‘Sebuah perasaan yang tak diinginkan menyelinap masuk.’
HOTEL DELUSION
Senin, 20-04-2020Budayakan vote dan comment!
^-^ HWAITING ^-^
.
.
.DAHI SEHUN berkerut. Ia kini telah berdiri berhadapan dengan Sejeong, memperhatikan betapa senangnya gadis itu setelah mengakhiri penampilannya. Apakah berhasil mewujudkan impian adalah sesuatu hal yang membahagia, kan? Bahkan dia tidak berpikir memiliki satu impian pun.
“Yang harus kau lakukan untukku?” Sehun balik bertanya sembari memikirkan jawaban, nyatanya dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan Sejeong untuk memekarkan bunganya, dan dia juga harus mempertimbangkan dengan matang kapan dan bagaimana cara melepas pedang dari pohon delusi.
Mampukah ia menahan rasa sakit sekaligus atau… secara perlahan-lahan sakitnya diambil. Entahlah, ia menghela frustrasi saat pandangannya mendapati kertas confetti tersangkut di sela rambut Sejeong.
Sementara Sejeong mengerutkan wajah tatkala merendahkan kepala demi mengantisipasi apa yang akan diperbuat Sehun padanya. Tiba-tiba ia teringat kejadian di jembatan Gwanggyo. Dia ingat betul saat Sehun membuat tubuhnya membeku kemudian menciumnya dengan lembut, mungkin saja pria itu akan melakukannya lagi.
Tanpa Sejeong ketahui, Sehun mengambil kertas kuning keemasan yang mengkilap di sela rambutnya lalu berkata, “Tersangkut di rambutmu.” ia menunjukannya setelah menangkap ekspresi menggemaskan Sejeong.
“Ah, aah, terima kasih.” kata Sejeong kikuk sembari merutuki diri sendiri, apa yang baru ia pikirkan.
Sehun membuang kertas tersebut, menatap gerak-gerik gadis di depannya dengan seulas senyum. “Kau tidak perlu melakukan apa pun, hanya harus tetap bersamaku sampai waktu yang telah ditentukan.” ia selalu menjadi orang pertama yang berlalu meninggalkan lawan bicaranya.
Sejeong menggerutu sebal, “Harusnya, aku pukul saja dia!” ia menyusul dan meneruskan dengan suara yang dibuat ramah, “Sampai kapan itu? Ohh, ayolah beritahu aku…”
≈ ≈ ≈
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotel Delusion
Fanfic[END] Entah mengapa Kim Sejeong bisa berada di sebuah hotel yang katanya diperuntukan sebagai tempat beristirahat, jiwa-jiwa yang tersesat. Anehnya lagi dia disambut dengan baik oleh para pegawai di hotel. Seperti tamu kehormatan yang harus dilayani...