33 Pokonya Gana best

1.1K 145 8
                                    

Geng gibah kembali normal, entah bagaimana mereka menyelesaikannya, tapi Gana senang melihat mereka kini kembali menggibah. Ya meskipun dirinya jadi bahan gibah. Tapi tak apa, asal mereka bahagia. Berhubung ini jam makan siang, Gana seperti biasa nunggu Gege selesai kerja baru akan keluar barengan. Soal Azwar, lelaki itu tidak menampakan diri lagi di kantor ini. Kalaupun ada yang harus di bahas, selalu sekertarisnya yang datang.

Baguslah. Gana tidak perlu repot-repot melihat Medi yang kesetanan jika sudah berhadapan dengan Azwar.

"Widih !! Eheem !!" Gana menoleh, melihat para geng gibah tengah menatapnya. Ini pada bintitan mata mereka, ngapain kedap-kedip. Apalagi lihat Medi cengar-cengir. Lalu tanpa tak sengaja Gana melihat kalender di meja Gege. Masih tanggal 24, belum tanggal muda. Biasanya aura mereka kayak gini, di karenakan habis gajian.

"Napa Bell, muka lo ? Pake dehem segala." Bella berdiri menatap Gege yang kini bingung. Gege tuh paling tidak suka di liatin. Lalu Bella mengangkat tangan Gege yang langsung Gege tepis. Menyembunyikan tangannya di balik kolong meja.

"Gue udah mikir dari kemaren-kemaren, emang bang Gana ini mainnya cantik." Gana salah tingkah, dengan spontan memukul kepala Rafka. Urusan di tegur Bos, belakangan. "Lo Bell, kecolongan."

"Gue udah curiga tiap siang Gana taroin minuman jus jambu batu. Nambah curiga gue tiap pagi Gege bikinin teh buat Gana. Mata gue ke komputer, telinga gue berfungsi. Gegayaan sembunyi dari gue." Kata Medi yang kini tengah menggodanya. Sudah ketahuan, di pojokin pula. Gini amat nasib Gana. Niat hati tidak mau sesumbar, malah kebaca juga. Lagi, Gana bucin. Udah tau Medi ini pakar cinta yang handal.

"Mama juga pernah bilang." Tiba-tiba Rindi berdiri, matanya kian menatap Gega yang hanya terdiam dengan wajah datar. "Mbak Gege sering ke rumah bang Gana, tapi nggak masuk. Kalau kata mama, kayak lagi mau rombak rumah. Mereka berdua jadi bahan gosip yang hot di komplek."

"Terus kenapa lo diem aja ?" Rafka menatap Rindi jengkel. Perempuan licik ini, bener-bener selalu bikin jengkel.

"Privasi Rafka, gue harus menghargai."

"Menghargai apaan ? Barusan lo habis bongkar dodol." Semprot Bella jengkel. Gana lantas terkekeh sembari menunduk. Ketika melihat ke arah Gege, rasanya Gana merasa bersalah. Takut-takut malah Gege tidak nyaman. Gana harus bicarakan ini pada Gege.

"Bang, lo awas nyakitin mbak Gege." Kerutan di dahi Gana tercetak jelas. Rafka mengancam dengan nada yang terdengar serius. Rafka anaknya amat peduli pada sekelilingnya. Maka dari itu, Rafka memang pantas memegang perusahaan ini.

"Apa lo ngancem gue ?"

"Elah. Siapa yang ngancam ? Meskipun muka mbak Gege datar, sifatnya dingin. Tapi gue nggak mau dia di sakitin playboy dugong kayak lo."

Gana beberapa kali mengucap istighfar. Yang lain tertawa amat bahagia. Ya Allah, gini amat Gana. Selalu di nistakan mereka yang sering Gana isengin. Kualat yang amat menyakitkan.

"Tau. Bella bakal jadi garda terdepan kalau sampe mbak Gege di sakitin."

"Rindi ya bang." Gana mengangguk nahan sesak nafas. Ini namanya di keroyok secara masal. "Bakal ajakin para ibu-ibu komplek buat usir bang Gana."

See ? Ganas sekali ancaman mereka ini. Lihat, wajah Gana bahkan sudah menahan kekesalan. Ingin sekali menjitak kepala mereka satu-persatu. Kenapa Gana yang malah jadi korban.

"Lo Med, apa lagi ? Ancaman apa ?"

"Santai bro." Nih kayak gini yang Gana tidak suka. Pake gaya sombong. Paling males kalau sudah melihat wajah tengil Medi. "Jagain Gege ya, gue seneng lo milih perempuan yang tepat. Dari awal, camestry kalian tuh nyatu. Cuma kalian aja nggak sadar."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang