20

1.2K 175 2
                                    

































"Sepertinya tadi aku melihat seorang anak mulai berdamai dengan ayahnya. Apa itu benar, Kang Yerim?"

"T-tidak juga."

"Oh ya? Lalu tadi pelukan apa itu?"

Melihat gelagat Yerim yang mencoba menghindar, Joohyun semakin bersemangat menggodanya. Joohyun masuk lalu duduk di sofa yang tepat dibelakang Yerim, dia ikut menyaksikan apa yang Yerim mainkan.

"Apa aku boleh menonton?"

"Tentu saja." Jawab Yerim yang masih berfokus pada gamenya.

Ruangannya memang khusus untuk tempat bersantai para tuan muda tentunya.

"Apa suamimu tidak mencarimu? Aku tidak bermaksud untuk mengusir tapi aku hanya mengantisipasi saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa suamimu tidak mencarimu? Aku tidak bermaksud untuk mengusir tapi aku hanya mengantisipasi saja."

"Seulgi sedang pergi, sehabis makan malam tadi dia langsung pamit pergi."

"Pantas saja."

"Kenapa? Ooh apa kau merindukannya?"

"Hanya mengutarakan pendapat, nona."

"Hey apa kau ini tidak bisa- Maksudku apa susah untuk tidak seformal ini?"

"Hmm... Baiklah, mommy."

"Itu lebih baik."

"Oh iya kenapa kau. Maaf, maksudku kenapa mommy mau-mau saja menikah dengannya padahal mommy masih terbilang muda."

"Mungkin karena takdir. Tumben menanyakannya? Ahh aku rasa kau benar-benar telah menerimaku dan Seulgi sebagai orangtuamu, benar?"

Yerim mempause permainannya lalu memutar kursinya menghadap Joohyun.

"Aku menerimamu mungkin baru 10% dan untuk suamimu hanya 1% saja."

"Hahh kau benar-benar keras kepala seperti Seulgi, asalkan kau tau saja tuan muda Kang Yerim. Kasih sayang orangtua tidak pernah ada peringkat ataupun batasan karena mereka sayang bahkan sangat sayang dan sangat mencintai anaknya lebih dari diri mereka sendiri, kalau memang Seulgi tidak sayang padamu disaat kau masih bayi kenapa dia tidak membunuhmu saja? Bahkan yang aku dengar, Seulgi sering menangis karena gagal menjagamu dan juga mendiang ibumu."

Yerim mematung dan memilih kembali menghadap komputernya, tapi belum memulai permainannya bahkan headphone masih bertengger di pangkal lehernya.

"Jangan sampai kau menyesal nantinya, good night boy."



















"Seulgi."

"H-hah?"

"Kenapa malah bengong? Masih mengantuk? Yasudah kalau begitu tidur saja, aku bisa pergi sendiri."

Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang