sini, pas pulangnya tuh dia udah ijin sama papa."

"Itu kan udah lama. Jadi papa tau ?"

"Tau. Papa bilang, ya siapapun laki-laki yang mau dekati anak papa, silahkan. Kembali lagi, terserah anaknya."

"Gana ijin dekati aku, sama papa ?" Lagi, kepala Ryan mengangguk. Ini di luar dugaan, Gana gantleman juga. Udah start duluan sebelum ijin pada Gege. Entah Gege harus senang atau sedih mengetahui tindakan Gana.

"Dia jentel lho, mbak." Papa terkekeh. "Pagi-pagi udah ijin mau deketin anaknya, bukan mau pamit kerja. Papa suka laki-laki seperti itu."

"Hmm" Gege memilih diam, elusan di kepalanya menyadarkan Gege. Melihat papanya tersenyum saja sudah dalam kategori kebahagian Gege. Dan Gana, lelaki satu itu memang penuh kejutan.

"Kamu gimana ?" Gege masih menunggu ucapan papanya. "Sudah siap segala kemungkinan resiko hubungan kedepannya ?"

"Gege masih pelan-pelan nyoba."

"Semuanya butuh proses. Ikuti saja alurnya, nikmati prosesnya. Jangan takut mencoba. Kalau sakit hati, itu bagian dari resikonya jatuh hati."

"Papa bijak."

"Daru dulu, kamu aja yang cuek." Gege mendengus lalu pamit untuk segera tidur. Setidaknya sebagian yang ada di pikiran Gege sudah terasa ringan. Gege akan berusaha, kembali membuka hati untuk bahagia. Semoga, ya semoga Gana adalah pilihan yang tepat untuknya. Dalam hati Gege selalu merapalkan doa untuk kedepannya. Kalau memang Gana yang di kirimkan Tuhan-Nya, maka Gege perlu bersyukur.

Lelaki ini, yang dulunya selalu mengoceh kesibukan Gege. Mencari perhatian Gege agar mau ngomong. Kala itu Gege berpikir, mungkin Gana memiliki kelainan jiwa. Padahal Gana sedang LDR dengan kekasihnya kala itu, namun hobby gibahnya tidak hilang juga. Seharusnya Gana lebih banyak main ponsel untuk saling mengabari dengan pacarnya. Akan tetapi, semua kebalikan. Gana justru fine-fine aja. Gibahin karyawan baru, belum lagi senang bully Bella. Sempat Gege menjadi korban Gana. Berhubung Gege sama sekali tidak merespon, akhirnya Gana mengalah. Tidak, jangan pikir mengalah seterusnya. Itu hanya sehari. Hari berikutnya Gana selalu gangguin Gege sampai membuat Gege jadi singa betina yang kejam.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang