Ep.38 - Rindu

567 129 42
                                    


‘Lama tidak berjumpa sehingga hati ini merindukanmu.’

HOTEL DELUSION
Jum’at, 03-07-2020
.
.
.

Dua Soul urung memasuki toko obat milik Soul Healer, Seola, ketika melihat tiga orang di dalamnya termasuk sang empunya toko menoleh bersamaan. Sesaat setelah dua soul tersebut pergi, pintu tertutup dengan sendirinya, dan tulisan ‘Open’ berganti menjadi ‘Close’.

“Sesuatu yang paling berharga, yang kalian ambil dari Sejeong, apakah jiwanya?”

Bukannya menjawab Seola malah balik bertanya, “Maksudmu apa?” Seakan ia tak paham, atau ingin menghindari obrolan mengenai pemutusan kontrak kerja Sejeong bersama Dream Space, mengharuskan gadis itu kehilangan sesuatu yang paling berharga.

“Kau lamban sekali, kenapa baru mengetahuinya sekarang.” tambah Jiho sambil menatap pria yang kini bermuka garang.

Seola mendesis menyesali ucapan Jiho yang justru dengan sengaja memancing emosi Sehun. Mendadak suasana dalam ruangan mencekam, jika sudah seperti ini Seola yang paling dirugikan. Terkadang dia dimintai pendapat berbeda dari Jiho maupun Sehun.

“Seola ini tidak benar, kau menyembuhkan lukaku dengan mengorbankan jiwa orang lain, membuatnya melihat semua masa laluku dan mengambil kesakitanku yang justru berbalik menyakitinya!” kata Sehun mengira hak istimewa menyentuh ingatan yang dimiliki pengantin delusi adalah perbuatan Seola.

“Aku hanya memberinya kelebihan untuk mendengar suara hatimu, tidak dengan melihat masa lalumu, mungkin itu Jiho yang melakukannya,” sanggah Seola mengedikan kepala pada sang rekan.

“JIHO! Woah… kau sungguh luar biasa.” sembur Sehun sambil melayangkan tatapan sinis.

Jiho merasa tidak perlu mengelak. Berbagi kesakitan itu memang idenya, agar Sejeong dapat mengenal dan memahami posisi Sehun di masa lalu. “Begitulah cara kerja pohon delusi, pedangnya akan dengan mudah ditarik karena kalian telah berbagi kesakitan.”

Ingin rasanya Sehun memaki, tetapi ia menahannya karena tahu itu akan percuma. “Begitu ya… selain bisa melihat masa laluku, dia juga bisa mendengar suara hatiku. Kalian hebat sekali, mempermainkanku sampai sebegitunya.” Sehun mendenguskan tawanya. “Jadi kalian menyuruhku untuk memilih, begitu?”

“Tidak, kami hanya ingin kau melanjutkan penobatan pengantin delusi, suruh Sejeong mencabut pedangnya dan tugasmu selesai bersamaan dengan kau diantar pergi.”

“Membuat Sejeong terjebak di delusi, selamanya.” Jiho mengangguk, baginya itu tidak masalah, bukankah Sejeong masih bisa hidup walau bukan di dunia.

Sehun benar-benar kesal. “Seola bagaimana menurutmu? Apa benar aku tidak usah memilih,”

“Kau bisa memilih.” kata Seola singkat.

SOUL HEALER, SEOLA!” sentak Jiho.

≈ ≈ ≈

Pagi-pagi sekali Sejeong sudah berkutat dengan bahan-bahan makanan. Memotong daun bawang asal sambil menggerutu sebal. Pasalnya ketika bangun tidur, ia tidak mendapati Sehun di sampingnya. Perasaan takut ditinggalkan pun memenuhi pikiran.

Sehun menuruni tangga, memerhatikan gerak-gerik Sejeong dengan seksama. “Selamat pagi, yeobo.” sapanya menghampiri Sejeong yang berada di dapur.

Dia marah… Sehun berucap dalam hati, kini ia tahu kalau Sejeong mampu mendengarnya. Tangan Sehun terangkat, mengelus perlahan puncak kepala Sejeong yang masih terus menggerutu.

Hotel DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang