13

1.2K 170 2
                                    



































































"Astaga! Kenapa kepalamu diperban begini?"

Joohyun yang baru saja selesai mandi, bertemu dengan Seulgi yang tadinya ingin masuk kedalam kamarnya.

"Hanya kecelakaan kecil."

"Dasar bodoh, kalau hanya kecelakaan kecil kepalamu tidak akan diperban seperti ini!"

Seulgi menghimpit tubuh kecil Joohyun ke dinding dekat kamarnya serta memegang kedua tangan yang kini berada diatas kepala Joohyun, ditatapnya dengan lekat manik mata Joohyun.

"Aku tau kau sangat khawatir tapi aku jamin kalau lukaku ini tidak
parah." Ucap Seulgi sembari memindahkan helaian rambut basah Joohyun yang menempel di wajah Joohyun.

"Lepaskan!"

"Tidak nona, aku masih ingin melihat wajahmu yang tidak berdaya ini."

Joohyun terus meronta agar bisa terlepas dari kungkuhan Seulgi dimana proporsi tubuh Seulgi lebih besar darinya, mendapat serangan tiba-tiba membuat Joohyun menegang saat Seulgi mencium lehernya.

Ingin sekali Joohyun terlepas dari Seulgi tapi entah kenapa tubuhnya malah seakan-akan menerima perlakuan Seulgi, tercetak satu tanda merah akibat kelakuan Seulgi.

Mengingat sesuatu yang ada dimasa lalunya Seulgi menjauhkan dirinya dari Joohyun.

"P-pergi Joohyun."

"..."

"Jangan coba-coba untuk mendekat! Menjauh dariku, Joohyun."

Kening Joohyun berkerut dan saat ingin kembali menghampiri Seulgi, Seulgi malah langsung masuk kedalam kamarnya lalu membanting pintu dengan keras.

"Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba Seulgi seperti orang ketakutan?"












Jam makan malam pun tiba, sebelum pindah ke rumah mereka masing-masing Seulgi meminta pada saudaranya agar makan terlebih dahulu sebelum pergi.

"Ekhem sepertinya sebentar lagi Yerim akan memiliki adik."

Mendengar celetukan Yoong, Seulgi dibuat tersedak. Amber yang berada disebelahnya langsung menyodorkan segelas air, disaat Seulgi masih minum semua orang menatap kearah Joohyun kecuali Yerim yang terlihat sama sekali tidak peduli dan terus menyantap makan malamnya, karena menjadi pusat perhatian Joohyun menundukkan kepalanya sambil menutup bekas kiss mark Seulgi dengan helaian rambutnya.

"Kenapa? Apa ucapanku salah, Kang Seulgi?"

"Diamlah, Yoong. Kau membuat nafsu makanku terganggu, kalian lanjutkan saja makannya. Aku permisi dulu."

Semuanya kembali ke makanan mereka masing-masing, dengan ujung matanya Yerim mencoba melihat Joohyun yang terlihat hanya mengaduk-aduk makanannya.

"Untuk apa juga aku peduli."










"Kami pergi dulu, Joohyun jaga Yerim dan Seulgi."

Joohyun mengangguk pelan dia tidak berani menatap siapapun setelah kejadian dimeja makan. Saat melihat dua mobil keluar dari pekarangan rumah, Joohyun melamun memikirkan perkataan Yoong dan dirinya kembali teringat oleh perkiraannya yang mengatakan bahwa Seulgi benar-benar gay. Dan sekarang muncul lagi jika Seulgi itu biseksual.

"Bodoh, kenapa pikiran buruk itu terus saja menghantuiku."

"Nona?"

Joohyun terpejat kaget karena tiba-tiba saja Louis berada dibelakangnya.

"Nona, segeralah masuk. Diluar cuacanya sangat dingin."















"Memang kau mengatakan sudah tidak ada rasa pada Seulgi, tapi mulut bisa saja berbohong tidak dengan matamu. Matamu terus saja menatap Seulgi seakan-akan sangat khawatir padanya."

"Kau salah sangka Seungwan, aku memang khawatir pada Seulgi tapi hanya sekedar khawatir saja tidak ada perasaan apapun."

"Oh ya? Berarti akulah yang bodoh karena salah sangka tidak mendasar? Begitu?"

"Kau terlalu pecemburu, Seungwan."

"Memang aku pecemburu, kenapa? Kau ingin pergi, silahkan pergi saja sana atau ingin aku bantu agar kembali lagi dengan Seulgi?"

Seungwan mendapat tamparan keras di pipinya.

"Kau ingin aku pergi?! Baik, aku akan pergi dan menjauh dari kalian semua!!!"

Sadar dengan ucapannya , Seungwan mencekal pergelangan tangan Joy namun malah ditepis kasar. Tidak menyerah, Seungwan kembali menahan tangan Joy lalu menariknya sehingga Joy berada didalam pelukannya.

"Lepaskan aku, brengsek!"

"Maaf, Joy."

Joy terus saja memberontak dan memukul-mukul Seungwan agar melepaskannya, tubuh Joy melemah disaat dirinya sudah tidak bisa menahan tangisnya.

"Maafkan aku, Joy."

"Kau yang memintaku pergi," pukulan Joy semakin melemah. "Lepaskan aku, Seungwan."

"Tidak Joy, maaf karena ucapanku tadi. Kumohon maafkan aku, jangan pergi Joy. Aku sayang pada kalian berdua."

Joy membalas pelukan Seungwan, hatinya sakit karena Seungwan menuduhnya, memang benar dia khawatir pada Seulgi tapi Joy benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Seulgi.

🐻🐰

🐻🐰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mafia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang