GOSIP TERTUNDA

1K 146 13
                                    

Padahal baru 3 hari Gege tidak masuk kantor. Tetapi ketika melihat meja kerjanya, rasa rindu begitu membuncah tak tertahan. Meja itu, saksi bisu Gege ketika sedang ada masalah dan membuatnya tenang.

"Good morning mbak Gege !!" Alis Gege terangkat satu, tidak biasanya Bella menyambutnya dengan penuh tawa. Biasanya langsung nyinyir. Kemungkinan Bella hari ini sedang bahagia, lebih baik Gege balas senyuman Bella.

"Kenapa ?"

"Nggak." Katanya dengan gestur tubuh malu-malu. Gege yang melihatnya sedikit risih. Tidak biasanya Bella bersikap kayak sekarang, Gege hapal banget sifat Bella yang bar-bar. "Lagi pengen nyapa, aja."

"Kayak ulet keket lo, Bell" baru saja pagi Bella cerah. Kenapa Gana harus merontokan senyuman Bella di pagi hari. Baiklah, sepertinya akan ada sesi jilid menggibah. Maka, Gege undur diri dari perdebatan 2 manusia.

"Ya Allah bang Gana." Katanya dengan mata melotot. "Bisa gasih jangan hancurkan mood gue ?!"

"Mon maap Bell, gabisa."

"Tau ah !!." Teriak Bella dengan menghentakan kaki ke lantai, lalu pergi duduk di kursi kerja. Datang Medi dan Rafka bebarengan. Sedikit geli melihat mereka yang tengah saling rangkul. Gana yang melihatnya langsung melempar pake pensil, tepat di jidat Medi.

"Sabar Med, sabar." Ucap Medi dengan tarikan nafas yang terdengar keras. Rafka tertawa paling kencang. Ya bukan Rafka namanya kalau tidak bahagia di atas derita orang. Rafka adalah salah satu manusia yang paling bahagia ketika melihat temannya sengasara.

"Apa Med ?" Tanpa dosa Gana malah bertanya. Medi mencibir lalu pergi melangkah mengabailan wajah Gana yang terlihat menahan tawa. "So ngambek. Jijik banget asli."

"Pagi ini gue ngerasa bang Gana kayak lagi bahagia gitu." Gana menoleh ke arah Bella, tersenyum manis dengan kedua tangan memainkan pulpen. "Tuh kan, senyum lagi. So manis."

"Ampun deh Bell. Gue senyum doang di permasalahin. Tinggal senyum kalau iri."

"Ngapain iri sama jomblo." Telak. Gana terdiam, yang lain kini tengah menatapnya penuh ejekan. Mau balas Bella, tapi tuh anak punya pacar di kantor sebelah. Ejek Medi, udah punya tunangan. Kabarnya akan segera menikah, dan sampai sekarang belum ada sebar undangan. Ya barangkali sedang mempersiapkannya. Nikah butuh proses. Intinya uang yang lebih di butuhkan. Rafka ? Mau di pecat bapaknya ?.

"Kata siapa gue jomblo ?" Kini semuanya terdiam menatap Gana penuh selidik. "Gue nggak mau publish aja."

"Nggak bener nih." Bella geleng-geleng kepala, yang mau tidak mau menarik perhatian Gege. Emang harus segitunya kalau penasaran. "Perempuan mana yang lo dukunin, bang ? Plis bang, lo jangan kayak gini."

"Ngakak gue, Astagfirullah Bella." Medi menarik rambut Bella pelan, karena tidak tahan dengan ejekan Bella. Lagipula, Gana mencari pekara kalau lawannya Bella.

"Wah bang Gana main dukun." Gana menjitak kepala Rafka. Kalau di pecat, urusan belakangan. Yang penting Gana sudah punya tabungan. Buat jaga-jaga kalau di pecat, bisa buka usaha.

"Heh lo bertiga !?" Katanya dengan wajah galak yang bahkan tidak membuat mereka takut. "Bentar, ada yang salah sama pengucapan gue. Bertiga ? Ada yang kurang. Lah ? Rindi mana ?"

"Ya Allah bang Gana !!" Teriak Bella yang terdengar nyaring. "Lo kemane ajee !? Rindi lagi sakit, baru nanya sekarang."

"Kemaren gue nggak masuk, Isabella !?"

"Harus banget Isabella, ya ?" Wajah Bella merenggut, dan semua yang ada di sana tertawa kencang. Gana memang nggak ada obatnya kalau menghina.

Gana manusia julid yang tidak ada tandingannya. Pun geng gibah juga akan kalah kalau soal julid. Maka dari itu, mereka tidak pernah mengejek terlalu berlebihan. Karena Gana jika sudah mebalas ejekan, dia paling sadis.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang