Ep.31 - Mengikuti

622 132 51
                                    


‘Ikuti kata hatimu, dengarkan keinginannya.’

HOTEL DELUSION
Selasa, 16-06-2020
.
.
.


“Kau tidak punya rasa takut ya?”

Kim Sejeong mengerucutkan bibirnya, mengikuti Oh Sehun ke ruang kerja yang sudah sering didatanginya. “Istri pemilik restoran Danbam meninggal satu tahun lalu, dan tidak ada yang tahu kalau sebenarnya dia dibunuh,” kata Sejeong selagi dilihatnya Sehun duduk di sofa tunggal, menyilangkan kaki serta melipat tangan di depan dada. “Lalu sekarang pekerja paruh waktu di restoran itu juga terbunuh, kita harus segera menangkap pembunuhnya sebelum ada korban lain.”

“Itu bukan urusan kita.” Sehun seakan-akan menutup mata dari permasalahan dunia, ia tetap bersikeras menolak ikut campur.

“Masalah ini menjadi urusan kita, karena kita tahu kematian mereka tidak wajar. Kalau kau tidak mau membantu, ya tidak apa-apa… cukup antarkan aku ke dunia.” Sejeong menunjukan tekadnya dengan bersikap masa bodoh, ia tidak akan diam saja hanya karena Sehun melarangnya.

Sehun juga mana mau mengantarkan Sejeong pergi mencari si pembunuh. “Membiarkanmu mendekati bahaya sama saja dengan bunuh diri. Kau tetap di sini.”

“Kau tidak bisa menetap di dunia, dan sebagai gantinya aku yang akan menetap di delusi, it’s ok, itu tidak masalah… tapi sekali ini saja izinkan aku pergi ke dunia. Jebal (Aku Mohon).” bujuk Sejeong melipat jari tangan dan hanya menyisakan jari telunjuk.

“Siapa yang menyuruhmu menetap di delusi,” Sehun tersenyum samar lalu melanjutkan, “Ingat, kau hanya sementara tinggal di sini, sampai…”

“Sampai kau pergi meninggalku!” sela Sejeong berpaling ke sembarang arah dengan marah, “Pokoknya aku akan tetap membantu mereka, aku bisa meminta Hyungwon Orabeoni membawaku ke dunia.” Sejeong berbalik, belum sempat ia melangkah, tangannya lebih dulu ditarik hingga tubuhnya terdorong, jatuh terduduk di pangkuan Sehun.

“Aku akan menemanimu,” kata Sehun merangkul tubuh Sejeong yang bergeming, wanita itu tampak gugup. “Aku masih yakin kalau kau tidak bisa mengurus dirimu sendiri.”

Sejeong menjadi salah tingkah dan buru-buru berkata, “Bukan karena kau terlalu mengkhawatirkanku.”

“Kau perlu dilindungi.” kata Sehun sambil tersenyum kecil.

Nde, nde,” Sejeong manggut-manggut, mencuri pandang ke samping di mana ia bisa melihat wajah Sehun yang begitu dekat. “Owh, senyummu manis juga ya.” tambahnya segera saja menoleh memerhatikan seulas senyum yang hampir memudar.

≈ ≈ ≈

Sehun sedang memperhatikan langit biru cerah dengan awan berarak saat dia mendengar suara lonceng kecil dari pintu restoran yang dibuka. Perhatiannya sama sekali tak teralihkan. Dia yakin kali ini juga bukan wanita tersangka pembunuhan yang tengah ditunggu kehadirannya oleh Sejeong dan Luda. Pengantin delusinya itu terlalu berani.

“Dia orangnya?” Sejeong bertanya sambil menelisik penampilan wanita yang dilihat sekali pun langsung tidak sesuai dengan pemaparan Luda.

“Bukan, bukan dia, mungkin hari ini dia tidak makan siang di Danbam.” jawab Luda menyangsikan.

“Kita tunggu sebentar lagi, bisa saja dia datang terlambat.” usul Sejeong memaku pandangan lurus ke pintu kaca.

“Memangnya apa yang bisa kau lakukan setelah bertemu dengan pembunuhnya, tidak ada bukti dan hanya pengakuan dari korban yang sudah meninggal…” Sehun berdecak menambahkan, “Buang-buang waktu saja.”

Hotel DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang