34 Kumpul Keluarga

1.1K 164 16
                                    

Gana sudah ijin pada Gege untuk berkunjung ke rumahnya. Bukan sendiri, melainkan bersama ayah dan ibunya. Gege yang sempet protes, namun Gana yang meyakinkan. Setelah peristiwa Gana melamar Gege di depan orangtuanya, sekarang saatnya membawa ibu dan ayahnya.

"Rumahnya mantep Aa. " Gana tersenyum mendengar komentar pertama kali ibu masuk. Kalau saja ayahnya mau, pasti bisa. Apalagi ayahnya seorang Hakim. Yang doyannya berkebun dan nyawah. Orang mungkin akan mengira Gana dari kalangan keluarga biasa, karena melihat orangtuanya yang senang berkebun. Tidak tau saja banyak tanah yang sudah di beli bapaknya.

"Ibu mau ?" Kan, ayah ini laki-laki yang sangat peka. Ibunya baru muji doang, udah langsung gas.

"Buat apa pak ? Anak-anak udah pada punya rumah sendiri. Kasian nanti ibu, capek beberes." Gana lantas terkekeh geli, inilah kebahagiannya melihat ibu dan ayahnya yang romantis. Mereka romantisnya bukan mesra-mersaran, tapi hanya dengan membicarakan perihal anak-anaknya, sudah romantis.

Di mata Gandana.

"Yaudah, nanti ibu sama ayah, tinggal bareng Aa."

"Lupa bapaknya punya kebun, siapa yang urus ? Di Bandung aja, kalau ayah. Ibu juga sih, gaboleh di pisah." Sela ayahnya yang mengundang gelak tawa Gana. Lihat, orangtuanya ini sangat panutan sekali. Baiklah, Gana tidak bisa memaksakan mereka. Mungkin kalau Gana sudah menikah, akan sering berkunjung ke Bandung.

"Gana ?" Gege muncul dari pintu samping, rambutnya di kuncir dengan rapi. Kalau liat Gege berpakaian baju santai, rasanya Gana sedang dekat dengan cewek SMA. Wajahnya yang imut, dan terlihat seperti gadis SMA. "Eh ibu ?" Katanya yang langsung salaman, lalu tersenyum pada ayahnya Gana.

"Dari mana ?" Tanya Gana yang sudah menyerahkan bawaan ibu, khsusu untuk Gege bilangnya. Ibu ini, kayaknya lebih sayang sama Gege daripada anaknya.

"Dapur, lagi ada acara di rumah."

"Acara ?."

"Kedatangan keluarga calon suami tante." Gana beroh ria, bisa kebetulan gitu. "Ada orangtua Ari juga,"

Gana bisa melihat tatapan Gege yang beda, suaranya melemah. Apa manusia itu berbuat buruk lagi. Ingat, Gana sepertinya harus menyewa ayahnya untuk ketuk palu.

"Di apain lagi ?" Seolah paham wajah Gege seperti tengah menahan amarah. Lain hal dengan ibu dan ayah, hanya kebingungan. Anaknya ini, bukannya tanyain kabar, malah nanya hal lain. Gege hanya perlu memberikan senyuman bentuk jawaban. Tidak mungkin cerita, ada ibu dan ayahnya Gana.

"Ayok masuk, Gege udah bilang sama papa. Yuk."

Gege menuntun mereka masuk, untungnya keluarga calon suami Saski sudah pulang. Ya, mereka ingin membahas perihak tanggal nikah. Itu yang Gege tau, selebihnya Gege tidak tau. Karena sejak kedatangan Sinta a.k.a mama Ari, berubah kacau. Taulah drama lagi. Gege heran, mamanya bisa punya teman modelan kayak gitu.

Serempak mereka ucap salam yang langsung di jawab. Setelah mempersilahkan mereka duduk, Gege jalan mengarah dapur. Meminta pada mbaknya untuk menyiapkan makanan yang kini tengah sibuk masak.
Memang Gege sudah mengatur semua. Belanja, memesan kue, dan tak lupa masak.

"Om kira, kamu becandaan lho." Seloroh Ryan yang di tanggapin kekehan oleh Gana. Sejak tadi, ibu merasa ada yang aneh. Kenapa mamanya Gege tidak ikutan duduk beserta papanya. Malah sibuk ngobrol dan makan-makan. Semakin membuat ibu tidak mengerti.

"Sudah tau kedatangan kami ?" Ayah tersenyum ketika ingin menyampaikan niatnya. "Saya dan istri sudah mengenal Gege lama juga, sudah lumayan tau. Dan saya tidak tau kalau ternyata anak bungsu saya, diam-diam merencanakan niat baiknya."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang