SYUKURAN RUMAH BARU

1K 143 12
                                    

Hari minggu sesuai rencana Gana. Rumahnya terlihat sangat ramai. Padahal, Gana tidak mengundang para tetangga, di karenakan satu dan dua hal lainnya. Gana hanya mengundang bapak RT dan perwakilan satpam depan. Selebihnya pasti tau lah yang membuat rumah Gana jadi ramai.

"Gue baru tau kalau Mbak Gege dekat banget sama ibunya bang Gana." Medi mengangguk, ke-empat manusia yang punya julukan geng gibah tersebut semakin menajamkan matanya. Mereka melihat kedekatan Gege dengan ibu Gana. Semua orang tau sifat Gege yang sulit berbaur. Ini berbeda, seperti mereka sudah kenal sejak lama.

"Gue setuju kali ini sama lo, Bell." Ujar Rafka yang antusias makan kue putu. Entahlah, rasanya sangat nikmat di lidah Rafka.

"Taruhan gak ?" Usul Medi yang mendapatkan tatapan malas. Medi ini apapun, di jadikan duit. "Ini bukan sekedar taruhan aja. Tapi lebih ke kita bakal tau dari pemikiraan kita. Lo pada kenal Gege lama, masa baru kali ini lihat seorang Gege begitu dekat dengan orang yang bahkan baru di kenal. Curiga kan ?"

"Gue setuju pendapat lo, bang." kini semuanya menatap Rindi dengan keanehan. Biasanya Rindi tim ikut-ikutan tanpa memberi usul atau kepo. "Tapi mendapatkan jawaban melalui jalur taruhan, gue ogah."

"Yaaaahhh !!" Serempak mereka bertiga hingga mendapatkan beberapa pasang mata yang kini tengah melihat kelakuan mereka. Gana, sejak tadi pertama bertemu geng gibah tidak ada ucapan apapun. Justru geng gibah yang mengucapkan sepatah-dua patah tanda mengucapkan selamat. Bukan Gana sombong, hanya saja Gana sudah tau apa yang akan terjadi jika kelamaan mengobrol dengan mereka.

"Damagenya parah lihat Gege sama ibu Gana." Lagi hasutan Medi terdengar menggiurkan bagi mereka. Terlihat jelas Gege asik mengobrol dengan orangtua Gana. Ya memang moment ini sangat langka. "Dulu Sisil begitu ga, ya?"

"Maksud bang Medi, kedekatan sama orangtuanya ?" Tebak Rafka asal. Memang sejak kapan Rafka selalu benar jika soal menebak. Bisanya asal tebak-menebak. Tapi kali ini ternyata tepat.

"Yaps." Kata Medi yang masih asik melihat keakraban Gege dengan orangtua Gana. Pasalnya, Medi tau betul Gege orangnya seperti apa. Dulu sebelum tercetaknya geng gibah, dan sebelum ada mereka, Medi dan Gana yang terlebih dahulu mengenal Gege. "Nggak tau kenapa, gue malah senang."

"Mbak Gege tuh lebih berbaur sama emak-emak deh." Ujar Rindi yang tiba-tiba saja membuat ketiganya melongo. Bukan perihal ucapannya, tapi memang kenyataannya. Kalau di ingat-ingat ada benarnya juga.

"Hust." Kesal Medi pada Rindi. "Jadi giamana ? Bell, diem bae."

"Gue lagi analisasi perkataan lo, bang Med." Oke jiwa detektif Bella sepertinya sudah mendarah daging. Rafka pergi meninggalkan mereka, terasa jengah ketika yang di bahas Gege. Pekara Gege doang, kenapa bisa sampe Rafka nahan lapar.

"Rafka." Mampus, kenapa harus sekarang Tuhan. Rafka rasanya ingin bakar rumah Gana sekarang juga. "Makan ?"

"Iyah lah. Kan lapar." Rafka mendelik tidak suka pada lelaki yang kini tengah menatapnya. "Kakak nggak sibuk apa, bisa-bisanya datang. Emang kenal sama bang Gana ? Kayaknya nggak mungkin."

"Circle pertemana kita tuh sebenarnya di situ-situ aja. Gana temannya Gilang." Jelas Aya yang notabene kakak dari anggota geng gibah, yakni Rafka manusia perusak suasana.

"Oh pantesan." Baru tau Rafka kalau pertemanan Gana lumayan juga. Bisa kenal dengan Gilang yang bahkan Rafka saja baru mengenal Gilang, ketika peristiwa kakaknya.

"Heh cunguk !!" Salah besar ternyata kalau Rafka memisahkan diri dari geng. Di saat tengah menikmati, harus dapat gangguan. Syukurnya sang kakak sudah pergi meninggalkan Rafka. Otomatis para geng gibah tidak akan interogasi Rafka. "Makan kagak ngajak kita bertiga. Main pergi tinggal aja lo."

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang