Terik matahari menyinari kota sibuk Seoul memperlihatkan jajaran orang berlalu lalang layaknya semut jika dilihat dari atas gedung setinggi 43 lantai bertuliskan Kim Corp. Senyuman cerah dipancarkan seorang gadis bermata kucing yang melompat-lompat kecil menuju suatu ruangan berpintu kokoh.
Ceklek
Pintu terbuka. Senyuman gadis itu berubah masam saat netranya menangkap 'the most workaholic person' tengah bergelut dengan tumpukan berkas di hadapan. Sungguh menyebalkan!
"Hhhh, oppa ga cape apa?!" Kedua bola mata Jennie memutar sebal. Tidakkah lelaki itu muak? Bagaimana bisa ia menggulung seluruh tumpukan kertas menyebalkan itu? Sedangkan Jennie, bergelut dengan skripsi pun sudah mau muntah rasanya!
Kebisingan seorang Jennie bahkan tidak mampu membuat Nam Joon beralih. Sebuah janji untuk menemani sang adik mungkin tidak bisa ia tepati. Jennie kesal. Rengekan, celotehan, semuanya telah Jennie lontarkan pada kakaknya, namun nihil hasilnya. Bibir mungil itu maju mundur saat mood nya totally rusak. Owhh ingin sekali Jennie membakar kertas-kertas sialan itu!
"Kamu pergi sama temen aja. Oppa sibuk." Satu kalimat singkat membuat kekesalan di diri Jennie semakin memuncak. Gadis itu melangkahkan kaki melewati pintu yang ia banting hingga membuat Nam Joon tersentak.
Kesal, gadis itu berceloteh sepanjang perjalanan menuju suatu tempat.
"Aiishh oppa nyebelin abiss! Pantes ga laku-laku."
Di bagian bumi sisi lain, sorot mata tertuju pada seorang perempuan yang sedang mempresentasikan materi sebuah mata kuliah. Satu per satu slide yang muncul di layar silih berganti. Perempuan itu akhirnya menyelesaikan kelas hari ini. Melelahkan, pasti. Ditambah bayangan pikiran kekasih yang mengitari kepala tak henti.
Kaki jenjang Soo Young menyusuri koridor universitas tempatnya bekerja. Setumpuk berkas bertumpu di tangannya. Rambut kusut tak beraturan berada tepat di kepala.
"Eonnie!"
Seorang gadis bermata kucing berlari menghampirinya. Senyuman gummy luntur tat kala melihat lagi dan lagi tumpukan kertas menghancurkan moodnya. Oh tuhan! ada apa dengan orang-orang?! Tidakkah mereka muak dengan benda putih itu?!
"Eonnie masih harus ngajar gak? Temenin Jennie jalan yuk sekalian mau bimbingan skripsi juga. Jennie bosen bangett." Usaha gadis mungil itu berlanjut. Mungkin saja kali ini ia berhasil mengalahkan kertas-kertas sialan itu, semoga.
Soo Young menimbang-nimbang. Haruskah ia pergi sekarang? Dirinya butuh pelampiasan seluruh masalahnya juga bukan? Sebuah anggukan darinya membuat senyuman selebar jalan tol tercipta di bibir Jennie. Akhirnya, ia tak lagi terkalahkan oleh seluruh kertas sialan.
Sebuah mall daerah Gangnam menjadi tempat kedua gadis itu berjalan-jalan. Satu per satu toko ysng menarik sudah mereka masuki. Senyuman cerah terpancar di bibir manis keduanya. Berkeliling gedung dengan jajaran butik adalah kesukaan setiap perempuan bukan? Beberapa kantong belanjaan bahkan sudah memenuhi kedua tangan.
Setelah kenyang berbelanja, Jennie dan Soo Young duduk manis di sebuah café sambil menyeruput secangkir kopi. Candaan dan gurauan mengiringi interaksi keduanya.
"Gimana Eonnie skripsi Jennie? Udah bagus?" Tanya perempuan berpipi chubby. Sebuah jempol jari Soo Young berdiri pertanda dokumen skripsi itu direstui. Oh akhirnya! Penantian panjang selama berbulan-bulan berbuah manis. Senyuman Jennie melebar saking bahagianya. Bolak-balik bimbingan skripsi sungguh melelahkan jiwa dan raga!
Puk..
Sebuah tangan kekar menepuk pundak Jennie yang sedang menggoyangkan tubuhnya kegirangan. Saat berbalik ke arah si pelaku, senyuman Jennie berubah masam. Oh tuhan! kakaknya lagi. Menyebalkan!
"Jen, kamu di sini kok ga bilang oppa?" Jennie memutar bola mata malas. Memangnya lelaki itu peduli? Gulung saja semua kertas tak berakhlak itu!
"Urus aja kerjaan oppa sana!"
Jati diri seorang gadis kecil bernama Kim Jennie kembali lagi. Bibir mengerucut seperti piramida membuat Nam Joon kewalahan. Soo Young terkekeh melihat perdebatan kedua manusia di hadapannya dimulai. Nam Joon yang mengajak pulang, namun Jennie yang kekeh tak ingin meninggalkan waktu senggang.
Akhirnya Nam Joon berhasil menggiring Jenni pulang. Namun, bukan Jennie namanya kalau pulang dengan tangan kosong. Ia mengajukan satu syarat, Soo Young harus ikut pulang bersama.
Sekali berkeinginan, Jennie pasti tidak bisa dilawan. Ketiga manusia itu benar berakhir di sebuah mobil yang sama dengan Soo Young yang duduk di sebelah Nam Joon. Jantungnya berdetak tidak karuan. Oh Soo Young! Ingat kamu sudah punya pacar! Manusia yang berulah hanya terkekeh di belakang.
Canggung sungguh terasa memenuhi mobil yang bergerak membawa tiga manusia di dalamnya. Angin dingin menyelimuti Soo Young yang dilanda kegugupan. Lingkaran keheningan mengepungnya. Kekehan berusaha Jennie tahan tat kala melihat interaksi manusia canggung di depan.
"Terimakasih ya. Saya turun dulu."
Komplek bertuliskan Royal Hill menjadi tempat kendaraan itu berhenti. Sebuah rumah bergaya american classic dengan gerbang tinggi menjadi lokasi Soo Young melangkahkan kaki.
"Ehhemm." Jennie, gadis yang kelewat bahagia atas keberhasilan rencananya mendekatkan kedua manusia itu kembali menggoda Nam Joon. Pipi yang terpanggang sudah terpampang jelas di muka lelaki itu. Jennie terkekeh saat menyaksikan kakaknya salah tingkah.
"Oppa, besok oppa jemput eonnie ya." Apalagi yang akan direncanakan gadis itu? Nam Joon mengucap ribuan protes. Ketahuilah, kadang suara hati dan pikiran berjalan tidak selaras.
"Kenapa harus oppa?"
"Ishh iya lah. Mobil eonni kan di kampus. Itu gara-gara oppa. Jadi oppa harus jemput eonnie jam 8. Kebetulan kelas pertamanya kelas Jennie."
"Kenapa oppa yang salah?" Tidak terima, itulah yang Nam Joon rasakan saat ini. mengapa harus ia yang bertanggung jawab?
"Kan yang bikin Jennie jalan sama eonni itu gara-gara oppa yang sibuk! Kalo aja oppa mau nemenin, Jennie juga ga akan pergi sama eonnie. Oppa harus tanggung jawab pokoknya. Gimana coba kalo besok eonnie ga bisa ngajar di kelas Jennie? Trus Jennie jadi bodo, trus ga lulus-lulus, akhirnya ga nikah-nikah kayak oppa?" Seperti biasa, Jennie selalu menyelipkan godaan di setiap omongan yang membuat Nam Joon selalu menahan kesabaran. Mungkin Jennie adalah pelatih kesabaran terbaik untuk Nam Joon!
"Ck, kenapa ga bareng kamu aja sekalian?"
"No no gak bisa. Jennie besok berangkatnya sama Taehyung oppa. Biasa laah tau kan orang pacaran kayak gimana? Eh oppa ga tau ya? Oh maaf Jennie salah." Goda Jennie sekali lagi sembari terkekeh melihat wajah kakaknya yang telihat pasrah. Nam Joon memang tidak pernah bisa menentang keinginan adiknya.
Hari berganti pagi. Mentari mulai menyinari langit dengan seorang lelaki yang sudah setia menanti di depan pagar tinggi. Permintaan Jennie memang tidak bisa ditentang, semuanya harus dikabulkan.
"Soo Young-ssi?" Seorang perempuan yang keluar di balik pagar itu mengernyitkan dahi saat melihat lelaki itu, di sini. Kim Nam Joon! Perbincangan kedua manusia itu dimulai dengan Soo Young yang menanyakan alasan lelaki itu datang. Benar, tidak lain tidak bukan adalah untuk bertanggung jawab atas ulah adiknya yang tempo hari mengajak Soo Young pergi hingga membuat mobil perempuan itu di tinggal pergi.
Sepanjang perjalanan lagi dan lagi kecanggungan menyelimuti mereka berdua. Yang terdengar hanyalah alunan musik berjudul 'butterfly' yang dinyanyikan oleh sebuah grupband terbesar di Korea Selatan atau mungkin di seantero dunia, Bangtan Sonyeondan. Lirik demi lirik lagu itu seakan merepresentasikan kondisi seorang lelaki yang jatuh dalam lubang kecemasan untuk meraih asa dan cinta yang entah bisa atau tidak ia gapai.
Jika kamu menangkap kupu-kupu dengan jaring, sayapnya akan rusak dan mati kapanpun. Sama juga halnya dengan cinta yang tidak bisa dipaksakan untuk tumbuh di hati seseorang. Suatu mimpi dan cinta adalah hal yang menimbulkan kecemasan, tapi saat berhasil meraihnya, kamu akan menyadari betapa cantiknya kedua hal itu. Kupu-kupu juga rapuh, harus penuh kehati-hatian dalam memegang sayapnya agar tidak patah, sama seperti cinta yang harus dijaga.

KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanfictionLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?