Ep.30 - Terlibat

710 146 44
                                    

‘Seolah garis kehidupan kita membentuk lingkaran.’

HOTEL DELUSION
Minggu, 14-06-2020
.
.
.
_ Cameo _
Luda (WJSN)

“Sekarang aku masih di jalan… Mm, restoran ramai… jadi Park Sajang memintaku untuk bekerja lembur… tentu saja, aku langsung diberi uang bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Sekarang aku masih di jalan… Mm, restoran ramai… jadi Park Sajang memintaku untuk bekerja lembur… tentu saja, aku langsung diberi uang bonus.”

Luda melangkah perlahan. Sebelah tangannya memegang ponsel yang ditempelkan ke telinga. “Kwon Hyunbin aku peringatkan kau untuk berhenti makan, tunggu aku, sebentar lagi juga sampai… aku belum makan hanya untuk makan bersamamu. Terserahlah.” ujar Luda langsung memutus panggilan.

Luda menatap ponselnya sambil menggigit bibir penuh rasa dongkol. “Memangnya dia saja yang lapar, aku juga lapar!” sungutnya tak benar-benar marah, hanya saja ia terlalu lelah untuk mendebatkan hal sepele di telepon.

Langit gelap tanpa hias bulan dan bintang. Luda baru tersadar dengan sekitarnya, dia jadi takut dengan jalan gang sempit yang sering dilewatinya itu, dengan pencahayaan temaram dan cukup sepi di jam yang belum terlalu malam. Seharusnya tadi dia meminta Hyunbin menjemputnya saja. Lain kali dia akan menolak tawaran lembur, pulang lebih awal untuk bertemu kekasihnya.

Tidak sengaja netra Luda mendapati bayangan seseorang di aspal. Dia bersikap waspada, mempercepat langkah tetapi suara langkah di belakangnya semakin terdengar cepat pula. Detak jantungnya berpacu, dia pikir, dia harus berlari atau setidaknya berteriak.

Bayangan itu memperpendek jarak, tangannya yang memegang sebilah pipa besi terangkat. Seketika itu juga mengenai kepala Luda, dan tubuh wanita itu ambruk. Darah segar mengalir di aspal… kini bukan hanya bayangannya yang dapat Luda lihat, melainkan seorang wanita berpakaian serba hitam, bertudung hoodie tengah berdiri sambil memasang senyum miring.

“Bukankah, kau,” Luda terbata sebelum pipa besi kembali terayun, air bening keluar dari sudut matanya.

Bau anyir darah bercampur dengan hembusan angin malam. Mengundang tawa kepuasan dari si pembunuh.

≈ ≈ ≈

“AAKKH!”

Sejeong mendadak duduk dari tidurnya. Membangunkan Sehun yang berada di sebelahnya.

“Mimpi buruk?” tanya Sehun masih berbaring, memutar lengan yang terasa kaku akibat semalaman dijadikan bantal oleh Sejeong. “Atau, kau… melihat masa laluku,” tebaknya agak was-was melihat ekspresi terkejut yang begitu kentara di raut wajah Sejeong.

Sepanjang malam Sejeong membaca ingatan Sehun. Dan itu sangat mengerikan, di mana terjadi pemberontakan besar di istana. Dipimpin oleh putra tertua Raja TaejoᅳYi Bangwon. Kakak tiri Putra Mahkota Ui’an ini memang memiliki perseteruan dengan Jeong Dojeon, perdana menteri Joseon yang mendukung posisi sang putra mahkota.

Hotel DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang