37 The power of Gemani

1.3K 152 2
                                    

Awalnya Gana biasa saja ketika mendengar saran dari ibunya untuk mencari WO, dan cetak undangan. Tapi ketika beberapa kali Gana mencari, belum menemukan yang pas untuk dirinya. Akhirnya Gege yang menemukan duluan, dan Gege yang mengurus semua. Kostum dan tempatnya. Untuk konsep pernikahan, Gana yang merancang. Catatan undangan Gana dan Gameni belum tercatat semua. Tapi undangan sudah Gemani pesan berapa jumlahnya.

"Lumayan capek juga ternyata."

"Ngapain ?" Gana nyengir, dengan gerakan cepat Gana memeluk Gege. Ini adalah salah satu jurus Gana kalau sedang merasa salah. Bukannya minta maaf, Gana malah merayu. Minta maafnya belakangan, rayuannya aja dulu. Gege yang mendapat perlakuan tersebut hanya menghela nafas. Serasa punya bayi yang jiwanya tua. Beginilah kalau punya pasangan anak bungsu, manjanya kebangetan. Kadang Gege mikir, sebenarnya pria seperti apa yang kini tengah menjadi calon suaminya. Gana sifatnya kayak bunglon, berubahnya kurang tepat waktu. Sangat membingungkan.

"Prewed kita kapan, katanya."

"Seminggu lagi."

"Aku harus kosongin hari"

"Tidak perlu menyibukan diri." Gana mendesis kesal. Ini sejenis Gege emang gaada prihatinnya. Kalau perempuan pada umumnya pasti senang dengar sang kekasih akan mengosongkan hari untuk prewed. Gege kebalikannya, justru menyindir dengan halus. Sepertinya mulai saat ini Gana harus membiasakan diri dengan respon Gege. Oh malangnya nasib Gana. Tidak, Gana bahagia. Bahagia mendapatkan sosok perempuan yang baik, menurutnya.

"Ge,"

"Makan Gandana." Baiklah acara merayu lebih baik di tunda dulu, sebelum Gege ngamuk. Tidak lama geng gibah datang, karena undangan dari Gege. Ini semua keinginan Gege, sesuai konsep Gana untuk pernikahannya. Untungnya Gege tadi masak, jadi geng gibah tidak kekeringan di bibirnya.

"Woy gila ini makanan ter the best !!."

"Makan tinggal makan anak bos." Rafka mendelik pada Gana, selalu saja ejekannya tidak manusawi. Padahal Rafka sangat jujur makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya, sungguh lezat. Perlu kalia tau, Rafka penyuka makanan apapun. Tanpa terkecuali.

"Emang enak kali bang." Gana mendengus ke arah Bella. Ingat, ini undangan dari Gege bukan kemauannya. Gege sengaja mengundang mereka, karena ada hal yang harus di bicarakan. Berhubung hari libur, sudah pasti geng gibah akan dengan senang hati. Apalagi di hidangkan makanan.

"Pantes aja bang Gana demen masakan mbak Gege, ini mantap" jitakan dari tangan Gana, mendarat mulus tepat di kening Rindi. Geng gibah ini terlalu berlebihan untuk sesuatu hal yang baru mereka coba. Lain hal dengan Medi, cukup diam dan menikmati. Medi tidak akan melewatkan makanan tersebut dengan komentar yang berakibat fatal. Takutnya Gana berubah pikiran, bisa-bisa di usir. Mana lagi lapar-laparnya.

"Sesuai yang sudah saya tanyakan pada kalian, apa siap ?" Keempat manusia yang anteng dengan makanan, mengangguk mantap. Gana di buat penga-pelongo. Biasanya bakal ada perdebatan panjang. "Oke, kalian 2 hari lagi harus ke Butik untuk mengukur badan. Lokasinya sudah saya serlok."

"Mbak nggak bakak nyesel jadin kita Grossman dan Bridesmaid ? Mbak nggak bisa di cancel lho ini. Rindi udah bilang ke semua emak-emak komplek sini, kalau Rindi mau jadi bridesmaid."

Norak.

Satu kata yang ingin sekali Gana ucapkan, namun Gana tidak mau merusak wajah antusias Rindi yang terlihat bahagia. Seungguh, ini jadi bridesmaid, bukan dia yang mau nikah.

"Kalian bilang desainer aja, atas nama Gemani."

"Siap." Bella memberikan 2 jempol dengan mulut masih mengunyah. "Pokonya untuk mbak Gege sama bang Gana, kita selaku teman kerja dan seperjuangan lalu di kasih nama geng Gibah, siap menjalani amanah ini."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang