YANG SEBENARNYA

1K 150 17
                                    

"Kita berdua kenal sejak kelas 1 SMA. Waktu itu pas ketemu lo, ngalir aja ngobrol."

"Hmm"

"Berpisah karena punya tujuan beda. Lo ke Malaysia, gue kuliah di Yogyakarta. Ketemu lagi, lo udah kerja di sebelah kantor gue." Gege tersenyum mengingat pertemanan mereka yang cukup singkat. "Gue tau lo pendiam, tapi ini lebih parah diamnya. Gue merasa lo punya banyak rahasia."

"Memang "

"Karena kita sama-sama sibuk, ayo kita liburan berdua pergi ke mana gitu."

"Apartemen lo."

"Ge." Gertak Luna kesal, saking kesalnya Luna membanting sendok. Gege tuh emang susah kalau di ajak pergi. "Mana ada liburan di apartemen. Tampol ya,"

"Gue serius." Rasanya ingin sekali Luna nelen pil pahit kalau liat wajah tanpa dosa Gege. Sayang, pil pahit tidak bisa menyembuhkan rasa jengkelnya pada Gege. Dulu, bisa-bisanya Luna tahan berteman dengan Gege, kenapa sekarang rasanya Luna menyesal. Gege emang perempuan yang sulit di dekati. Sekarang lebih sulit lagi.

"Oke. Nanti malam lo nginap, nggak usah balik." Gege mengangguk lalu menyuapkan nasi goreng, mengunyah dengan nikmatnya. "Tapi btw, lo ngapa ikutan cuti ?"

"Duit gue udah banyak."

"Bangke emang !!" Luna berdiri, menendang kursi dengan kesal. "Mati aja lo, sono !!"

Gege terkekeh melihat kelakuan Luna yang super bar-bar. Temannya itu memang berani. Ya teman sejak dari SMA, satu-satunya pula. Bagaimana Gege bisa menolak untuk berteman dengan seorang Luna Sabrina yang notabene punya jiwa laki. Mungkin kalau Gege menolak, ia tidak akan memiliki teman. Benar-benar sendiri. Syukurnya dulu Luna semangat banget deketin Gege. Dan lihat sekarang, Gege harap Luna menyesal telah mengenalnya. Karena semua orang mana ada yang kuat berteman dengannya yang menoton. Hidupnya hanya berasa sendiri.

"Lun."

"Mau mandi gue. Lo kalau mau mandi, ambil baju gue. Tau kan !?" Ya, Gege hapal isi apartemen milik Luna. Tadi sore setelah acara syukuran rumah Gana, Gege memutuskan untuk pergi menemui temannya yang super sibuk. Luna ini sekertaris bos besar, kerjanya ke luar kota terus. Ketika Luna mengabari bahwa dirinya akan cuti, maka Gege ikutan cuti. Dan mereka memang sudah janjian sebelum Luna ambil cuti.

Selesai mandi, Gege menyandarkan kepala di sofa. Jangan tanya Luna, perempuan bar-bar itu sedang keluar. Katanya sih mau cari makan, tapi paling Luna mampir supermarket.

Gandana ; Di mana ?

Gege ; Aparteman Luna.

Gandana ; Sakit ? Mau aku bawain makanan apa ?

Gege ; nggak. Lagi pengen cuti. Nggak usah, saya udah makan.

Gandana ; oke. Selamat cuti.

Gege ; makasi.

Gege menghela nafas dengan kasar. Bukan karena isi pesan whatsAap dari Gana, tapi perasaannya aneh. Rasanya ada yang beda ketika mendapatkan perhatian yang berlebihan dari Gana. Gege tidak bodoh, maka dari itu sebisa mungkin Gege menghindar. Gege takut akan perasaannya. Gege tidak mau merasakan yang namanya patah hati.

"Jadi mbak Gege cuti !?" Mengangguk ketika mahluk sejenis Bella yang super kepo masih saja ingin tau di mana Gege. "Tumbenan ya, dia padahal gila kerja."

"Gege manusia juga, Bell"

"Ya gue tau bang." Katanya yang mendengus kesal. Sudah kemaren tidak dapat info, sekarang semakin susah. Bella masih curiga dengan kedekatan Gege dan Gana. Hanya saja Bella belum siap cerita pada geng-nya.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang