30 DI UJI KOMITMEN

1.1K 176 23
                                    

Pada dasarnya setiap manusia bisa berubah kapan saja. Pun dengan Gana yang sekarang kini tengah duduk di depan papanya Gege. Niatnya Gana ingin mengajak orangtuanya juga. Namun di pikir-pikir lebih baik sendiri dulu. Kalau sudah di terima, baru bawa orangtuanya. Minggu lalu, Gana izin pada Gege ingin bertemu papanya. Ketika sudah bertemu, Gana mengucapkan niatnya datang ke Karawang.

"Gege sudah tau ?" Tanya Ryan yang masih setia menatap setiap gerak-gerik Gana. Terlihat sekali di mata Ryan, Gana ini tipekal yang harus tercapai. Punya keinginan yang harus terlaksana. Tidak main-main ingin menjalin hubungan dengan putrinya, Gana sampai rela ke Karawang. Kalau hanya ingin dekat, tidak akan senekat ini.

"Belum. Saya ingin izin sama om, baru bicarakan dengan Gege."

"Jawaban om, akan tetap sama. Semua tergantung pada Gege. Karena Gege dan kamu yang menjalaninya."

"Terimakasih om."

"Gana ?" Oh Lihatlah siapa yang kini tengah berjalan menghampiri Gana. Ya, Gege yang kini berjalan beriringan dengan Saski yang senyum-senyum tidak jelas.

"Ge ?" Gana berdiri menghampiri Gege yang kini tengah dengan santainya berjalan ke arahnya. "Kamu sama siapa ?"

"Naik kereta." Jawabnya enteng. Mata Gana hampir saja keluar jika bisa.

"Kenapa nggak bilang ? Tau gitu, bareng aja."

"Dadakan. Aku lagi butuh laptop, mau ambil laptop doang."

"Laptop kamu ?"

"Rusak."

"Nginep ?"

"Sepertinya." Lalu Gege pamit ke kamar berniat untuk ganti baju. Tapi, tak di sangka-sangka akan kehadiran Nana dan suaminya. Sebenarnya ini waktu yang tepat bagi Gana, untuk memberitaukan niat baiknya. Hanya saja Gana paling tidak suka di umbar.

"Ge."

"Ya ?" Gege mengurungkan niatnya untuk naik tangga. Berbalik badan, lalu melangkah ke arah Gana yang sepertinya tengah tegang. "Ada apa ?"

"Mana tangan kamu ?" Pintanya dengan wajah terlihat biasa saja. Andai tidak banyak orang, sudah di pastikan tangan Gege mendarat di pundak Gana. Apalagi melihat pasang mata yang kini tertuju pada arahnya. Siapapun, selamatkan Gege dari keadaan sekarang. Gege sedang ingin menabok Gana sekarang juga. Hingga Gege merasakan ada sesuatu yang tersemat di jarinya, Gege menoleh dengan cepat. Nggak, ini bukan bayangan Gege yang sebenarnya.

"Semoga suka. Di pake ya, supaya nggak ada yang deketin."

Detak jantung Gege mendadak tidak beraturan, lututnya merasa lemas. Serasa tenaga hilang semua, bahkan otak pintarnya tidak berfungsi.

"Ini maksudnya ?"

"Ya artiin sendiri, make nanya."

"Gandana."

"Iyah ibu Gemani ?" Kemungkinan Gege melupakan sifat menyebalkan sejenis Gana. Saski yang kegirangan melihatnya, lalu Gege menangkap sebuah binar bahagia di dalam mata papanya. Jadi ini maksud dan tujuan Gana yang ingin bertemu papanya.

"Terimakasih."

"Sama-sama, udah ambil laptop sana." Amat sangat kurang ajar yang terang-terangan. Gege saja sampai lupa jika Gana tidak mengatakannya. Gana kembali duduk setelah meminta maaf pada Ryan, karena sudah membuat seisi rumah hening. Gana tau, ini adalah memalukan. Tapi Gana ingin membuktikan pada keluarga Gemani, bahwa perempuan yang kini tengah dekat dengannya, berhak di perlakukan bak ratu. Memang pepatah tidak salah. Ada yang mengatakan bahwa ; ketika perempuan bertemu dengan lelaki tepat, akan di perlakukan seperti ratu.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang