Ep.44 - Epilog

658 87 20
                                    

26.01.2021 15:32
~

HOTEL DELUSION
Friday, 29-01-2021
.
.
.

“Aku sangat mencintaimu Oh Sehun,” kata Sejeong sambil meremas erat tangan Sehun yang terasa hangat, mengingat sekarang adalah hari perpisahannya dengan sang suami delusi.

Terpaksa Sehun melonggarkan tautan tangan, mengusap bibir Sejeong dengan satu jarinya. “Aku bahkan lebih mencintaimu,” bisik Sehun yang lalu mengecup bibir Sejeong dengan perlahan, membiarkan gadis itu merasakan sentuhannya sekali lagi di malam terakhir mereka.

“Aku akan melepaskan pedangnya sekarang,” kata Sejeong.

Sehun menganggukkan kepalanya, dan Sejeong segera menghampiri pohon delusi. Tak lama setelah memperhatikan punggung Sejeong yang menjauh, Sehun berbalik, membelakangi pohon delusi. Gemerisik daun kering menyapa indra pendengaran, memberitahu seberapa kencang angin bertiup di sekitarnya.

Kedua tangan gemetar itu memegang gagang pedang, memohon untuk kebahagiaan si pemilik pedang, bebaskan lelaki itu dari rasa bersalah yang menggelayuti hatinya. “MIANHAE!” pekik Sejeong seraya menarik lepas pedang dari dahan pohon delusi.

Sontak rasa sakit itu menyerang dada Sehun, ratusan jiwa yang telah dibunuhnya menampakkan diri, menyerupai kunang-kunang, berterbangan ke segala arah. Sehun jatuh berlutut sambil meremat dadanya, seolah dihantam ribuan pedang. Erangan kesakitan pun sampai ke telinga Sejeong.

“Mianhae, mianhae,” sesal Sejeong lantas membuang pedang, air mata sudah membasahi wajahnya. “Oh Sehun-sshi!” jerit Sejeong berlari cepat mendekati Sehun.

“Jangan menangis,” kata Sehun, urat-urat wajahnya tampak menonjol akibat menahan sakit yang luar biasa.

Mendengar ucapan itu, Sejeong menghapus jejak air mata di pipinya. Sehun yakin rasa sakitnya tengah membeku, sebentar lagi dia terbebas dari hukuman. Tanpa mereka ketahui, lubang di dahan pohon delusiᅳbekas pedang menancapᅳsemakin melebar, mengeluarkan cahaya kebiruan.

Tak lama semua daun dan ranting yang berserakkan di tanah terhisap, masuk ke dalam lubang tersebut. Begitu pun dengan tubuh Sehun, bergerak mundur, tertarik menuju lubang pohon delusi. Sehun mengulurkan tangan, bermaksud meraih tangan Sejeong yang sama terulurnya.

Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu, meski hanya sehari saja. Sehun berucap dalam hati selagi tubuhnya terhisap semakin cepat. Hal terakhir yang dia lihat adalah tangis kencang Sejeong sambil berlari menuju lubang di dahan pohon delusi, tempat sosoknya menghilang entah terbawa ke mana.

≈ ≈ ≈

Sehun jatuh dengan bunyi gedebuk keras, menyakiti bokongnya yang menghantam lantai marmer. Kedua bola matanya langsung bergulir, memindai ke sekeliling ruangan. Cukup luas, megah dan terdapat tangga selebar dua meter untuk menuju lantai dua. Bahkan ada lift berpintu keemasan tak jauh di seberang konter. Mengingatkannya pada nuansa di Hotel Delusion.

Sehun menautkan alis keheranan. “Tempat apa ini?” Sekali lihat saja ia yakin, tempatnya terjatuh bukan surga apalagi neraka.

Suara dari pintu yang dibuka mengalihkan penglihatan Sehun. Pupil matanya membesar tatkala ia lihat tiga sosok familiar melangkah masuk. “Kenapa kalian ada di sini?” tanya Sehun.

Soul Gone Chan, Soul Healer Seola dan Soul Pain Jiho telah berdiri sekitar tiga langkah di depan Sehun.

“Oh Sehun Sajang, kau dipindahtugaskan untuk mengurus Hotel Illusion.” Chan berbicara lebih dulu, memunculkan banyak pertanyaan yang ingin Sehun ketahui.

Hotel DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang