‘Saat menginginkan lebih, maka kau akan menanggung akibatnya.’
HOTEL DELUSION
Sabtu, 06-06-2020
.
.
.Dahi Sehun mengeryit. Netra teduh yang sedang ditatapnya berkedip, menyisakan perih yang entah datang dari mana. Saat itu juga keheningan tercipta, hanya angin yang berhembus sehingga menggerakan ranting-ranting, menimbulkan gesekan antar daun. Akibatnya beberapa helai daun gugur, tertiup angin dan jatuh di atas tanah.
“Kau akan pergi ke mana?!” Sejeong mengulang pertanyaannya tapi kini dengan suara menuntut.
“Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?“ Bukannya menjawab Sehun malah balik bertanya.
Suasana hati Sejeong seketika mendung, ada apa dengannya… mendengar kata ‘pergi’ saja ia sudah sesedih ini. Menyadari bahwa rasa suka itu berlanjut menjadi cinta dan mengetahui cintanya tidak akan berakhir baik. Karena suatu saat, cepat atau lambat, pria di hadapannya ini bisa saja pergi tanpa meninggalkan jejak.
“Hanya merasa kalau kau akan mengunjungi dunia lagi tanpa memberitahuku. Jadi aku bertanya lebih dulu, siapa tahu kau ingin pergi berbelanja ke mall, makan makanan enak di restoran jepang atau bermain wahana di taman hiburan, maka ketika itu kau harus mengajakku.” dalih Sejeong panjang lebar, sontak ia beringsut mundur saat tangan Sehun terangkat, mengusap pelan kepalanya.
“Itu lebih terdengar seperti daftar keinginanmu. Bagaimana kalau besok kita melakukannya.” tawar Sehun sambil memasang senyum tipisnya yang terlihat jelas oleh Sejeong.
“Sepertinya aku mulai mencintaimu.” Pengakuan Sejeong untuk kedua kalinya di depan pohon delusi, memekarkan lebih banyak bunga.
Sehun berhenti mengusap kepala Sejeong. Jantungnya berdetak, ini bahkan bukan di dunia, apalagi di Jembatan Gwanggyo seperti pertama kali ia memastikan perasaannya. Apakah ia baru saja membuat delusi untuk dirinya sendiri?
≈ ≈ ≈
Soul Painful, Jiho, merangkai bunga di sebuah vas bening yang terisi setengah air. Di sebelahnya ada si pelenyap jiwa, dengan enggan menuruti Jiho untuk mengambilkan bunga lain yang masih berserakan di atas meja. Tugasnya sebagai jiwa pemberi rasa sakit tak ayal membuat Chan bergidik menyaksikan perubahan ekspresi yang dinilai menyeramkan.Suatu waktu dapat tersenyum dalam banyak artian, seperti menyindir, mengejek, meremehkan bahkan berubah menjadi tawa melengking.
“Ada kabar baik ya?” tebak Chan dilihatnya senyum kalem Jiho yang jarang terlihat.
“Kabar baik apa?” seseorang yang muncul secara tiba-tiba menimpali lalu berkata, “Pasti mengenai Oh Sajang.”
Jiho mengiyakan sambil memotong tangkai bunga mawar berwarna pink, dan berkata dengan bangga, “Seola ramuan cintamu sangat manjur, mereka saling mengakui perasaan sampai bunga delusi mekar setengahnya, padahal belum memasuki pertengahan musim semi.” kata Jiho menaruh bunga mawar di tengah berbagai macam bunga yang lebih dulu disusun rapih dalam vas.
“Aku tidak memberikan ramuan apa pun.” Seola menggeleng.
“Mereka jatuh cinta sungguhan?! Bukan delusi yang kau buat?” tanya Chan. Setahunya para soul supernatural diizinkan untuk mempengaruhi psikosis manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotel Delusion
Fanfiction[END] Entah mengapa Kim Sejeong bisa berada di sebuah hotel yang katanya diperuntukan sebagai tempat beristirahat, jiwa-jiwa yang tersesat. Anehnya lagi dia disambut dengan baik oleh para pegawai di hotel. Seperti tamu kehormatan yang harus dilayani...