Ep.42 - Napas

624 120 61
                                    


‘Bersyukur di setiap hembusan napas yang berharga.’

HOTEL DELUSIONSelasa, 10-07-2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HOTEL DELUSION
Selasa, 10-07-2020
.
.
.

“Kim Sejeong, bangunlah, kau harus bangun!”

Sehun menekan kuat-kuat dada Sejeong sedalam 5 centimeter, dengan cepat dan laju sekitar 100 kali kompresi per 1 menit. Dia pernah menjalani pelatihan resusitasi jantung dan paru (CPR/Cardiopulmonary Resuscitation), sehingga tanpa ragu memberikan pertolongan pertama bagi seseorang yang kehilangan detak jantung mendadak. Namun sayangnya Sejeong tidak memberikan respon apa pun.

Sehun segera memeriksa embusan napas Sejeong dengan mendekatkan pipi dan telinga di wajah Sejeong. “Dia masih tidak bernapas.” katanya mulai memberi napas buatan, mencubit hidung Sejeong dan menempatkan bibirnya di atas bibir Sejeong sehingga membentuk segel rapat.

Ia mengembuskan napas ke dalam mulut gadis itu selama satu detik, lalu memeriksa pergerakan dada. Tidak ada tanda-tanda pergerakan, denyut nadi pun tidak dirasakannya.

“Kim Sejeong, aku mohon sadarlah!” Sehun lanjut mengkompresi dada dengan terengah, menarik napas dalam-dalam, maka ia kembali memberikan napas buatan.

Tubuh Sejeong bereaksi. Sehun segera meletakan satu tangan menangkup sebelah pipi Sejeong. Mata gadis itu bergerak yang lalu terbatuk-batuk, mengeluarkan air sungai dari mulutnya. Sejeong menatap mata Sehun dan ia merasa dirinya tenggelam dalam mata hitam itu.

“Aku menemukanmu.” Segurat senyuman menghias wajah pucatnya.

Paboya (Dasar bodoh), kau hampir mati tadi!” tegur Sehun dengan perasaan panik yang masih kentara.

“Syukurlah kau belum menghilang, aku merindukanmu,”

Saat itu, suara Sejeong seolah-olah menyihirnya. Sehun tidak bisa berbicara lagi selain menatap gadis yang terbaring lemah di atas tanahᅳdi tepi sungai, dan itu karena ingin menemuinya. Sehun menjulurkan tangan mengelilingi tubuh Sejeong yang akan ia gendong, melingkarkan satu lengan di punggungnya, dan lengan lain di belakang lututnya. Seperti dua hari lalu, saat membawa gadis itu pergi dari acara pernikahan.

Kontan Sejeong melingkarkan lengannya di bahu Sehun, sehingga tubuhnya lebih mudah diangkat. “Dokter bilang aku menderita gangguan delusi. Bila gangguan delusi ada, apa gangguan dunia juga ada?” guraunya selagi Sehun melangkah, menjauh dari tepi sungai.

“Sepertinya kau sudah gila, bagaimana bisa melompat ke sungai hanya demi melihatku yang sudah membuangmu, di saat seharusnya kau menghindariku.”

“Cinta memang gila, sampai-sampai aku tidak bisa menghindar.”

Sehun mengembuskan napas yang ditahannya sejak tadi, seiring dengan ketegangan yang menguap dari tubuhnya, dan sebuah debaran yang tidak mungkin bisa dirasakan jantungnya. “Jangan pernah melakukannya lagi, aku sudah sering sekali menyelamatkanmu dan mulai bosan, atau biar aku yang melemparkanmu ke laut sekalian!”

Hotel DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang